✩39. Bintang Jatuh✩

51 19 2
                                    

Dari ucapan dan ekspresi Nicholas, Erina bisa melihat jika Nicholas tak keberatan harus pergi. Cowok itu tampak baik-baik saja, seolah pindah rumah bukan sesuatu yang luar biasa baginya. Erina menurunkan sudut bibirnya, dia mengingat jika Nicholas memang selalu berpindah-pindah rumah. Jadi hal ini bukan hal asing baginya.

"Nicholas, tapi lo bakal ke sini lagi?" tanya Erina.

Mengenai pertanyaan Erina ini, Nicholas tak tahu harus menjawabnya seperti apa. Cowok itu terdiam, sebelum berkata, "Gue gak bisa ngeramal soal ini."

Semakin menurun lah sudut bibir Erina. Dia menundukkan kepala, menyembunyikan air mata yang hampir jatuh ke lantai. Seharusnya Erina rela, Nicholas pergi. Lagi pula, dia sejak dulu tak membutuhkan Nicholas. Erina bisa menjalani hidup normal tanpa cowok itu. Namun, hati kecil Erina tak bisa berbohong. Dia tak mungkin bisa, menyembunyikan harinya yang suram tanpa obrolan panjang Nicholas.

Nicholas berdeham, dia memandang ke arah air hujan. Sementara bibirnya bertanya, "Emangnya, lo mau ketemu sama gue lagi?"

Erina mengangkat wajahnya. Dia melihat ke arah Nicholas yang masih melihat air hujan turun. "Kalo bisa, gue mau ketemu sama lo lagi."

"Kenapa?" tanya Nicholas.

Pertanyaan dari Nicholas membuat Erina terbungkam. Otaknya berpikir keras, untuk menjawab pertanyaan sederhana ini. Kenapa Erina tak mau Nicholas pergi? Mereka hanya orang asing, yang disatukan dengan ikatan teman masa lalu. Kenapa juga Erina harus bersedih hati, ketika Nicholas pergi?

Jantung yang berdetak kencang, diringi perasaan bahagia ketika melihat senyuman Nicholas. Apa artinya semua ini untuk Erina? Apa Erina benar-benar sedang jatuh cinta? Dia menyukai cowok aneh ini? Untuk itu, Erina tak mau Nicholas pergi?

"Lo suka sama gue?" tanya Nicholas langsung pada intinya.

Jika dulu Erina mengelak, ketika Nicholas menanyakan pertanyaan ini. Maka sekarang, Erina malah mematung tak bisa berkata-kata.  Meskipun suara air hujan mengalir, dan musik kafe terdengar di seluruh ruangan. Pikiran Erina malah berfokus pada kata-kata yang diucapkan Nicholas. Mata Erina tak bisa berpaling, dari bola mata Nicholas yang meminta jawaban dari pertanyaannya.

"Ya. Gue suka---" ucapan Erina langsung terhenti, saat Nicholas membekap bibirnya dengan salah satu tangan. Dia melarang,"Jangan diucapin."

Nicholas tertawa kecil, meskipun sebenarnya jantungnya berdetak kencang. Dia melirik ke arah Erina. "Syukurlah, lo suka sama gue ... sebagai seorang teman."

Teman.

Erina menurunkan sudut bibirnya beberapa saat, sebelum tersenyum canggung. Dia sebenarnya kecewa, karena Nicholas menganggap ucapan suka Erina, hanya sebatas suka sesama teman saja. Apa Nicholas keberatan, jika Erina menyukainya lebih dari teman biasa?

Seharusnya Erina sadar diri, Nicholas tak mungkin menerima perasaan gadis jelek sepertinya. Namun, Erina cukup tenang karena dirinya sudah mengatakan apa yang ingin dikatakan. Setidaknya dia tidak penasaran lagi, terhadap reaksi Nicholas ketika bibirnya mengucapkan hal ini.

Menit demi menit, berganti menjadi jam. Selama satu jam lebih, keduanya makan dan minum bersama, sembari mengobrolkan hal-hal aneh. Seperti biasa, Nicholas akan memulai percakapan panjangnya, yang dibalas ucapan pendek Erina. Keduanya menunggu air hujan berhenti turun, sekaligus menghabiskan waktu terakhir untuk bersama.

Senyuman, tawa, ucapan panjang dari Nicholas, kembali menyihir perhatian Erina. Dia diam-diam merasakan jantungnya terenyut sakit. Kenapa Nicholas memberikannya perhatian lebih? Kenapa dia senang melihat ke arah Erina, ketika semua orang tak pernah menganggap keberadaan Erina? Kenapa Nicholas selalu mendorong Erina untuk maju? Kenapa juga, Nicholas selalu berhasil membuat jantung Erina berdetak sangat kencang?

BYE BYE MY NIGHTMARE ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang