✩23. Bangga✩

52 18 3
                                    

"Arga, ayo tanding basket," ajak Nicholas

Orang yang diajak bertanding, tersenyum remeh. Dia menjawab, "Siapa takut."

Angin berembus menerbangkan daun-daun kering yang jatuh dari pohon. Salah satu daunnya terbang, melewati Erina yang memelototkan mata. Gadis itu menatap heran ke arah Nicholas. Dia berbisik, "Kol, otak lo lagi bermasalah ya? Pake nantangin Arga main basket segala. Dia pemimpin klub basket, gak akan mudah buat menang."

Erina menggelengkan kepala, dia mencoba melepaskan tangan Nicholas dari pergelangan tangannya. Namun, Nicholas tak membiarkan dia kabur begitu saja. Nicholas tersenyum nakal, dia berbisik, "Emangnya kalo tanding basket, wajib banget menang ya?"

"Gue cuman mau main-main doang," lanjutnya.

"Gue gak peduli! Terserah lo! Kalo mau main basket sama Arga, main aja sana! Gak usah nahan-nahan gue di sini! Gue mau pulang!" kata Erina, yang tak betah berada di sekitar Arga.

Nicholas berujar, "Jangan dulu pulang. Kalo lo pulang duluan, nanti gue pulang sendiri dong? Emangnya lo gak takut, temen lo yang tampan dan menggemaskan ini diculik Tante girang?"

Kening Erina mengernyit, dia menghempaskan tangan Nicholas dari pergelangan tangannya. "Mana ada, Tante girang yang mau nyulik cowok bawel kayak lo! Gak usah manja, pulang aja sendiri!"

Nicholas masih belum menyerah, untuk membujuk Erina. "Ayolah Erina, cuman sebentar doang. Di sini sepi, gak ada penonton buat nyemangatin gue."

"Lo tinggal duduk di kursi penonton sama Sabrina doang. Udah gitu aja," lanjut Nicholas.

Erina mengeluarkan napas panjang. Dia melihat Sabrina yang sudah duduk manis di kursi penonton. Gadis itu tersenyum ke arah Arga, sembari mengepalkan kedua tangan, "Semangat Arga!" ucapnya.

Padahal Erina sudah mencoba untuk menghindari kedua orang itu. Dia juga bersaha melupakan Arga sedikit demi sedikit. Namun, tetap saja. Semua panca indera Erina, masih bisa merasakan kehadiran dua orang pembawa masalah dalam hidupnya ini. 

Erina memperingati, "Nikol, jangan malu-maluin diri lo sendiri."

"Kalo lo gak berhasil masukin satu aja bola basket, gue ikutan malu," lanjutnya.

Niat Nicholas untuk bertanding tidak luntur juga. Dia malah semakin membulatkan tekad untuk bermain-main dengan Arga. Dia tersenyum, lalu kembali mengingatkan, "Kalah dan menang, udah biasa dalam permainan."

"Yang gue mau cuman, hiburannya doang. Kayaknya main-main sama si Arga seru juga," kata Nicholas.

Erina menundukkan kepala, tak tahu bagaimana cara menghentikan langkah Nicholas. Dia akhirnya menyetujui permintaan Nicholas untuk menonton pertandingannya.

"Erina! Ulurin telapak tangan lo!" pinta Nicholas.

Telapak tangan Erina langsung terulur, lalu bertanya, "Lo mau apa?"

Tangan Nicholas langsung menepuk telapak tangan Erina dari atas. Nicholas tersenyum, sebelum menjawab, "Semoga aja, bakat main basket lo nular ke gue."

Erina tak terlalu mempedulikan ucapan Nicholas. Dia berbalik dan berjalan menuju kursi penonton. Tanpa rasa semangat, Erina mengangkat salah satu tangannya ke atas. Dia mengepalkan tangan itu, sebelum berkata, "Semangat Nikol."

Bola basket terpantul ke atas dan ke bawah. Nicholas mendrible bola basket, sebelum melemparnya ke arah Arga. Dia berkata, "Permainan ini cuma buat main-main doang. Jadi, aturan permainannya gak usah ngikut aturan asli permainan bola basket."

"Orang yang lebih dulu masukin bola ke dalam ring lawan, sebanyak dua belas kali. Itu pemenangnya," kata Nicholas.

"Oh iya, yang paling penting adalah, jangan baper, chill aja. Lagian cuman main-main doang," sambung Nicholas sembari menyipitkan matanya.

BYE BYE MY NIGHTMARE ☑Where stories live. Discover now