28. Brother in law

42.2K 6.5K 405
                                    

Jangan lupa vote dan komen 😚

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

"Seharusnya kau tidak meninggalkan Orlaith, bagaimana jika dia keluar Istana?" Kata Eros karena Oliver memilih rumahnya sebagai tempat mereka bercakap-cakap. Saat ini keduanya sedang berada diruang kerja Eros.

Oliver hanya mengedikkan bahu tidak acuh. Ia menggoyang-goyangkan bungkus nikotin ke hadapan Eros. Pun Eros menggerakkan tangannya, memberi isyarat jika ia tidak keberatan Oliver merokok diruang kerjanya. Eros mengangsurkan asbak ke hadapan Oliver.

Eros menyandarkan punggung ke kursi kerjanya, netranya menatap lekat lawan bicaranya. "Aku ingin mendengar ceritamu, Oliver Kaivan Collins? Ah, itu tidak sopan. Haruskah aku memanggilmu Pangeran Oliver?"

Oliver menghembuskan asap nikotinnya, bibirnya menerbitkan senyum menyebalkan. "Ternyata penyamaranku kurang sempurna. Aku ceroboh dan kurang waspada terhadapmu."

Eros menuangkan wine ke gelas Oliver. Mempersilahkan tamunya untuk menyesap wine tersebut. "Aku curiga setelah melihatmu mengendap-endap masuk ke kamar Orlaith, apalagi kau menciumnya." Wajah Eros cukup kesal saat berkata.

"Kau mengira, aku menyukai Orlaith?" Tebak Oliver seraya terkekeh renyah.

Jika diingat-ingat kembali, mimik wajah Eros dan tatapan Eros belakangan ini padanya terlihat berbeda. Antara tatapan curiga, marah dan penuh waspada. Ketika perjalanan kembali ke Farasta, saat pesawat pribadi Kerajaan mengudara, Jenderal bintang empat ini sengaja menempatkannya didekat keberadaan pasangan tersebut. Ia harus melihat pasangan tersebut bermesraan, lebih tepatnya hanya Eros karena Orlaith bersikap biasa saja. Bahkan Eros beberapa kali mencuri ciuman dari Orlaith. Mungkin Eros sengaja memanas-manasinya untuk mengamati ekspresinya. Lagipula untuk apa cemburu? Sungguh konyol pemikiran Jenderal ini.

"Ya, sebelum aku mengetahui kebenarannya."

"Lalu...bagaimana caramu mengetahui kebenarannya?" Oliver menyeringai lebar, wajahnya terlihat penasaran.

Eros berdecih dalam hati. Ia cukup mengenal baik pria ini karena sempat menjadi ajudannya. Tingkah John yang ia ketahui memang sedikit absurd, sifatnya lebih mengarah ke jenaka namun selalu bersikap serius disaat yang tepat. Eros telah mengetahui bagaimana berkompetennya John sebagai salah satu pasukan yang berada dibawah kepemimpinannya, maka dari itu ia memindah tugaskan John untuk menjadi ajudan Orlaith karena ia yakin John tidak akan seperti ajudan-ajudan Orlaith sebelumnya. Eros benar-benar tidak menyangka dikelabuhi bocah ini. Apalagi bocah ini akan menjadi adik iparnya.

"Setelah menghubungkan benang kusut yang menurutku lebih dari kata 'rumit'. Hari dimana ketika Queen Angelina meninggalkan Negara ini, lalu memperkirakan serta mencocokkannya dengan tanggal kelahiranmu. Menurut informasi yang aku dapatkan, Queen Angelina juga tidak pernah menikah semenjak menetap di Italia."

Eros memiringkan wajahnya ke kanan dan kiri, mengamati struktur wajah Oliver. "Wajahmu mirip Yang Mulia, kenapa aku baru sadar...? Haruskah aku mengucapkan selamat karena wajahmu begitu mirip dengan pemimpin Negeri ini? Jelas kau bukan anak pungut Queen Angelina kan?"

Oliver menggerutu tanpa suara, bisa-bisanya pria ini mengatainya anak pungut.

Eros terkekeh kecil melihat wajah kesal Oliver. "Bagaimana dengan Queen Angelina? Apa beliau sehat?" Tanyanya. Kembali ke mode serius.

The General's RegretWhere stories live. Discover now