56. Soporific

37K 5.4K 1.2K
                                    

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥

> 1600 kata


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

"Bagaimana kabar kakek dan nenekmu?" Tanya King Philips pada Oliver.

"Nenek meninggal saat usia saya 10 tahun. Kakek meninggal 3 tahun yang lalu." Jawab Oliver. Ia tidak sengaja berpapasan dengan King Philips dan disinilah sekarang ia berada, berdua dengan King Philips diruang kerjanya.

King Philips tidak menyangka jika mertuanya telah tiada. "Jadi, Angelina di Italia sendiri?"

Oliver menggeleng, "Ada pelayan, sopir, tukang kebun dan lain-lain."

Terdengar helaan napas dari King Philips, padahal bukan itu jawaban yang ia inginkan. "Apa kesibukan Angelina sekarang?"

"Mama memiliki yayasan untuk bayi dan anak-anak terlantar. Mama menghabiskan waktunya dengan bocah-bocah disana." Sedari tadi Oliver hanya menunduk saat berkata.

Oliver masih belum dapat menerima kenyataan jika yang ada dihadapannya adalah ayah kandungnya. Sesungguhnya Angelina tidak pernah menanamkan kebencian untuk pria ini. Angelina merawat, membesarkan dan selalu melimpahkan kasih sayang— Oliver sudah cukup walau hanya memiliki satu orangtua. Karena niatannya datang kemari untuk dekat dengan saudarinya, tidak demi pria ini.

King Philips tersenyum tipis. Angelina memang memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Ia masih ingat betul betapa antusiasnya Angelina saat diberi kepercayaan untuk memimpin yayasan sosial yang berada dibawah naungan Kerajaan. Sepertinya sifat Angelina yang satu itu menurun pada Orlaith karena putrinya tersebut tidak pernah mangkir dari tugas yang satu itu.

"Bagaimana dengan perekonomian kalian selama ini?" King Philips terus memberi pertanyaan untuk mengulik kehidupan Oliver dan Angelina.

"Sangat baik. Kakek meninggalkan harta warisan yang tidak akan habis selama 7 turunan." Jawab Oliver.

Dahulu, keluarga Angelina adalah pebisnis terkemuka di Negara ini. King Philips cukup lega karena perekonomian mereka tidak goyah setelah meninggalkan Negara ini.

Pembicaraan mereka terhenti setelah mendengar suara intercom disana berbunyi. King Philips menekan tombol, suara sekretaris Kerajaan terdengar.

"Kalau begitu saya permisi, Yang Mulia." Oliver berpamitan. Dari percakapan melalui intercom barusan, Yang Mulia meminta sekretaris Kerajaan kemari.

"Tetaplah ditempatmu." King Philips mencegah Oliver keluar karena masih ingin berbincang dengan putranya.

Pun Oliver kembali duduk. Ia masih sadar diri untuk tidak mengabaikan perintah Raja.

"Salam hormat saya, Yang Mulia." Sekretaris Kerajaan tersebut menekuk leher begitu masuk ke dalam ruang kerja King Philips.

"Silahkan." King Philips meminta sekretaris Kerajaan tersebut untuk menyampaikan laporan yang katanya penting.

The General's Regretحيث تعيش القصص. اكتشف الآن