✩05. Bahagia Di Atas Penderitaan Mantan

90 27 25
                                    

Farel tak sengaja tersandung, tubuhnya terhuyung hingga jatuh. Sementara ember yang dia pegang terlepas, lalu melayang ke arah Arga.

"Oh My Gosh!" Sabrina langsung menjauh, takut terkena cipratan air kotor. Dia berdecak berulang kali, melihat ember mendarat tepat di atas kepala Arga.

Buliran air kotor berjatuhan dari rambut Arga. Arga tak bisa melihat apa pun, karena pandangannya tertutup ember. Dia hanya bisa merasakan perasaan dingin, setelah kulit tubuhnya bersentuhan dengan air. Tak hanya itu saja, Arga juga mencium aroma tak sedap. Matanya memelotot, dengan kedua tangan mengepal kesal. Dia langsung melepas ember yang ada di kepala, baru kemudian melempar ember itu kasar.

"Gobl*k!" Wajah Arga memerah. Dia memandang tak suka ke arah Farel. Tatapannya menggambarkan kebencian yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata.

Berbanding terbalik dengan Erina. Sudut bibir Erina terangkat ke atas. Dia diam-diam menutup mulutnya yang hampir mengeluarkan suara tawa. Erina ingin tertawa kencang, menertawakan kesialan Arga.

"Tertawa di atas penderitaan orang itu gak baik. Tapi entah kenapa, kalo orang yang menderita itu mantan sendiri. Rasanya malah seneng banget," jujur Erina pada dirinya sendiri.

"Astaga, kenapa gue jadi jahat?" Erina langsung menggeleng-gelengkan kepala. Setidaknya, karena wajahnya tak secantik gadis lain. Hatinya harus cantik, dia tak boleh mengotori hati baiknya. Akan tetapi, Erina tak bisa berhenti tersenyum, mengingat-ngingat saat ember itu mendarat tepat di atas kepala. Itu pun saat Arga tengah  menggombal pada Sabrina.

Rasanya sebuah kebahagian muncul di hati Erina. Dia kembali tertawa, sampai lupa harus mengantar kucing hitam ke gerbang sekolah. Setelah puas mengejek Arga dalam hati, Erina kembali mengamati Arga. Orang itu sekarang sudah seperti gunung yang akan meletus. Dia berjalan ke arah Farel, dengan kedua tangan yang mengepal kuat.

"Maaf. Gue gak sengaja," kata Farel dengan suara lirih.

"Sengaja gak sengaja. Lo udah buat baju gue basah beg*," ucap Arga sembari menggerakkan kepalan tangannya menuju wajah Farel.

"Lo yang beg*. Farel udah minta maaf, lagian dia juga gak sengaja. Gak usah pake emosi, dan jangan baper. Chill aja bro," celetuk Nicholas sembari berjongkok. Dia menatap Arga tanpa rasa bersalah.

Suara Nicholas berhasil menghentikkan pergerakkan Arga. Dia berbalik ke belakang, mengganti sasaran kemarahannya. Begitu bola mata Arga bertemu dengan mata menantang Nicholas. Dia semakin mengepalkan kedua tangannya.

Dari tatapan benci yang diberikan Arga ke arahnya. Nicholas malah tersenyum manis, dengan kedua mata menyipit. Nicholas melambaikan tangan, sebelum berjalan ke arah Arga. "Wah ... gue kira siapa yang kena air kotor. Ternyata Pangeran sekolah."

Nicholas mengamati penampilan Arga dari bawah hingga ke atas. Matanya lalu berhenti, tepat di bola mata Arga. Tanpa permisi, Nicholas menaruh salah satu tangannya di bahu Arga. Dia menepuk-nepuk bahu itu, sebelum memberi saran,"Baju lo basah. Dibanding berantem terus masuk angin. Mendingan lo ganti baju sana."

Sebelum Nicholas menepuk lagi bahu Arga, tangan Arga langsung menghempaskan tangan Nicholas. Arga mengusap-ngusap bahunya, seolah-seolah sedang membersihkan bakteri yang sudah Nicholas berikan. Sejujurnya, Arga sangat tak menyukai orang yang ada di hadapannya ini. Setiap dia berada di dekat Nicholas, pasti selalu ada masalah yang ditimbulkan orang itu.

Arga menyindir, "Pantesan gue sial hari ini. Rupanya pembawa sial ada di sekitar gue."

"Lo kayaknya gak bisa hidup, tanpa masalah sehari aja," lanjut Arga.

Nicholas menguap, tak tersindir sedikit pun. Dia berdeham, sebelum mengernyitkan alisnya. "Tentu aja gak bisa. Karena masalah-masalah ini, hidup gue jadi lebih berwarna."

BYE BYE MY NIGHTMARE ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang