✩03. Bakat Tak Berguna✩

100 28 19
                                    

Sudut bibir Erina terangkat, membaca pesan masuk dari grup klub teater. "Wah tahun ini, klub teater mau ngadain drama musikal, buat acara ulang tahun sekolah!"

Mata Erina berbinar senang. Dia mengepalkan kedua tangan, lalu mengangkatnya ke atas. Erina berharap, "Pokoknya tahun ini, gue pasti bisa jadi peran utama! Semangat Erina!"

Tenaga Erina kembali penuh, dia bersemangat berniat mendaftarkan diri menjadi pemain drama. Hanya saja, Erina tiba-tiba menurunkan kedua tangannya ke bawah. Dia kembali menyentuh perutnya yang berbunyi. Erina menepuk kepala, dia lupa belum makan siang. "Nanti aja daftarnya. Sekarang mendingan bawa buku ke perpus, pulang ke rumah, makan, udah gitu baru balik lagi ke sekolah."

Erina menepuk-nepuk pipinya pelan, sebelum bertekad, "Liat aja Arga! Gue pasti buktiin, kalo cewek jelek yang lo hina ini. Bisa nampilin penampilan bagus di depan semua orang!"

· · • • • ࿙✩࿙ • • • · ·

Klub teater, sebuah klub yang dipenuhi dengan siswa dan siswi penggemar dunia akting. Tak hanya akting, para anggota juga senang membuat naskah drama. Bahkan sekarang, mereka berniat menampilkan kisah yang dibuat oleh pemikiran para anggota bersama-sama.

"Bulan Harapan. Itu judul buat drama musikal kita," ungkap Febri, sembari membagi-bagikan kertas berisi alur cerita.

Ketika jari jemari Erina menyentuh lembaran kertas. Dia membuka lebar matanya, menatap rinci setiap kata yang tertulis di dalamnya. Bibirnya diam-diam melengkung ke atas. Meskipun drama ini hanyalah drama biasa, tapi menurut Erina sangat luar biasa. Itu karena naskah ceritanya adalah hasil pemikiran semua anggota teater.

"Bulan harapan. Berkisah tentang Putri Bulan yang mempunyai harapan untuk bisa melepaskan rakyatnya dari penjajah kerajaannya."

Setiap deskripsi tentang drama ini, membuat Erina membayangkan dirinya tampil di atas panggung, dengan penampilan cantik menawan. Tak hanya penampilannya saja, Erina berharap bisa membuat para penonton merasakan emosi yang sedang dia mainkan. Setiap pengucapan dialog, pembawaan ekspresi wajah, gerak tubuh, atau bahkan nyanyian di drama, ingin Erina ekspresikan dengan sempurna.

Febri kemudian menjelaskan karakter Putri Bulan, "Dia adalah putri pemberani, baik hati, tak pernah menyerah, mempunyai empati tinggi, dan tentunya cantik."

Cantik. Satu kata yang membuat Erina diam mematung. Untuk waktu yang cukup lama, Erina terdiam tak mengedipkan matanya. Setelah mengartikan kata "cantik" ke dalam otaknya, Erina tiba-tiba teringat ucapan kakak kelasnya dulu,"Jangan takut, wajah lo gak cocok main drama. Sekarang zaman udah maju, lo bisa aja pake make up."

"Asal lo punya bakat meranin perannya, gue jamin make up bisa ngerubah semuanya."

"Mau jadi putri, alien, tuyul, hantu, sinder bolong, zombie, atau pun mumi. Pasti bisa! Jadi jangan ragu gabung di klub teater! Semua orang berbakat selalu kami tampung."

Terdengar seperti kata-kata promosi untuk klub, tapi Erina menganggapnya sebuah motivasi. Jujur saja, setelah menonton drama teater kakak kelasnya dulu. Erina langsung jatuh cinta pada peran drama. Dia terkagum-kagum, melihat para anggota yang begitu mendalami perannya. Di balik riasan wajah dan kostum yang mereka pakai, tersimpan sebuah emosi yang bisa menyentuh hati kecil Erina.

Setelah menjelaskan semua keseluruhan drama. Febri berkata, "Karena ditunjuk itu gak enak, silakan kalian baca naskahnya, terus pilih mau meranin apa."

"Nanti, kalo ada dua orang yang milih tokoh yang sama ... berarti kita harus pilih salah satunya," lanjut Febri.

Tanpa ragu, Erina memutuskan untuk menjadi peran utama. Dia tersenyum percaya diri, mengingat saat anggota klub teater terdahulu memuji bakat aktingnya. Erina yakin, dia pasti bisa menjadi pemeran utama.

BYE BYE MY NIGHTMARE ☑Where stories live. Discover now