36 - Penyesalan Marcel

218K 16.8K 460
                                    

“Kamu kenapa?” tanya Rania kepada di kecil Damian yang baru saja keluar dari kamarnya.

Damian terlihat murung, wajahnya di tekuk seperti sedang kesal. Tatapan Damian juga terlihat sinis, membuat Rania mengerutkan keningnya heran. Rania melihat Wita yang baru saja keluar dari kamar Damian sambil membawa pakaian kotor Damian, ada apa ini?

Rania berjongkok, Damian langsung memeluk Rania dengan erat, menyimpan kepala nya di pundak Rania. “Kenapa bukan mama yang bangunin aku? Kalau mama gak bisa, bi Nurul juga gapapa, jangan mba Wita.” tanya Damian sambil mengeratkan pelukannya

Rania mengelus punggung Damian. “Emangnya kenapa sama mba Wita? Dia baikkan sama kamu?”

Damian mengangguk, “Baik, tapi aku gak suka mba Wita.”

Rania melepaskan pelukannya, dia menatap Damian, mengelus kepala Damian dengan lembut. “Kenapa? Mba Wita 'kan baik, kenapa gak suka?”

“Aku cuma merasa gak suka aja, Ma. Aku gak mau dibangunin atau diurus sama mba Wita lagi, aku cuma mau sama mama atau bi Nurul.” tegas Damian

Rania mengangguk, “Iya, maafin mama ya gak bangunin kamu. Mama janji, lain kali mama gak akan nyuruh mba Wita lagi,”

Damian mengangguk, “Mba Wita juga jangan masuk kamar aku, cukup mama dan bi Nurul.”

“Iya sayang,”

“Kalian ngapain?” celetuk Gala

Rania langsung berdiri, dia menatap Gala yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaian formalnya. Tangan Rania terulur untuk merapikan rambut Gala yang berantakan, “Lain kali, rambutnya perhatikan juga. Kalau gini ganteng,” ucap Rania

Damian yang melihat Rania merapikan rambut daddy-nya, dengan sengaja dia mengacak - acakan rambutnya. “Mama ini rambut aku berantakan,”

Gala dan Rania langsung menatap Damian, mereka terkekeh dengan kelakuan Damian.

Rania membenarkan rambut Damian, “Ini juga, kenapa rambutnya malah diberantakin? Tadi udah bagus,”

Damian tersenyum, menampilkan gigi putihnya. “Biar kaya daddy,”

Gala mengelus rambut Damian. “Ayo sarapan!”

****

Rania menatap gadis yang duduk di depannya dengan pakaian tahanan. Gadis ini terlihat berantakan, berbeda dengan penampilannya yang dulu. Dia terlihat seperti semakin kurus, selain itu rambutnya juga di potong menjadi sebahu, dibawah mata nya menghitam dan terlihat menyedihkan.

Dia, Marcel. Hari ini, Rania berniat untuk menjenguk Marcel karena banyak sekali berita buruk mengenai Marcel, makannya Rania ingin tahu keadaan gadis ini. Tenyata, keadaannya jauh dari kata baik - baik saja.

“Marcel,” panggil Rania kepada gadis yang terus menundukkan kepala nya. “Angkat aja wajah nya, jangan menunduk terus, Cel.” sambungnya

Marcel mengangkat wajahnya, Rania bisa melihat mata nya yang memerah. “Lo nangis?” tanya Rania

Marcel turun dari kursinya, dia berlutut di depan Rania. “Rania, maafin gue. Gue salah Ran, maafin gue. Maafin semua kejahatan gue Ran, gue jahat. Ran, semua terjadi karena ego gue Ran, gue kesal ketika Jeno lebih sering menceritakan tentang lo. Maafin gue Ran. Gue mengancam orang tua Jeno supaya kita tunangan.” lirih Marcel sambil menangis di lutur Rania

Rania memegang tangan Marcel, “Cel, berdiri jangan kaya gini.” Rania berusaha memaksa Marcel untuk duduk ditempatnya lagi. “Gue udah maafin lo, ayo bangun.”

Marcel menggelengkan kepalanya. “Gara - gara gue, semuanya hancur Ran. Perusahaan bokap gue, nyokap gue di pecat dan sekarang gue harus disini. Maafin gue Ran,”

My Favorite DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang