33. Odd

42.5K 6.2K 587
                                    

Jangan lupa vote 😚

> 1800 kata.

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Mereka mendapatkan rute perjalanan di jam malam. Orlaith tidak acuh atas penampilannya. Ia hanya mengenakan dress selutut kemudian ditutup dengan jaket. Tidak ada riasan, bahkan rambutnya hanya dicepol asal. Orlaith terus menguap sedari tadi karena waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Anda mengantuk?" Tanya Oliver. Mereka sedang menuju ke pesawat yang akan membawa terbang ke Negara Swedia.

"Hmm. Setidaknya kita terbang dimalam hari. Aku bisa tidur selama perjalanan." Pasalnya, perjalanan memakan waktu kurang lebih 11 jam, Orlaith bisa mati kebosanan jika berangkat di pagi atau siang hari.

Orlaith menoleh ke belakang lantas bertanya, "Sersan John, apa Jenderalmu tidak jadi ikut dengan kita?"

Oliver menatap jam dipergelangan tangannya, "Masih ada waktu 20 menit lagi, Putri. Mungkin Jenderal Eros dalam perjalanan."

Netra Oliver menatap langkah Orlaith yang saat ini menaiki tangga untuk masuk ke dalam pesawat. Memang hanya hal kecil, namun Orlaith dapat tergores jika sampai tergelincir.

Oliver hanya berpura-pura lalai selama menjadi ajudan Orlaith, membiarkan Orlaith bersenang-senang diluar sana. Jika ia terlalu serius selama menjadi ajudan, Orlaith pasti tidak tahan dan semakin berulah, itu akan berimbas pada posisinya. Oliver sudah bersusah payah mendapatkan posisi sebagai ajudan Orlaith, ia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan untuk dekat dengan Orlaith.

Namun, tidak sekalipun Oliver mengabaikan Orlaith. Bahkan ia sengaja menempatkan penyadap suara jarak jauh didalam dompet Orlaith. Dengan begitu, Oliver akan mengetahui jika Orlaith dalam kesulitan, bahaya dan lainnya.

"Selamat malam, Your Highness The Princess Orlaith." Sapa lima kru pesawat secara bersamaan.

"Malam." Balas Orlaith tak kalah sopan.

Kelima orang tersebut lantas memperkenalkan diri satu persatu. Mereka terdiri dari pilot, co-pilot, dua pramugari, dan engineer. Setelah beramah tamah, Orlaith kembali melanjutkan langkahnya.

"Putri, Anda belum makan malam. Sebaiknya Anda makan terlebih dahulu." Ujar Oliver sebelum Orlaith masuk ke dalam kamar tidur pribadi dalam pesawat ini.

Orlaith mengusap-usap perutnya, wajahnya terlihat berpikir. "Baiklah." Jawabnya kemudian.

Oliver lantas menuju kabin depan untuk meminta pada pramugari menyiapkan makanan. Ia mengurungkan niat untuk membuka suara, sedikit memundurkan langkahnya karena ingin mencuri dengar dua wanita yang sedang bergosip.

"Putri Orlaith tetap cantik walau tanpa riasan, kau ini bicara apa!?" Ujar salah satu dari pramugari menanggapi perkataan temannya.

"Seharusnya dia tetap menjaga penampilan." Cibir wanita satu lagi.

"Cleo, kau pikir aku tidak tau, kau bicara seperti itu karena menyukai tunangan Putri Orlaith kan? Bangunlah dari mimpimu." Ujarnya seraya tertawa kecil.

The General's RegretрдЬрд╣рд╛рдБ рдХрд╣рд╛рдирд┐рдпрд╛рдБ рд░рд╣рддреА рд╣реИрдВред рдЕрднреА рдЦреЛрдЬреЗрдВ