9 - Damian Smile

257K 19.5K 451
                                    

Rania terkejut. Jantungnya tiba tiba saja berdebar dengan sangat kencang disaat ia melihat Gala yang sedang duduk di sofa dengan tatapannya yang sangat tajam dan memberikan suasana yang mendadak menjadi dingin. Rania meremas ujung baju nya, dengan langkah pelan dia berjalan menghampiri Gala.

“Mas Gala, u-udah pulang kerja?” tanya Rania dengan gugup

Gala menurunkan kaki nya dari meja, dia berdiri dari duduknya. Gala menatap Rania dari bawah hingga atas, wajah gadis itu masih pucat. “Siapa yang mengizinkanmu kuliah?” tanya Gala

Rania menundukan kepalanya, “Maaf, Mas. Tapi, aku harus mengejar materi yang tertinggal.”

Gala berdesis, “Materi yang tertinggal atau ingin bertemu dengan kekasihmu?”

Deg!
Rania menatap Gala. Apakah Gala tadi melihatnya dengan Jeno? Kini Rania semakin takut, entah hal apa yang ditakuti oleh Rania, tapi dia benar benar merasa takut.

Gala mengampit pipi Rania dengan kedua jari nya, memaksakan gadis itu untuk mendongak menatap mata nya. Tangannya terkepal erat dan rahangnya mengeras menandakan bahwa dia sedang emosi. “Kamu tahu apa itu arti pernikahan? Saya tahu pernikahan ini tanpa ada cinta sedikitpun. Tapi apakah kamu mengerti status kamu? Kamu adalah istri saya, Rembulan. Apakah pantas seorang istri berhubungan dengan pria lain?”

Rania menangis. Jari Gala sangat sakit di pipi nya, Rania yakin ini pasti akan memerah.

Gala merasa air mata Rania membasahi jarinya, dia melepaskan jari nya dari pipi Rania dengan kasar. “Rania, masuk kamar.”

Rania mengangguk.

****

Tok! Tok!

Damian mengetuk pintu kamar Rania sambil membawa surat yang diberikan oleh guru disekolahnya. Berkali - kali Damian mengetuk kamar Rania, akhirnya pintu terbuka, menampilkan Rania yang sepertinya baru bangun tidur.

Rania menarik bibirnya untuk tersenyum manis ketika melihat Damian berdiri di pintu kamarnya. “Damian? Ada apa?” tanya Rania sambil mengelus rambut halus Damian

Damian mengangkat kertas yang dibawa nya lalu menyodorkannya ke arah Rania. “Dari bu guru.”

Rania menerima surat itu. “Apa ini? Surat cinta ya?” gurau Rania sambil membuka surat itu. Ternyata kertas itu berisi undangan untuk hari ibu. Rania menatap Damian.

“Aku mau tante datang kesekolah sebagai Ibu aku. Aku gak mau dihina teman - temanku.” ungkap Damian

Rania berjongkok, untuk mengsejajarkan tubuhnya dengan Damian. Rania tersenyum. “Tanpa kamu meminta pun, tante akan datang kesekolah kamu. Lusa kan acaranya? Pokoknya tante akan datang.”

Damian mengangguk, “Terimakasih.”

“Kostumnya bebas atau gimana?”

“Liat aja di kertas nya.” suruh Damian

Rania kembali melihat kertas, lalu mengangguk. “Kostumnya bebas. Nanti tante akan cari pakaian couple untuk kita, biar serasi. Kamu setuju?”

“Terserah.”

“Kamu mau ikut tante ketemu tante Iren? Dia baik, siapa tahu dia bisa bantu kita.”

Damian mengangguk. “Nanti akan ada lomba, tante harus datang sebelum acara dimulai.”

“Itu mah bisa diatur. Sekarang kita ketemu tante Iren dulu ya?”

“Bukannya tante lagi sakit?”

Rania tersenyum, “Tante udah sehat, tadi baru minum obat, sekarang udah mendingan.”

“Ayo!”

“Tunggu ya, tante siap siap dulu, mau masuk?”

My Favorite DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang