✩40. Bye Bye My Nightmare; END✩

123 24 8
                                    

"Tapi, gue punya satu impian yang mungkin gak bakal pernah terkabul," kata Erina.

"Mimpi apa?" tanya Nicholas heran.

"Mimpi nikah sama lo," jawab asal Erina. Gadis itu melanjut, "Hal itu gak mungkin terjadi. Karena lo gak suka sama gue, dan menganggap perasaan gue cuman suka biasa."

"Wajar sih, gue jelek dan suka nyusahin lo," sambung Erina.

Nicholas mengernyitkan kening. Dia melihat Erina tersenyum, tapi bibirnya terus merendahkan dirinya sendiri. Nicholas membalas, "Gue seneng, denger lo suka sama gue. Tapi, gue bakal lebih seneng lagi, kalo lo bilang, lo suka banget sama diri lo sendiri."

"Sebelum suka sama orang lain, gue mau lo sukai diri lo sendiri, oke?" lanjut Nicholas.

Erina tertawa kecil, setelah ditolak Nicholas dengan kalimat halus. Gadis itu kemudian naik ke sepeda motor milik Nicholas. Dia duduk di belakang cowok itu, kemudian menepuk punggungnya. "Ayo jalan! Jangan banyak ngobrol di sini. Mendingan kita pulang sekarang."

"Oke," balas Nicholas. Sepanjang perjalan menuju rumah Erina. Keduanya tak banyak bicara. Mereka terdiam, memikirkan masalahnya masing-masing. Sampai keduanya sampai di depan rumah Erina.

Sebelum Erina masuk ke rumah, Nicholas memanggil namanya. Dia meminta Erina untuk berbalik, lalu memberitahu,"Erina, sebelum gue pindah. Gue mohon, seberat apa pun masalah lo, jangan pernah berniat bunuh diri."

"Karena gue gak mungkin, selalu bisa nyegah lo bunuh diri."

"Inget ramalan gue, lo pasti sukses asal berusaha aja," lanjut Nicholas.

Erina menganggukan kepala, "Oke. Gue pasti berusaha. Lo juga, jangan lupa buat usaha banggain Mama lo!"

Nicholas tersenyum, cowok itu kemudian mengingatkan,"Oh iya, perihal rasa suka lo sama gue. Tolong move on, cari cowok lain yang lebih pantes lo sukai."

Jujur, perkataan Nicholas sedikit menggores hati Erina. Gadis itu menundukan kepala, dia seharusnya sadar diri. Tak berharap, Nicholas menghargai perasaannya. Lagi pula, cowok itu memang senang bermain-main dengan hatinya.

Nicholas melanjut, "Gue bukannya gak suka sama lo, atau bahkan nolak perasaan lo."

"Karena jujur, gue juga suka sama lo," ungkap Nicholas.

"Suka sebagai cowok biasa, bukan sebagai teman," lanjut Nicholas.

Jantung Erina berdetak kencang. Dia merasakan perasaan senang, mengalir ke semua saraf nadinya. Wajahnya memerah, dengan kepala yang mulai menunduk malu. Erina memegang erat, kotak hadiah yang diberikan Nicholas. Mungkin ucapan Nicholas tidak lah manis apalagi romantis. Namun, cowok itu berhasil membuat wajah Erina memanas.

"Tapi, kita gak bakal bisa barengan lagi. Jadi, dibanding makin suka, ujung-ujungnya sakit. Lebih baik lo nyari cowok lain."

"Balerina gue, gak boleh nangis lagi," lanjut Nicholas.

Tidak ada pelukan perpisahan, atau pun rasa sedih akan berpisah. Semua itu sudah musnah, digantikan oleh sebuah senyum terakhir Nicholas. Senyuman manis, yang menghilang seiring berjalannya waktu. Erina menguatkan hatinya, setelah Nicholas pergi dari pandangannya hanya dalam hitungan menit.

"Semoga kita ketemu lagi," harap Erina.

· · • • • ࿙✩࿙ • • • · ·

Impian Erina itu banyak, seperti bintang yang bersinar di langit malam. Semuanya sulit diraih apalagi digenggam. Semakin susah, ketika Erina merasa, jika hidupnya begitu suram. Ini semua karena mimpi buruk, yang membuat hidup Erina menjadi kelam.

BYE BYE MY NIGHTMARE ☑Where stories live. Discover now