36. Wrath

37.7K 5.9K 143
                                    

Sesuai janji author, karena chapter sebelumnya vote sudah tembus 1k jadi author up ❤️‍🔥

Jangan lupa vote dan komen 😚

>1700 kata

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Entah mengapa hati Eros sedikit risau, maka dari itu ia memilih menghampiri keberadaan Oliver dan Orlaith. Ketika tiba, Eros melihat John keluar dari toilet wanita. Seketika Eros menangkap ada sesuatu yang tidak beres.

Oliver berkata pada Eros, "Aku seperti mendengar teriakan Orlaith. Tapi aku tidak menemukan Orlaith di dalam." Ekspresi Oliver terlihat gusar.

Eros mengedarkan pandangan ke sekitar. "Kau tadi menunggu dimana?"

"Disana." Ujar Oliver seraya menunjuknya. "Seharusnya aku melihat Orlaith jika dia keluar dari toilet."

Eros ke arah yang berlawanan dari keberadaan Oliver saat menunggu Orlaith, Pun Oliver mengikuti Eros. "Ini pintu apa? Kau sudah mengeceknya?"

Oliver menggeleng karena ia yakin dibalik pintu itu hanya ruangan semacam gudang untuk meletakkan alat-alat kebersihan atau semacamnya.

Eros membuka pintu tersebut dan terbuka. Oliver sendiri tidak menyangka jika dibalik itu ada sebuah jalan. Mereka melewati pintu tersebut. 5 meter dari sana, mata Oliver menangkap sesuatu yang sedikit berkilau dalam pencahayaan yang cukup minim disana.

"Itu milik Orlaith." Ujarnya setelah memperhatikan jepit rambut yang saat ini dipegang Oliver. Eros yakin itu milik Orlaith karena ia menyaksikan sendiri ketika Orlaith mengenakannya, dan setelahnya Orlaith mengoceh karena tidak percaya diri dengan tatanan rambutnya.

Eros memusatkan perhatian pada bangku panjang berbahan kayu disana. Entah dirinya yang terlalu teliti atau bagaimana, bangku tersebut sedikit miring dari posisinya, cukup aneh menurutnya. Begitu menggeser bangku itu dengan kakinya, netra tajam Eros terpaku pada sesuatu dilantai.

Darah. Begitu Eros menyentuh beberapa tetesan cairan yang berada disekitaran marmer berwarna coklat tersebut. Eros lantas meraih ponsel untuk menghubungi Alex, ia meminta Alex untuk membawa salah satu prajurit Istana ini kemari. Tempat ini bukan kawasannya, apalagi didepan sana ada dua persimpangan lorong.

Oliver termenung, wajahnya sedikit pucat. Apa yang disentuh Eros tadi darah Orlaith?

Eros menghentikan langkah karena Oliver tidak mengikuti langkahnya. "Ayo!"

"Eros, apa itu tadi darah Orlaith?" Lidah Oliver terasa kelu saat berucap.

Apa Oliver sedang dilanda kecemasan karena memikirkan hal buruk tentang Orlaith? "Kita akan menyesal jika semakin terlambat." Hanya itu yang dapat Eros katakan.

Dirinya sendiri juga tidak dapat menyimpulkan itu darah siapa, namun ada barang milik Orlaith yang tertinggal didekat ceceran darah itu. Semoga saja dugaannya meleset. Eros mengabaikan Oliver dan berlari tidak tentu arah untuk mencari Orlaith.

Oliver mengembalikan kesadarannya, lantas menyusul kepergian Eros.

Sedangkan wanita yang dicari-cari mereka yaitu Orlaith, ia terus meronta dengan segala tenaga yang dimiliki. Tidak banyak yang dapat diperbuat, mulutnya sekarang dibekap sembari dipaksa untuk mengikut langkah pria tersebut, didepan pria ini ada wanita yang tadi ia tolong di toilet. Sebenarnya siapa mereka? Apa niat mereka?

Paras wanita itu cantik, penampilannya juga glamour. Sedangkan si pria parasnya biasa saja, cenderung kurang menurut Orlaith. Mungkin tingginya hampir sama dengan Eros tapi tubuh pria ini berkali lipat lebih besar. Wajah pria ini lebar, jidat lebar, bola matanya menonjol seolah akan keluar dari rongga matanya, hidungnya lebar dan hampir tidak memiliki struktur penyangga, bibir pria ini sangat tebal dan yang terakhir, di salah sisi wajahnya terdapat luka codet yang cukup panjang.

The General's RegretDove le storie prendono vita. Scoprilo ora