12. Annoyed

54.7K 6.2K 160
                                    

Jangan lupa vote dan komen 🔥

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Keheningan membentang sepanjang perjalanan. Orlaith usai menghadiri acara resmi pembukaan pekan olahraga sebagai perwakilan istana. Lebih tepatnya atas paksaan Eros. Pria yang sekarang duduk disampingnya, mengancamnya melalui anjing yang bernama Ace itu.

Eros melirik Orlaith. Wanita itu sedari tadi berwajah masam. Ia tahu jika Orlaith terpaksa mengikuti perintahnya. Dan Eros tidak peduli. Yang ia inginkan adalah mengikis image buruk Orlaith. Salah satunya seperti barusan yaitu menyeret Orlaith agar bersedia tampil di muka umum. Ia yakin, sebentar lagi laman berita akan dihiasi pemberitaan tentang Orlaith, berita positif tentunya.

"Kau tidak rugi apapun, Orlaith. Berhentilah merajuk." Suara Eros terdengar memecahkan keheningan didalam kendaraan yang mereka tumpangi.

"Kau tidak bisa membedakan mana merajuk dan mana yang marah?" Dengus kesal Orlaith.

Eros memainkan ponsel, memutar video yang tadi diambil saat acara. Sosok Orlaith terlihat bersahaja saat berdiri diatas panggung memberikan beberapa patah kata. Jauh diluar dugaan Eros, Orlaith tidak seburuk yang ia pikirkan. Justru wanita ini tergolong cerdas dan berintegritas. Pembawaan Orlaith dalam acara tadi sangat tenang, setiap kata yang mengalun dari bibir Orlaith seolah menghipnotis para pendengarnya, membuat mereka terkesima.

"Suatu pertandingan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan, namun ditentukan pula oleh nasib dan keberuntungan. Sebab tidak ada yang dapat memastikan, apabila dihadapkan pada kemampuan dan peluang yg sama. Itulah menariknya olahraga."

"Untuk apa kau merekamku?" Hardik Orlaith begitu mendengar suaranya. Lantas merebut ponsel Eros dan menghentikan video tersebut. Setelahnya, ia mengembalikan lagi ponsel tersebut pada sang pemilik.

"Pidatomu tadi sangat memukau. Padahal tanpa latihan ataupun membaca contekan." Puji Eros dengan tulus.

"Jenderal, aku harap ini kali pertama dan terakhirnya kau menyeretku untuk datang ke acara seperti tadi." Orlaith menoleh sekilas pada Eros, berkata dengan serius.

"Aku tidak bisa mengabulkannya." Acara barusan memang sudah seharusnya tugas Orlaith. Jika Orlaith tidak hadir, sudah pasti Alice yang akan menggantikannya. Eros tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Orlaith tidak bersuara kembali, hanya mendelikkan mata, menatap Eros penuh permusuhan. Menyetujui perjodohan dengan Eros adalah hal yang buruk. Ia pikir Eros bukan sosok yang perlu ia khawatirkan, termasuk ikut campur atas kehidupannya. Namun dugaannya salah, Eros justru merusak rencana yang telah ia susun sedemikian rupa.

"Kenapa, Orlaith? Kenapa seolah-olah kau membangun image buruk di mata publik? Menurut pengamatanku, kau hanya memakai topeng selama ini." Tukas Eros kembali berusaha menguliknya.

"Berhentilah untuk tidak ikut campur lebih jauh lagi. Paham, Jenderal?" Berkata dengan penuh penekanan.

Eros hanya mengedikkan bahu, tidak terpengaruh dan tidak peduli. Ia justru semakin penasaran dengan wanita ini.

Kendaraan yang mereka tumpangi tiba di Royal Palace. Orlaith segera keluar tanpa menunggu seseorang membukakan pintu untuknya. Ia juga mengabaikan sapaan hormat prajurit, wajahnya terlihat kesal sepanjang langkahnya memasuki istana.

The General's RegretWhere stories live. Discover now