46. Startled

44.7K 6.4K 1.1K
                                    

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

"Apa masih tidak nyaman?" Tanya Eros yang mengamati Orlaith kesulitan berjalan.

"Bisakah aku tidak ikut acara?" Protes Orlaith. Kakinya masih kebas. Pun dengan bagian intimnya masih tidak nyaman, namun sudah jauh lebih baik setelah mengoleskan salep yang diberikan Eros. Orlaith ingin beristirahat saja dikamar daripada mengikuti acara perayaan.

"Tidak pantas, Orlaith. Ini perayaan 22 tahun Yang Mulia bertakhta." Eros tidak ingin masyarakat berspekulasi buruk terhadap Orlaith.

"Ayo. Kita hampir terlambat." Ujar Eros kemudian.

Orlaith mendesah kasar. Lantas memusatkan perhatian kembali pada cermin untuk memastikan penampilannya.

"Cantik dan sempurna." Eros mengomentari penampilan Orlaith.

"Lingkar hitam dibawah mataku membuatku jelek. Wajahku juga tidak cerah seperti biasanya. Apa ini ada hubungannya dengan perubahan statusku dari perawan menjadi tidak perawan lagi..?!" Diakhir kalimatnya Orlaith mendengus kesal.

Eros mendekat, menurunkan punggung kemudian meletakkan dagunya ke bahu Orlaith. Kedua tangannya berada dipinggang Orlaith. Netranya terpusat pada cermin. "Itu karena kelelahan dan pola tidurmu yang kacau." Ia berkata dengan menatap wajah Orlaith dari pantulan cermin.

"Kau menyesal sudah melakukannya denganku? Apalagi aku pria pertama untukmu." Sambungnya.

"Mau bagaimana lagi? Semua sudah terjadi." Balas Orlaith sambil mengalihkan pandangan, tidak berani beradu pandang dengan Eros walau hanya melalui pantulan cermin.

"Bukan itu jawaban yang aku inginkan, Orlaith..." Eros mengusap-usap pinggang Orlaith dengan gerakan sensual.

"Aku tidak menyesal. Daripada aku melampiaskannya pada pria yang bukan calon suamiku." Jawab Orlaith. Eros adalah pria yang sangat panas ketika diatas ranjang. Eros mampu memberinya kenikmatan yang tidak berperi. Dan ia sama sekali tidak menyesal sudah melampiaskan hasratnya pada Eros.

Eros tersenyum tipis, "Aku mencintaimu." Lantas memiringkan wajah Orlaith untuk mempertemukan bibir mereka. Eros melumat sebentar bibir Orlaith.

Keduanya menuju pintu untuk keluar kamar. "Perlu kugendong?" Ucap Eros menawarkan.

"Tidak perlu." Tolak Orlaith. Diluar sana dipenuhi manusia, tentu saja Orlaith memilih berjalan walau terasa tidak nyaman.

"Selamat sore, Putri Orlaith, Jenderal Eros." Sapanya.

Orlaith berwajah pias. Ingatannya melayang saat kemarin memaksa ingin mencium John. Lantas berdehem, "John, tentang kejadian kemarin...," Orlaith kembali berdehem.

"Ada yang iseng memberiku obat perangsang. Aku tidak bisa menahan diri. Maafkan aku." Ujar Orlaith pada ajudannya karena apa yang ia lakukan termasuk pemaksaan.

The General's RegretWhere stories live. Discover now