25. Uncertain

45.4K 5.6K 359
                                    

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Pria yang bernama asli Oliver Kaivan tersebut sedang berbicara dengan seseorang melalui ponsel. Tidak lama setelah panggilan tersebut berakhir, lawan bicara Oliver mengirimkan pesan. Itu merupakan rincian panggilan keluar dan masuk dari ponsel pria yang ia lenyapkan.

"Andre?" Gumam Oliver seraya mengernyitkan kening. Tidak lama ekspresinya berubah, bibirnya pun menyeringai lebar.

"Alice....apa kau dalang dari semua ini?"

"Tentu saja iya!" Oliver menjawabnya sendiri. Andre adalah pengawal Alice. Andre sendiri tidak memiliki alasan kuat kenapa mencelakai Orlaith, tentu Oliver dapat dengan mudah menyimpulkan jika Andre bekerja sama dengan pria yang ia lenyapkan atas perintah Alice.

Wajah Oliver terlihat berpikir. Mungkin Alice bukanlah wanita sempurna seperti yang terlihat di muka umum. Alasannya memiliki dua kepribadian tentu saja karena wanita itu iri terhadap Orlaith, ingin merebut gelar takhta yang dimiliki Orlaith. Wanita itu selalu mencari muka demi membangun simpati dari masyarakat.

Apa Alice ingin menggunakan cara kotor, berniat melenyapkan Orlaith demi mendapatkan gelar pewaris takhta? Atau Alice dendam pada Orlaith karena sakit hati Eros akan menikah dengan Orlaith? Apapun alasannya, Alice telah menggali kehancurannya sendiri. Ia tidak akan membiarkan Orlaith tergores seujung kukupun.

*****

Sosok Eros dan Orlaith sedang berada di meja makan, duduk berhadap-hadapan. Keduanya menikmati makan siang dalam keheningan. Pandangan Orlaith hanya terpusat pada piring didepannya, Eros sendiri sesekali melirik Orlaith.

Eros mengawali obrolan ketika makanan dipiring mereka tandas. "Orlaith, Yang Mulia meminta kita pulang ke Farasta. Apa kondisimu sudah memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh?"

"Kita? Bukankah kau masih memiliki kesibukan di kota ini?" Orlaith menatap Eros sekilas ketika berucap.

"Keadaan sudah mulai stabil. Sebagian pengungsi sudah kembali ke tempat tinggal mereka. Hanya tinggal beberapa orang ditempat pengungsian karena rumah mereka masih proses perbaikan. Tidak masalah jika aku kembali ke ibu kota." Balas Eros.

"Terserah kau saja. Keadaanku sudah membaik. Aku siap pulang kapan saja."

"Baiklah. Besok kita kembali."

Orlaith hanya mengangguk untuk menanggapinya. Ia memundurkan kursi, "Permisi. Aku ke kamar dulu." Pamitnya.

Eros hanya menatap punggung Orlaith sampai tidak terlihat lagi. Ia tahu jika Orlaith menghindarinya. Padahal yang ia dengar dari percakapan Orlaith dan kedua temannya, wanita itu hampir jatuh hati padanya.

Benaknya lantas menerawang mengingat masa lalu. Banyak sekali perubahan, terutama kedatangan Orlaith ke kota ini, kondisi Orlaith beberapa hari yang lalu, tentang Oliver Kaivan, dan masih banyak lagi. Entah perubahan apalagi yang akan terjadi di masa depan. Apapun itu tidak masalah, asal nasib naasnya dengan Orlaith tidak terulang kembali.

The General's RegretWhere stories live. Discover now