04. Rebel princess

95K 9.7K 349
                                    

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Pria tersebut tergeletak dilantai usai seseorang menyemprotkan sesuatu ke wajahnya. Sang pelaku melepas pakaian pria yang sekarang tidak sadarkan diri. Pelaku yang berjenis kelamin wanita tersebut mengenakan pakaian pria itu ke tubuhnya.

Orlaith Hawysia Royanne, menggelung rambut panjangnya kemudian ditutupi oleh topi, menutup wajahnya dengan masker, serta mengenakan pakaian petugas yang setiap harinya mengantar bahan makanan ke Istana. Lantas melangkahkan kaki untuk keluar dari Istana.

Dari jarak 5 meter, Orlaith melihat prajurit Istana sedang berbaris rapi mendengarkan ocehan pria berseragam militer bintang empat didepan sana. Itu adalah kekasih baru Alice, yang juga putra paman Howard. Netranya tidak sengaja beradu pandang dengan mata elang tersebut. Orlaith memutuskan pandangan terlebih dahulu, ia kembali berjalan menuju mobil box yang sudah menunggunya.

Dari posisinya, Eros menajamkan mata pada sosok yang mencurigakan disana. Penampilannya memang pria tapi perawakan dan cara berjalannya seperti wanita. Eros mengenyahkan hal tersebut, mungkin hanya perasaannya. Ia kembali fokus pada prajurit didepannya.

Begitu mobil box yang ditumpangi keluar dari lingkup Royal Palace, Orlaith menghembuskan napas lega. Beruntung penjaga gerbang tidak menyuruhnya membuka masker. Sudah dua hari ini ia terkurung dalam Istana. Orlaith hampir mati kebosanan.

"Tuan Sopir, turunkan aku didepan sana ya." Kata Orlaith pada pria disebelahnya ketika mobil yang ia tumpangi hampir tiba ditempat yang disebutkan temannya.

Seketika sopir tersebut mengerem kendaraannya. Membuat jidat Orlaith terantuk dashboard depannya.

"Issshhh..! Kau mau membunuhku!?" Gerutu Orlaith.

"Siapa kau?!" Pekik sopir tersebut karena ini jelas bukan suara rekannya, apalagi ini suara perempuan.

Orlaith membuka masker, dan topinya. Tersenyum manis pada pria disampingnya.

Mata sopir itu membelalak. "Putri Orlaith..?" Merasa tercekat saat berkata.

"Ya ini aku." Jawabnya tanpa melunturkan senyum.

Wajah sopir tersebut langsung pucat pasi. "Putri, kenapa Anda mengenakan pakaian teman saya? Mari saya antar kembali ke Istana." Ia tidak bodoh, sepertinya Putri Orlaith kabur dari Istana.

Orlaith mengibaskan tangan disertai gelengan kepala. "Tuan sopir! Aku sudah bersusah payah keluar dari Istana. Bahkan aku rela memakai pakaian temanmu yang bau parfumnya membuat kepalaku pening." Orlaith berdecak, "parfum ini seperti bau minyak tanah." Imbuhnya.

Sopir itu tidak menggubris pembahasan tentang parfum. "Putri Orlaith, saya akan terkena masalah." Keluh sopir itu.

"Tidak akan." Orlaith menulis sesuatu pada kertas. Lantas menyerahkan kertas berwarna merah berukuran 6x4 cm pada pria disampingnya. "Kau bisa kembali ke Istana untuk menjemput temanmu. Jika ada yang memarahimu, kau tunjukkan kertas ini."

Sopir menerima kertas dan membacanya. 'Ini aku. Orang ini tidak bersalah. Awas jika kalian mempersulit hidup orang ini!' kalimat itu diakhiri dengan gambar tengkorak.

"Tidak ada nama Anda disini, Putri." Ujar sopir kemudian.

"Mereka sudah tau itu tulisanku." Orlaith menyengir.

The General's RegretWhere stories live. Discover now