15 - Emosi Gala

252K 18.4K 1.3K
                                    

Udah vote and follow belum?

@rahmaakmr22

Rania duduk di bangku kantin yang kosong. Tatapannya tertuju kepada Jeno yang terlihat asik bersama teman - temannya, namun satu yang telah hilang dari Jeno yaitu senyuman lebar pria itu. Rania mengulum bibirnya, senyuman indah itu hilang karena nya.

Rania melipatkan tangannya di meja, lalu menyimpan kepalanya. Akhir - akhir ini, Rania sibuk dengan skripsi-annya. Tidak ada kalimat dukungan atau pertanyaan 'gimana hari ini?' atau 'kamu baik baik aja?' Rania merindukan itu dari seseorang yaitu Jeno.

Rania memejamkan mata nya, dia sedang menunggu Nanda yang sedang di ruangan dosen. Rania memutuskan ke kantin dan melihat Jeno, melihat wajah tampan itu berhasil membuatnya merasa bersalah.

Maafkan aku, Jeno.

Tanpa disadari, Rania terlelap karena lelah oleh tugas skripsi yang menguras waktu tidurnya. Diujung saja, Jeno menoleh untuk melihat Rania yang  tertidur. Jeno membuang nafas kasar, gadis itu berhasil mematahkan hati nya. Satu hal yang Jeno benci, dia benci menjadi perusak. Tapi ini Rania, gadis pertama yang menempati posisi teratas di hati nya.

“Kangen kan lo?” tebak Alex

Jeno menatap Alex, lalu membuang wajahnya. Tanpa dijelaskan, Alex selalu berhasil menebak isi kepalanya. “Dengan lo marah - marah seperti ini, itu gak bikin sakit hati lo hilang Jen. Gue tahu, Rania salah. Tapi, apa lo pernah tanya alasan dia melakukan ini? Jen, jangan pernah ambil keputusan sebelah pihak. Gue yakin lo bijak. Gue percaya.” sambung Alex

Jeno tersenyum sinis, “Percaya, Lex. Dia bukan milik gue.”

Alex menepuk pundak Jeno. “Ya, Rania bukan milik lo. Bahkan dari dulu pun Rania bukan milik lo, benar? Komitmen, itu gak bisa mengikat lo sama Rania, Jen. Kapanpun, komitmen bisa berubah dengan seiring waktu. Lo sama Rania pacaran? Bukan Jen. Lo sama Rania itu hanya modal komitmen, apa itu cukup? Gak.”

“Gue denger dari Nanda, akhir akhir ini Rania benar benar sedih. Dia selalu nangis. Lo tega? Apa lo gak mau dengerin penjelasan dia? Andai, pernikahan dia bukan keinginan dia, lo mau apa?”

“Lex...”

“Gue tahu lo sakit hati. Tapi cobalah damai, ikhlasin semuanya. Maybe, ini takdir lo dan Rania. Disini lo juga tersiksa kan? Coba pahami diri lo sendiri, Jeno.”

Rania tiba - tiba saja terbangun. Dia melirik sekitarnya, ternyata dia masih berada di kantin. Rania memijit pangkal hidungnya yang terasa pening. Rania menatap Jeno yang menatapnya juga, Rania bisa melihat emosi Jeno dari tatapan tajam itu.

Tatapan sendu, wajah yang terlihat pucat, tubuh yang semakin kurus dan mata yang terlihat kelelahan. Itulah yang Jeno ambil ketika menatap dalam Rania.

Drtt Drtt

“Halo, ma?”

“Rania, Damian masuk rumah sakit.”

Rania membulatkan matanya. “Kok bisa? Tadi pagi Damian baik baik aja kok ma, kenapa bisa?”

“Tadi dia diserempet motor, Ran. Maafin mama yang ceroboh jagain Damian.”

Rania membuang nafasnya untuk tetap tenang. “Sekarang mama dimana?”

“Mama dirumah sakit Santosa,”

“Ma, aku sekarang kesana ya.”

“Hati - hati, sayang.”

Tut

Rania memutuskan sambungannya. Dia langsung berdiri dan berlari menuju parkiran, selama bi Inah masih di kampungnya motor yang buat bi Inah digunakan oleh Rania.

My Favorite DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang