51 - Mau / enggak?

193K 15.1K 1.2K
                                    

“Gimana?”

Damian mengangguk, lalu memberikan kedua jempolnya. “Enak,”

Rania tersenyum senang, dia mengusap puncak kepala Damian gemas. “Makasih, kamu boleh habisin semua nya.”

Hari ini, Rania mencoba untuk membuat cupcake dengan dibantu oleh tutorial dari youtube. Selain itu, Damian juga ikut membantu dalam pembuatannya. Anak itu terlihat excited apalagi ketika dia menghiasnya sendiri. Jiwa seni Damian keluar.

“Mama mau ngasih Angel juga, besok Mama buatin lagi terus kasih ke Angel ya?” celetuk Rania membuat pergerakan mengunyah Damian terhentikan. “Kenapa?” tanya Rania

“Kenapa Mama sekarang ngasih bekal terus ke Angel?” tanya Damian

“Kan kamu tahu, Ibu nya Angel lagi hamil, jadi gak sempet bikin bekal buat Angel. Makannya, Mama mau ngasih ke Angel. Kasian dia,” jelas Rania

“Tapi kan Angel punya Ayah,” balas Damian

“Ayah Angel mungkin sibuk dengan pekerjaannya seperti Daddy,” Rania mengelus punggung Damian dengan pelan, “Kamu kenapa?”

Damian menggelengkan kepalanya. “Kalau nanti Mama hamil, Mama juga gak akan buatin aku bekal lagi?” celetuk Damian membuat Rania terdiam

“Hamil?” beo Rania, “Ya gak dong, Mama tetap usahain buatin kamu bekal.” jawab Rania

“Kalau gitu, kapan Mama hamilnya? Aku mau liat,” tanya Damian dengan wajah polosnya.

Rania menelan ludahnya dengan susah payah. Dia saja belum kepikiran kesana. “Nanti ya?”

“Nanti nya kapan?”

“Nanti aja, nanti Mama info kan hehe,”

“Kayaknya aku mau punya adik perempuan deh, biar ada temen main.” ungkap Damian

“Kok perempuan, ya harusnya laki - laki dong kalau mau ada teman main,” sahut Rania

“Aku liat temanku punya adik cewek, dia selalu main sama adiknya. Kalau kemana - mana pasti bawa adiknya, aku juga mau kayak gitu. Terus nanti aku ajarin melukis deh,” terang Damian

Rania tersenyum, gemas sekali mendengar jawaban Damian. “Mian, kalau Daddy ngizinin kamu ikut les melukis, kamu mau?”

Damian terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. “Mama jangan paksa Daddy untuk ngizinin aku les melukis, nanti Daddy buang semua alat lukisku kalau Daddy marah. Aku bisa lihat di youtube seperti Mama tadi bikin kue,”

Rania mencubit kedua pipi Damian dengan gemas. Kenapa anaknya ini sangat dewasa? Jawaban Damian selalu membuatnya terpukau, dia terlihat seperti bukan seumurannya dengan pemikiran seperti itu. “Kamu pinter banget, anak siapa sih?”

“MAMA RANIA!” teriak Damian

Rania dan Damian tertawa dengan keras.

“Permisi bu, ini tadi ada paket bunga untuk ibu dan paket makanan juga,” celetuk Wita dengan membawa buket bunga matahari dan beberapa makanan

Rania berdiri, dia mengambil alih apa yang dibawa oleh Wita, karena Wita terlihat kesulitan. “Lho, dari siapa? Saya gak pesen gofood,” heran Rania

“Katanya dari Mr. Caesar, bu,” jawab Wita

Rania menarik ujung bibirnya untuk tersenyum tipis. “Oh, makasih ya Wita.”

Wita mengangguk, “Iya Bu, sama - sama. Saya kembali ke belakang ya, Bu.”

Rania mengangguk.

“Dari Daddy?” tebak Damian

Rania mengangguk, “Tunggu ya, Mama mau telfon Daddy dulu,”

My Favorite DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang