✩19. Benalu Cemburu✩

51 22 5
                                    

Mentari pagi bersinar terang menyinari dunia. Semua siswa dan siswi Sma Harapan bangsa sudah masuk satu persatu ke gerbang sekolah. Berbeda lagi dengan Nicholas yang menunggu di depan gerbang. Dengan kedua tangan menyilang di depan dada, lalu kedua alis yang berkerut cemas. Nicholas berulang kali meremas lengan bajunya. Dia bergumam, "Kenapa Erina masih belum datang juga? Apa dia bener-bener diculik setan? Atau kesiangan?"

"Kenapa coba, chat gue gak dibales-bales? Ditelepon juga gak diangkat?"

"Jadi gini ya, rasanya dighosting?"

Sudah dari kemarin malam, Nicholas cemas memikirkan Erina. Setelah tak sengaja bertemu Sabrina, lalu diobati gadis itu, Nicholas menunggu Erina tepat di depan toko barang antik. Namun, Erina tak kunjung menunjukkan batang hidungnya sedikit saja. Nicholas sudah menyusul Erina, tapi yang dia temukan hanyalah plastik es yang ada di tanah. Sejak saat itu, Nicholas berpikir Erina diculik atau sudah pulang lebih dahulu.

"Kenapa dia belum dateng juga?" Nicholas mengamati jam yang ada di tangannya. Dia membulatkan mata, ketika jarum jam sudah hampir menunjuk ke angka dua belas.

"Tinggal 2 menit lagi. Erina biasanya dateng pagi-pagi ke sekolah. Sekarang kenapa telat? Jangan-jangan dia sakit? atau ... beneran diculik!" Nicholas mengembuskan napas pelan. Akhirnya dia menyerah menunggu Erina. Dibanding duduk berdiri tak melakukan apa-apa, Nicholas lebih memilih mencari tahu pada teman sekelas Erina, atau wali kelasnya.

"Gue yang terakhir kali sama Erina. Kalo dia beneran diculik, gue juga yang bakal disalahin," batin Nicholas.

Tepat saat Nicholas berjalan cepat. Dia sempat berjongkok, menalikan tali sepatunya yang terlepas. Setelah sudah, Nicholas mendongak ke atas. Dia menemukan seorang gadis yang dia cari-cari, sedang berlari menuju kelas. Nicholas langsung berdiri, dia mengejar Erina secepat mungkin.

"Syukurlah Erina masih hidup. Tuh anak emang punya bakat bikin khawatir, " gumam Nicholas.

"Erina! Tunggu!"

"Erina!"

"Erina!" Nicholas berteriak-teriak memanggil Erina. Namun, gadis itu tak mendengarkan panggilannya. Langkah Erina malah semakin melebar, tak mau dikejar Nicholas. Nicholas langsung mengejar Erina dengan kecepatan penuh. Dia berhasil menarik tas gadis itu, sampai tubuh Erina tertarik ke belakang. "Tungguin gue! Lo gak denger, gue manggil nama lo sejak di gerbang?"

Erina mendengkus, gadis itu berbalik menatap tajam ke arah Nicholas. Tanpa suara atau bibir terbuka untuk menjawab, Erina menghempaskan tangan Nicholas yang ada di tasnya. Tepat saat itu, bel pelajaran berbunyi keras. Erina semakin panik, dia segera berlari ke arah kelasnya.

"Erina! Gue belum selesai ngomong woy!" teriak Nicholas.

Kedua alis Nicholas mengernyit. Dia menyilangkan kedua tangan di depan dada. Sembari meringis, merasakan sakit di wajahnya. Cowok itu menggelengkan kepala. "Gak papa lah. Gak usah dikejar. Yang penting Erina baik-baik aja. Dia gak diculik atau pun sakit."

"Nanti gue cari tahu, penyebab dia hilang kayak tukang ghosting."

"Aneh banget sikapnya," gumam Nicholas. Tubuh Nicholas tiba-tiba merinding. Dia merasakan bulu halus di tangannya terangkat. Nicholas jadi berpikir, "Gimana kalo Erina kesurupan? Pantes aja sikapnya aneh, gak kayak biasanya."

· · • • • ࿙✩࿙ • • • · ·

Erina terburu-buru masuk ke kelasnya. Dengan napas terengah-engah, sudut bibir Erina terangkat ke atas. Dia bersyukur, jam pelajaran pertama belum di mulai. "Ini semua gara-gara mikirin Nikol sama Sabrina! Kalo aja mereka gak ngeganggu pikiran gue, mungkin gue gak akan susah tidur. Terus pas tadi lagi, jadi susah bangun juga."

BYE BYE MY NIGHTMARE ☑Место, где живут истории. Откройте их для себя