46 - GALANDRA & REMBULAN

215K 15.2K 803
                                    

Gala tersenyum lebar. Dia menatap gadis- maksudnya wanita yang ada dalam dekapannya, dia terlihat cantik dan lucu dengan wajah damai nya. Tangan Gala bergerak untuk membenarkan anak rambut Rania yang menghalangi pemandangannya.

Kali ini, Gala benar - benar tidak bisa menjelaskan perasaannya. Dia sangat senang. Rania telah mengizinkannya menjadi pria pertama untuknya. Entah kebaikan apa yang Gala perbuat, tapi Rania benar benar hal terindah yang dia miliki. Rania memberikan semua nya kepada Gala.

Cantiknya. Istrinya. Wanita nya. Entah apalagi yang harus Gala ucapkan sebagai rasa syukurnya dengan datangnya Rania dalam kehidupannya. Rania benar benar mampu merubahnya. Rania memiliki tempat tersendiri di hidupnya.

Rembulan Rania Anjani. Ah, nama indah itu selalu membuatnya berdebar ketika menyebutnya. Cup! Gala mencium kening Rania pelan, karena tidak ingin mengganggu tidur nyenyak sang istri. Aktivitas mereka kemarin malam pasti membuat Rania kelelahan.

Gala tidak berniat untuk tidur. Dia terus terjaga sambil menatap wajah cantik Rania. Inikah cinta? Kenapa berbeda dengan yang ia rasakan kepada Rere? Gala menggelengkan kepalanya, dia tidak boleh membanding siapapun.

Rania bergerak gelisah, Rania mencari kenyamanannya di dalam pelukan Gala lalu kembali untuk tidur. Gala terkekeh, Rania benar benar lucu. Kenapa dia merasa seperti budak cinta ya?

“Sampai kapan kamu liatin aku Mas?” tanya Rania sambil membuka perlahan kedua mata nya.

Gala tersentak kaget, namun dia berhasil mengendalikan raut wajahnya. Cup! Gala mencium bibir Rania. “Morning, sayang,”

Rania tersenyum, “Pagi, Mas.”

“Mau tidur lagi? Ini baru jam 7,” tawar Gala

Rania membulatkan matanya. “APA? JAM 7?”

Tok!

Tok!

Tok!

“Mama!”

“Daddy!”

Rania menatap Gala, seketika dia panik ketika mendengar suara ketuk pintu kamarnya.

“Mas!”

“Pura - pura tidur, Ran. Saya buka pintu dulu,” suruh Gala

Rania langsung menurutinya. Dia menarik selimut hingga lehernya, lalu pura pura untuk tidur.

Ceklek

Gala membuka pintu kamarnya. Dia menatap Damian yang sudah rapih dengan seragam sekolahnya.

“Good morning, Daddy!” sapa Damian

Gala mengangguk, “Morning. Dam, suara nya dipelanin Mama Rania masih tidur.”

Damian mengerutkan keningnya. “Mama masih tidur? Kenapa?”

“Mungkin kecapean karena semalam,”

“Semalam Mama Rania ngapain?”

“Maksud Daddy, mungkin cuaca yang buruk jadi—”

“Aku mau liat Mama, Daddy.”

“Setelah kamu pulang sekolah aja ya? Mama baru tidur nyenyak, kasian. Daddy aja gak berani bangunin, Mama.”

Damian cemburut. Dengan lesuh, dia mengangguk. “Yaudah, pulang sekolah aku temui Mama.”

“Mau Daddy antar?”

Damian langsung tersenyum, dia dengan cepat mengangguk. “Mau!”

“Sudah sarapan?”

Damian menggeleng kepalanya

My Favorite DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang