✩34. Bom Waktu✩

41 19 2
                                    

Ketika matahari masih malu-malu untuk menunjukan semua cahayanya. Saat itu juga, Erina sudah berangkat ke sekolah. Gadis itu sengaja berangkat lebih awal, hanya untuk menyiapkan penampilannya. Tak lupa juga, sebelum berangkat Erina sempat mengundang semua anggota keluarga untuk melihat pertunjukannya.

Setelah sampai di sekolah, Erina menunggu Nicholas datang. Dia tersenyum senang, sembari memainkan ponsel miliknya. Tak jarang, Erina melihat ke arah panggung. Di panggung itu, Erina nanti akan menunjukan bakat aktingnya. "Nicholas kenapa belum dateng juga, ya?" batinnya.

"Erina!" teriak Febri.

"Febri?" Erina menoleh ke arah Febri yang berjalan terburu-buru ke arahnya. Gadis itu tampak panik. Setelah berada di samping Erina, Febri langsung memegangi lengan Erina. "Lo ini gimana sih?"

"Kita kan mau geladi bersih, ngapain lo nunggu di gerbang kayak gitu," gerutu Febri.

Erina tersenyum kikuk, dia menjawab,"Gue nungguin Nicholas datang ke sekolah. Dia belum juga datang soalnya."

Febri membalas,"Gak usah meduliin si Nikol. Sekarang lo mendingan siap-siap ikutan gladi bersih. Lagian si Nikol gak ikut pentas. Mungkin aja, datengnya siang. Pas kita mau tampil."

Akhirnya Erina mengikuti perkataan Febri. Dia berlatih sebentar, kemudian memakai kostum kebaya modern. Febri tersenyum manis, melihat baju pilihannya ternyata cocok dipakai Erina. "Ternyata bajunya muat juga. Syukur deh."

Setiap sepuluh menit sekali, Erina memeriksa ponselnya. Dia juga terkadang melirik ke kanan dan ke kiri. Lebih tepatnya mencari keberadaan Nicholas. Di mana Nicholas? Apakah dia tak tahu, jika Erina saat ini menanti kedatangannya?

Ketika sibuk menunggu datang, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruang klub teater. Erina pikir, Nicholas baru saja datang. Dia mengangkat wajah, dengan senyuman merekah. Sayangnya, senyum Erina lagi-lagi luntur. Di depan matanya hanya ada Arga, dengan senyuman lebar.

Febri menyadari keberadaan Arga. Dia melirik ke arah cowok itu, sebelum bertanya, "Lo mau apa ke sini? Pacar lo gak ada di sini kok. Dia gak masuk sekolah, kakinya masih sakit."

Arga masih tersenyum, dia berucap, "Gue ke sini gak berniat ketemu Sabrina. Gue cuman mau ngasih tahu, alesan Nicholas gak bantuin kalian hari ini."

Erina langsung memasang telinganya, mendengar nama Nicholas dari bibir Arga. Gadis itu semakin ingin tahu, alasan Nicholas tak kunjung muncul di hadapannya. Tanpa sadar, Erina bertanya, "Nicholas di mana? Kenapa dia belum datang juga?"

Dilihat dari senyuman bahagia Arga, Erina bisa menebak jika cowok itu akan membawa berita buruk. Arga pasti senang, jika Nicholas mengalami sebuah masalah. Erina kembali bertanya dengan nada meninggi,"Nicholas di mana? Cepet jawab!"

"Nicholas hari ini gak bakal dateng ke sekolah," ungkap Arga.

"Emangnya kenapa dia gak dateng? Lo jangan ngadi-ngadi, kalo pun dia gak akan dateng, Nicholas pasti ngirim pesan sama gue," balas Febri.

Arga berdecak, sebelum melanjut, "Gimana bisa ngirim pesan, kalo sekarang Nicholas lagi sibuk ngurusin Nyokapnya yang ditangkap polisi."

Sontak, semua anggota klub teater yang tengah bersiap-siap, menatap ke arah Arga. Semuanya memelototkan mata, tak percaya. Apalagi Erina yang mematung, merasakan dadanya menyesak.

"Gimana ceritanya Nyokap Nicholas bisa ditangkap polisi?" tanya Febri heran.

Arga menunjukan layar ponselnya. "Nyokapnya terjerat kasus krim bermerkuri. Dia baru aja ditangkap tadi pagi," lanjut Arga.

"Jangan bohong lo! Nyokap Nicholas gak mungkin kayak gitu," elak Erina.

"Ini buktinya! Baca berita yang ada di hp gue! Di sana jelas-jelas tertulis klinik punya nyokapnya si Nikol!" balas Arga.

Arga menyerahkan ponselnya pada Erina. Dia kembali berucap, "Sejak awal, gue emang udah ngira kalo nyokapnya si Nicholas itu bukan wanita baik-baik. Udah punya anak diluar nikah, sering godain suami orang, eh sekarang ... dia ditangkap polisi."

"Gue heran sama si Nicholas. Dia bisa hidup normal, tanpa mikirin kelakuan ibunya yang luar biasa jelek ini. Padahal Nicholas itu bawel, tapi dia bisa ngerahasiain aib nyokapnya---"

Satu pukulan mendarat di pipi Arga. Kali ini, Erina melukai Arga bukan dengan bola basket saja, tapi dengan kepalan tangannya langsung. Bola mata Erina dilapisi cairan bening, dia memandang tajam ke arah Arga. "Kalo lo gak tau apa-apa tentang hidup Nicholas, mendingan diem aja!"

Arga mengernyitkan alis, dia memegangi pipinya yang baru saja dipukul Erina. Arga berujar, "Gue cuman ngejawab pertanyaan lo aja. Nicholas emang gak bisa dateng ke sini."

Jantung Erina berdenyut sakit. Tanpa berpikir panjang, gadis itu mengambil ponsel. Erina berusaha menghubungi Nicholas, dia bahkan berlari menuju gerbang berniat pergi ke tempat di mana Nicholas berada.

"Erina! Tunggu!" pinta Febri.

Febri langsung menahan pergelengan tangan Erina. Dia bertanya, "Lo mau ke mana?"

"Gue mau nyusul Nikol!" jawab Erina.

"Jangan pergi ke mana-mana. Lo mau tampil dalam hitungan jam Erina! Ayo cepet siap-siap!" perintah Febri.

Kepala Erina bergeleng, dia memberitahu, "Nicholas lagi kena musibah. Gue gak bisa tampil gitu aja!"

"Terus lo mau apa? Percuma nyusul Nicholas! Lo gak bisa bantuin dia Erina! Dibanding mikirin Nicholas, lebih baik mikirin acara ini dulu!" gertak Febri.

"Setelah tampil, masa bodo lo mau pergi ke mana pun yang lo mau! Tapi tolong, hargain kerja keras kita semua. Kalo lo gak ada, penampilan kita bakalan batal!" jelas Febri.

Erina menghirup napas panjang. Perkataan Febri memang benar apa adanya. Dia tak bisa meninggalkan pertunjukan begitu saja. Namun, Erina juga tak bisa tampil dengan tenang. Dia memberitahu pada Febri, "Gue khawatir Febri. Gue gak bisa tampil dengan tenang, kalo kepala gue dipenuhi rasa cemas kayak gini. Gue takut Nicholas kenapa-napa. Dia bahkan gak bales pesan dari gue!"

"Nicholas udah biasa ngadepin masalah. Jadi masalah kayak gini, bukan masalah yang besar buat dia. Gue yakin, ini semua cuman salah paham doang. Nyokap Nicholas gak mungkin ditahan polisi, " ucap Febri mencoba menenangkan Erina.

Erina semakin menurunkan sudut bibirnya. Dia menyatukan kedua tangannya, dengan bibir terus berdoa. Erina harap Nicholas mampu melewati masalah ini. "Gue emang gak berguna, sebagai teman. Yang bisa gue lakuin cuman berharap, Nicholas baik-baik aja."

Tepat saat Erina pasrah, dan mengikuti permintaan Febri. Tiba-tiba ponselnya berdering. Erina segera memeriksa notifikasi ponselnya. Mata Erina membulat sempurna, setelah melihat sebuah pesan suara terjadwal yang dikirimkan Nicholas untuknya. "Nicholas ngirim pesan suara!" ucap Erina pada Febri.

Dalam hitungan detik, Erina memasang telinga mendengar suara Nicholas dari ponselnya. Hatinya terenyut, begitu Nicholas mengucapkan satu kata saja.

"Nicholas ngirim pesan ini terjadwal. Dia kayaknya emang udah tahu, kejadian ini bakal terjadi, " kata Erina.

"Ucapan Nicholas tentang mimpi prekonitif itu emang beneran ada," lanjutnya.

Detik kemudian, bola mata Erina langsung berair mendengar suara Nicholas. "Erina, gue. ... minta maaf, karena gue ...."

· · • • • ࿙✩࿙ • • • · ·

BYE BYE MY NIGHTMARE ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang