✩17. Bahasan Sensitif✩

58 20 9
                                    

Cahaya matahari bersinar terang, menyinari lapangan upacara Sma Harapan bangsa. Tepat di tengah lapangan, ada dua siswa yang saling menatap tajam satu sama lain. Kedua tangan mereka yang mengepal erat, ditahan beberapa siswa. Mereka berulang kali memberontak, ingin menghajar lawan di depan mata.

"Anj**! G*bl*k! Playboy gak tahu diri! Beraninya lo deketin cewek gue!" seru Arga.

Farel berdecak. Dia menatap sinis ke arah Arga. Sebelum menjawab, "Beg* lo! Udah gue bilang, gue gak ngedeketin si Centil Sabrina! Dia aja yang kegatelan ngedeketin gue!"

"Lo ngatain cewek gue kegatelan?! Gak sadar diri lo!" Arga meninggikan suaranya.

"Emang iya 'kan? Gue gak minat sama cewek gatel kayak pacar lo," ungkap Farel.

Erina terdiam beberapa saat. Dia mengedipkan mata tak paham. "Katanya Nicholas yang berantem? tapi ternyata, malah Arga sama Farel."

Erina mengedarkan pandangannya ke arah lain. Di tengah-tengah keributan ini, tiba-tiba Erina melihat Nicholas. Cowok itu menjulurkan tangannya ke samping kanan dan kiri. Dia menahan kepala Farel dan Arga yang akan memulai perkelahian.

Nicholas berdecak beberapa kali, dia heran dengan sikap keduanya. "Kalian berantem cuman karena si Sabrina?"

"Merebutin cewek doang?!" Nicholas tertawa kecil. Dia melirik ke arah beberapa siswi yang belum pulang sekolah. Mereka semua menonton ke arah lapangan, penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Nicholas mengungkap, "Cewek banyak, gak cuman si Sabrina doang."

"Ngapain kalian merebutin dia sampe berantem segala."

"Kalo pun mau rebutan, gue saranin main cap cip cup aja. Beres masalahnya gak usah pake kekerasan segala!" seru Nicholas tak ambil pusing.

Perkataan Nicholas membuat api emosi di kepala Farel, semakin memanas. Dia membentak, "Enggak semudah itu g*bl*k! Sabrina pacar gue! dan si buaya itu dengan gak tahu dirinya malah godain pacar gue!"

"Udah jelas, kemarin Sabrina minta gue anterin pulang! Dia yang mulai deketin gue!" lanjut Farel.

Arga semakin geram. Dia kembali memberontak meminta untuk dilepaskan.

Kedua orang ini, membuat kepala Nicholas berdenyut pusing. Dia kemudian menyarankan, "Kalo mau berantem, jangan di sini juga. Malu diliatin murid-murid yang ikutan organisasi. Mendingan nyewa ring tinju aja? Gimana?"

"Gue punya banyak rekomendasi tempat main tinju-tinjua---"

Tepat setelah Nicholas mengatakan hal itu, tiba-tiba semprotan air selang, mengenai semua orang yang ada di lapangan. Arga dan Farel langsung terdiam, melihat guru bk mereka ada di lapangan. Guru dengan kaca mata dan tatapan sinis itu membentak, "Bukannya pulang sekolah, malah buat keributan di sini!"

"Arga, Farel, Nicholas! Sekarang ibu minta, kalian pergi ke ruang bk!" perintah Bu Lina; guru Bk.

Nicholas mengernyitkan kening. "Lah bu?! Kok saya juga dipanggil? Saya 'kan gak bersalah."

"Kamu ibu panggil sebagai saksi Nikol," ujar guru Bk.

Mau tak mau, Nicholas menganggukkan kepala. Dia berjalan di belakang Arga dan Farel yang menggigil kedinginan. Nicholas sempat terdiam, mengelap wajahnya yang basah dengan tangannya sendiri. "Air dari selang, tapi kok bau banget kayak air got," batin Nicholas.

Saat akan melangkahkan kakinya lebih jauh. Tiba-tiba saja, sebuah tisu terjulur ke arahnya. Kening Nicholas mengernyit, dia melirik ke samping. Matanya menemukan Erina dengan senyuman canggung.

"Gue gak bisa ngeringin baju lo. Tapi seenggaknya, gue bisa pinjemin tisu buat ngelap wajah basah lo," ucap Erina.

Nicholas tersenyum, dia berkata, "Oke, makasih."

BYE BYE MY NIGHTMARE ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang