8 - "Jangan sakit, Rania."

283K 17.3K 409
                                    

“Tuan Gala, sarapan sudah siap.” ucap Bi Inah

Gala menatap Bi Inah, selama bertahun tahun Bi Inah bekerja menjadi pembantu di rumau ini, Bi Inah belum pernah melihat Gala tersenyum atau memasang wajah ceria. Meskipun, saat Damian lahir, Gala tetap memasang wajah datar tanpa cahaya.

“Panggil yang lain. Saya tunggu di meja makan.” perintah Gala

Bi Inah mengangguk, “Baik Tuan. Permisi,”  Bi Inah meninggalkan Gala sendiri di meja makan, lalu melangkahkan kaki nya menuju kamar Rania dan Damian.

“Neng Rania,”

Tidak ada sahutan.

“Neng Rania,”

Tetap sama

“Neng,” Bi Inah memegang handle pintu yang ternyata tidak di kunci. Bi Inah mendorong pintu kamar Rania, yang sangat sederhana berbeda dengan kamar Gala.

Bi Inah mendekat ke arah Rania yang masih tertidur di kasur dan diselimuti selimut tebal. “Neng Rania,” panggil Bi Inah

Bi Inah memegang lengan Rania yang ternyata sangat panas. “Neng Rania demam?”

Dengan sulit, Rania membuka mata nya perlahan, dia tersenyum kepada Bi Inah. “Ada apa, bi?”

“Neng Rania gapapa? Bibi disuruh tuan Gala untuk manggil Neng sama den Damian untuk sarapan.” tanya Bi Inah

Rania menggelengkan kepalanya pelan. “Gapapa, bi. Panggil Damian aja, aku gak sarapan, nanti aja ya.” ucap nya dengan lemah

“Tapi tubuh Neng panas banget.”

“Gapapa, bi. Suruh Damian sarapan ya, aku mau tidur lagi, paling nanti siang udah mendingan.”

“Mau minum obat?”

Rania menggelengkan kepalanya

“Atau bibi kompres?”

“Gak usah bi, aku mau istirahat aja. Bibi panggil Damian aja, pastiin dia makannya banyak. Bekalnya juga.”

Bi Inah mengangguk mengalah, “Baik Neng, tapi kalau ada apa - apa panggil bibi ya Neng.”

Rania mengangguk lemah

****

Damian duduk di sebelah Gala dengan pakaian yang sudah rapih untuk berangkat ke sekolah. Gala mengerutkan keningnya, kemana Rania?

“Dia mana?” tanya Gala

Bi Inah mengerti dengan 'dia' yang dimaksud oleh Gala. “Neng Rania gak mau sarapan, katanya nanti aja sarapannya.” jawab Bi Inah

Gala terdiam, dia langsung teringat kejadian semalam. Apakah karena itu? Jika benar, Rania sangat kekanak kanakan. Dia marah dan melewatkan sarapan.

Gala berdiri dari duduknya. “Urus Damian.” tegas Gala sebelum meninggalkan meja makan dan berjalan menuju kamar Rania

Brugh!

Gala membuka pintu kamar Rania dengan kasar, menutupnya dengan keras. Gala melihat Rania yang masih diselimuti selimut tebal, padahal matahari sudah masuk di celah - celah jendela. Bahkan suara keras yang diulahkan Gala tidak membuat gadis itu bergerak sedikit pun.

Sret!

Gala menarik selimut tebal itu dari tubuh Rania, membuat selimut itu terjatuh ke lantai. Reflek, Rania langsung membuka matanya ketika tubuhnya semakin dingin. Apalagi suhu AC yang rendah, membuatnya sangat kedinginan. Rania melihat Gala yang berdiri disebelah ranjang nya dengan tatapan tajam, Rania langsung duduk dari tidurnya padahal tubuhnya sangat sakit.

My Favorite DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang