Bab 28 ~ Rasa Cinta

995 36 0
                                    

Selamat Membaca

"Mesum sama istri sendiri kan boleh!" Mengecup sekilas bibir Mariam. "Mau lagi?" Godanya, yang sukses membuat Mariam merona.

Meski di bagian ini tubuhnya masih terasa sedikit berdenyut nyeri, tapi tak di pungkiri ada rasa nikmat bercampur di sana.

"Hemm, kata nya sih kalau udah sering melakukannya nanti gak akan sakit lagi. Jadi ayo sering-sering." Darian berbisik kembali di telinga Mariam yang sukses membuat wajah Mariam semakin memanas.

Mariam menyurukkan wajahnya di dada suaminya itu, mengeratkan pelukannya dengan wajah yang sudah memerah.

"Kamu kalau ngomong kurangin dikit dong mesum nya!"

Darian tergelak tanpa suara, dia bisa merasakan ada senyuman malu-malu dari bibir tipis isterinya itu.

Darian memeluk Mariam erat.

"Aku berjanji akan berusaha menjadi isteri yang baik untuk mu, dan ibu terbaik untuk anak-anak kita nantinya." Ujar Mariam pelan.

"Aku juga akan berusaha menjadi suami dan ayah terbaik." Darian mengecup lama puncak kepala isteri nya.

Mereka pun saling memeluk dalam sebuah rasa yang mungkin belum mereka sadari, sebenarnya Darian sudah tahu rasa itu adalah cinta.

Mungkin, mariam lah yang belum menyadari bagaimana perasaan nya.


Waktu menunjukkan pukul delapan pagi.

Mereka sudah bangun dan membersihkan diri.

Darian duduk santai di atas tempat tidur sambil memeriksa beberapa email yang masuk.

Sedangkan, Mariam sibuk bolak-balik di depan tempat tidur.

"Aduuh, bagaimana ini! Hairdryer ku ada di kamar Prisa!" Mariam merasa malu jika harus keluar dengan rambut yang basah.

Sedangkan Darian, main game online setelah selesai memeriksa email yang masuk.

Sesekali Darian memang suka main game, sekedar untuk mengurangi bosan dari pekerjaan yang menyita waktunya.

Itu pun tidak sering, palingan hanya satu atau dua kali saja dalam seminggu.

"Ck ck ada apa sih sayang!" Darian menatap Mariam dengan gemas, rambut basah nya masih saja dia Cepol.

Menyimpan ponselnya, lalu menghampiri Mariam. Memeluknya dari belakang menghirup wangi sampo dari rambut Mariam, dan menciumi leher putih jenjangnya hingga meninggalkan jejak.

"Isssh, sudah dong!" Mariam menggoyangkan bahunya.

"Kenapa bolak-balik terus dari tadi, hemmm." Mengeratkan pelukannya. Jangan di tanya tangan nya mulai merambat nakal.

"Hairdryer ku ada di kamar Prisa!" Mariam membalikkan badannya, kini mereka saling berhadapan.

Darian menatap Mariam penuh damba. Menyentuh kepalanya lembut, lalu mengurai rambut panjangnya hingga tergerai.

Sontak Mariam terkejut.

"Wah ternyata rambut mu sangat panjang dan indah, kenapa tidak di gerai saja." Darian menggenggam tangan Mariam yang hendak kembali mencepol nya.

Semalam saat bercinta pun rambut Mariam masih tercepol rapi, hanya sedikit berantakan.

"Sudah begini saja aku suka." Mencium rambut Mariam lamat-lamat.

Lagi-lagi Mariam tersipu malu mendapatkan perlakuan manis suaminya itu.

"Tunjukkan rona wajahmu ini hanya untuk ku saja ya." Lagi-lagi Darian mencium rambut Mariam.

"Issh kok cium-cium rambut ku terus sih." Berbalik menatap kearah suaminya itu.

Kini mereka saling berhadapan.

"Mana bisa aku tidak bucin padamu!" Gumam Darian pelan.

Mariam mengernyitkan dahi nya, meski pelan dia bisa mendengar sedikit perkataan Darian.

Kata Bucin itulah yang dia dengar barusan.

"Apa? Siapa yang Bucin?" Tanya nya menatap suaminya heran.

"Ya kamulah yang bucin sama aku, siapa lagi?" Darian menyeringai tipis, dia memang pandai ngeles.

"Apa! Siapa juga yang bucin sama kamu." Cibir Mariam pelan sambil mengibaskan rambutnya.

Membuat Darian makin gemas saja.

"Jadi kamu gak suka padaku ya? Kenapa juga kamu mau menikah dengan ku?" Tampak raut muram dari wajah Darian, cuma akting tentu nya. Mariam tidak tahu saja.

Mariam panik. "Jangan marah dong, bukan begitu maksudku ku." Langsung memeluk Darian.

Mariam tidak melihat kalau saat ini Darian sedang tersenyum senang.

Chup

Chup

Lagi-lagi Darian mengecupi leher putih itu hingga berbekas merah.

"Isssh udah dong malu di lihat orang." Replek Mariam melepaskan pelukannya, lalu mendekati cermin dan memeriksa lehernya.

"Kayak vampire aja banyak banget tanda merah nya!" Gerutu Mariam dengan pipi bersemu merah.

"Biar orang tahu kalau wanita yang cantik ini sudah ada yang punya." Darian berkata tanpa beban.

Mariam semakin malu mendengar perkataan suaminya yang menurutnya sangat berlebihan.

"Aku tidak secantik itu juga kali!" Namun hatinya berbunga-bunga mendengar pujian Darian.

Darian mendekati Mariam dan membalikkan tubuh Mariam agar berhadapan dengan nya.

" Istriku cantik banget ternyata." Melingkarkan satu tangan nya di pinggang Mariam dan satu tangannya membelai rambut panjang Mariam yang masih lembab itu dengan lembut.

Darian mengeratkan pelukannya hingga tubuh mereka saling menempel.

Lagi-lagi Mariam merona karena malu mendapatkan perlakuan manis dan pujian dari Darian.

Darian menatap Mariam lekat memperhatikan setiap perubahan raut wajah nya yang begitu mempesona baginya.

"Ck ck masih saja malu-malu, padahal semalaman kita sudah melakukannya berulang-ulang. Sampai kamu ketagihan." Ujar Darian mesum.

"Shuuut!" Dengan cepat Mariam menutup mulut suami mesum nya itu, sebelum perkataannya semakin mesum lagi.

"Hahaha!" Darian tergelak melihat reaksi Mariam.

Dengan cepat dia mengecup kilat bibir Mariam, setelah tangan lembut istrinya itu lepas dari mulutnya.

"Ayo sarapan dulu!" Mariam ingin menghindar sebenarnya.

"Gak lapar!" Jawab Darian dengan datar dan terlihat serius.

"Ya udah, lepasin dong!" Ujar Mariam dengan senyuman manis secerah mentari.

Datian tak menjawab, tapi dia mengeratkan pelukannya posesif.

Mariam pasrah saja akhirnya.

Tok

Tok

Tok

Terdengar suara pintu kamarnya yang di ketuk.

"Aaaah ada yang datang!" Pekiknya replex.

Mariam berusaha meronta melepaskan diri dari pelukan suaminya itu.

Tapi pelukan suaminya makin erat.

"Mariam! Mariam! Kamu sudah bangun nak!" Terdengar suara ibunya memanggilnya dengan pelan.

"Iya mam udaaah!" Sahut Mariam.

Dengan enggan, Darian melepaskan pelukannya.

Mariam tersenyum lebar yang dibalas Darian dengan berdecak kesal.

Kesal karena ada yang mengganggu kemesraannya.

Mariam melangkah cepat menuju pintu.

Ceklek

Mariam membuka pintu kamarnya lebar-lebar.

Tampak ibunya tersenyum seperti sedang menggoda Mariam.

"Mariam ajak suamimu sarapan dulu!" Ibunya melongokan sedikit kepalanya, melihat kearah Darian.

Kebetulan Darian sedang melihat kearah ibu Mariam juga.

Darian sedikit menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.

"Tapi sepertinya dia lagi belum mau sarapan deh, kita duluan aja mam!" Ujar Mariam, bukan tanpa alasan tapi tadi Darian sempat bilang gak mau saat di ajak sarapan.

"Siapa bilang! Aku lapar gini apalagi semalaman..." Sahut Darian yang tiba-tiba saja sudah ada di belakang Mariam.

Mariam replex membalikkan badannya dan menutup mulut suaminya sebelum mengatakan hal yang menjurus kearah sana di depan mama nya.

"Emmh!" Darian hanya bergumam tak bisa berkata-kata karena sudah di bungkam mulutnya oleh Mariam.

"Mariam!" Mamanya replex menarik tangan Mariam.

"Sama suami kok gituh!" Geleng-geleng kepala heran dengan sikap Mariam.

"Eeh, ini mam. Dia suka bicara asal!" Mendelik kepada suaminya itu.

"Anak mama sudah KDRT di hari pertama pernikahan." Sahut Darian yang membuat gemas Mariam.

Saking gemasnya rasanya Mariam ingin mencomot bibirnya, kalau saja tidak ada mamanya.

"Kalian ini sungguh lucu! Ayo kita sarapan dulu." Mama Mariam tertawa tanpa suara, lalu meninggalkan mereka.

"Ayo!" Darian merengkuh bahu Mariam membawanya ke ruang makan.

Mariam pasrah saja mengikuti mau suaminya yang mulai posesif itu.


Bersambung.....


Jodoh Luar BiasaWhere stories live. Discover now