60. End

185K 10.1K 471
                                    

Giska Nandari Caesar. Gadis kecil yang menjadi warna baru untuk hidup Gala. Gala tersenyum, putrinya sangat mirip dengan Rania. Gala sangat bersyukur dengan keluarga kecilnya, sulit sekali untuk menjelaskan kebahagiaannya saat ini.

Tidak terasa, putrinya sudah menginjak 1 bulan. Saat ini, Giska sedang berada dalam gendongan Gala. Dengan lembut, tangannya mengelus rambut Giska yang tipis. Giska bahkan tidak bangun ketika Gala terus menerus mencium Giska, sesekali Gala menoel - noel pipi Giska supaya ia bangun.

"Mas, jangan ganggu tidurnya." peringat Rania yang baru keluar dari kamar mandi

"Gak bisa Sayang, Giska sangat lucu." balas Gala

Rania berdecak lidah, dia sedang merapikan tempat tidur yang berantakan. Setelah melahirkan, Rania semakin cantik di mata Gala. Bahkan Gala tidak berhenti untuk memuji kecantikan Rania. Pantas, kecantikan Rania menurun dengan sempurna kepada Giska.

"Damian udah berangkat?" tanya Rania

Gala mengangguk, "Sudah, dia minta di jemput Mas nanti pulangnya." jawab Gala

"Kenapa kamu belum berangkat kerja?"

"Gak mau, masih mau sama Adek."

"Mas, kamu mau miskin?"

"Kita gak akan miskin, Sayang."

"Iya, tapi-"

"Mas, izin lagi hari ini. Mas mau sama Adek bayi," putus Gala

Rania hanya bisa pasrah. Begitulah Gala, sikapnya semakin kekanak - kanakan semenjak Giska lahir. Bahkan bulan ini, Gala sudah banyak izin. Dia menjadi malas untuk pergi ke kantor dan semakin banyak protes.

*****

"Mian, mau makan cupcake buatan Mama?" tanya Rania

Damian mengangguk, dia menghampiri Rania lalu duduk disebelah Rania. Damian memakan cupcake buatan Rania, dia tersenyum manis. "Enak Mama, manisnya pas." komentar Damian

Rania tersenyum, dia mengelus rambut Damian.

"Ma, Daddy sama Adek?" tanya Damian

Rania mengangguk, "Iya, Daddy lagi nidurin Adek."

Tatapan Damian terlihat sedih, membuat Rania kebingungan. "Damian, kenapa?" tanya Rania

"Semenjak Adek lahir, Daddy jadi jarang banget main sama aku. Aku juga mau main sama Daddy, aku juga mau tidur bareng Daddy, aku mau Daddy nganterin sekolah kaya dulu, aku juga mau di perhatiin Daddy kaya Adek." tutur Damian sambil menundukan wajahnya

Rania langsung memeluk Damian dengan sangat erat. "Anak Mama udah besar ya. Damian, lagi cemburu ya?" Rania melepaskan pelukannya, dia mengelus pundak Damian.
"Damian, Daddy tetap perhatiin kamu kok. Bahkan setiap malam, Daddy selalu ngecek kamar kamu takut kamu gak bisa tidur. Daddy bukan gak merhatiin kamu, tapi Daddy mau kamu jadi anak mandiri. Apalagi sekarang udah ada Adek, kita harus jaga Adek. Daddy mau kamu yang luar biasa. Damian kan sekarang udah jadi Abang, udah saatnya untuk Damian mandiri. Ngerti, sayang?"

Damian mengangguk, dia memeluk Rania dengan erat. "Makasih, Mama. Aku mau belajar jadi mandiri, kita harus jagain Adek."

Rania tersenyum senang, "Nah ini anak Mama."

Rania mengerti perasaan Damian, ia pasti sedikit iri kepada Giska. Apalagi, Gala sangat memprioritaskan Giska.

"Mama denger, ada yang juara satu olimpiade minggu kemarin ya? Bu Nida ngabarin Mama," goda Rania

Damian tersenyum

"Mau hadiah apa?"

"Aku boleh minta canvas gak? Soalnya udah habis,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Favorite DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang