Lamaran

715 35 0
                                    

Selamat membaca

"Happy Reading

Dua buah mobil mewah sudah tiba di halaman rumah Mariam.

Ya, mobil Darian dan papa nya sudah tiba. Mereka menuruni mobil dan mulai berjalan masuk ke halaman.

Halaman rumah nya memang tidak menggunakan pagar.

Waktu baru menunjukkan pukul 11.35 siang saat mereka datang. Beruntung semua nya sudah selesai. Hanya saja Mariam belum mandi.

Mariam terlihat berkeringat dan tanpa make up sedikit pun saat menyambut mereka di depan, bahkan ada tepung yang menempel di pipinya saat itu.

"Aduh, maap om, tante. Saya baru selesai buat kue, dan belum mandi." Ucap Mariam malu-malu dengan penampilan nya.

Darian menatap nya sambil tersenyum tipis. Pikirannya yang tadi di penuhi Martha, tiba-tiba saja menghilang. Kini dia, merasa bahagia bisa menatap Mariam.

Meski dia belum mandi dan berkeringat seperti itu, dia masih kelihatan cantik natural.

"Maap om, Tante saya belum mandi. " sapa Mariam, wajah nya merona karena malu.

"Tak apa sayang, justru mama senang. Karena mama tahu, kamu pinter masak." Merengkuh bahu Mariam.

Mereka berjalan beriringan menuju ke ruang tamu.

Ayah, dan mama Mariam menyambut mereka dengan hangat." Selamat siang calon besan." Sapa mama Mariam dengan senyuman yang lebar.

"Baik, senang bertemu dengan anda." Jawab mama dan papa Darian kompak. Tersenyum dengan sopan nya.

Mereka pun duduk dan mengobrol di ruang tamu.

Mariam segera ke kamar nya untuk bersiap.

Darian menatapnya sekilas, dia sedikit kesal karena Mariam tak menyapa nya sama sekali.

Sementara itu Mariam segera membersihkan diri di kamar mandi.

Tiga puluh menit kemudian Mariam selesai bersiap. Mengenakan dres warna lime panjang selutut, dengan model lengan tulip. Belahan dadanya pun tak terlalu rendah, namun dia tampak sexi dan cantik.

Apalagi di padukan dengan makeup natural dan sedikit lipstik pink muda, membuatnya tampak lebih muda seperti seusia Prisa adik nya. Untuk tatanan rambut seperti biasa dia mencepol nya satu di belakang, belum ada niat untuk Mariam mengubah gaya rambutnya.

Mariam masuk ke ruang tamu, semua nya terpana. Apalagi Darian, dia sampai tak ingin mengalihkan tatapan mata nya.

"Cantik!" perkataan itu tiba-tiba saja Lolos dari bibir Darian.

Mariam tersenyum kepada semuanya, dia pun duduk di samping prisa adiknya yang sudah siap dari 5 menit yang lalu.

"Bagaimana kalau kita makan siang dulu, sebelum kita melanjutkan obrolan nya?" Papa Mariam mempersilahkan Darian sekeluarga untuk menuju meja makan.

Mereka pun melenggang menuju meja makan.

Darian mengambil kesempatan, karena Mariam berjalan di belakang. Dia menghentikan langkahnya, lalu Darian menarik tangan Mariam, mesra. "Kenapa tak menyapa ku?" Dengan nada rendah, bahkan setengah berbisik. Namun, mengintimidasi.

"Aku kan belum mandi, aku kotor dan bau. Aku malu untuk menyapa mu." Jawab Mariam dengan sedikit gugup.

Darian memeluknya dan merasai aroma sabun dari tubuh Mariam. " emh, aku suka bau mu. Kamu wangi!" Cup, tanpa aba-aba dia langsung saja mengecup bibir Mariam sekilas.

Lalu melepaskan tangan Mariam, dia pergi mendahului Mariam.

"Keterlaluan!" Mariam mendengus sebal, Darian seenaknya mengecup bibirnya, lalu pergi begitu saja meninggalkan nya.

"Haaah, aku ragu dia benar-benar menyukai ku. Prisa pasti salah!" gumam Mariam, dia pun berjalan menuju ruang makan.

Semuanya sudah duduk di meja makan, hingga suara bel pintu berbunyi.

"Biar ku buka pintunya!" Prisa dengan semangat nya, dia yakin itu pasti Arka.

Benar saja di depan pintu Arka berdiri dengan wajah tampan nya itu.

"Kenapa terlambat!" Prisa bergelayut manja di tangan Arka.

"Maap, sayang tadi macet. Kamu sih ngasih tahu nya dadakan." Mereka berjalan dengan mesra menuju ruang makan.

Arka pun duduk di samping Darian. Semuanya mulai makan, setelah berdo'a.

Usai makan mereka berkumpul kembali di ruang keluarga, mulai membahas masalah serius. Lamaran Darian untuk Mariam.

"Sebenarnya kedatangan kami kemari ingin melamar Mariam untuk Darian putera kami, bagaimana apakah anda menyetujui puteri anda untuk jadi menantu kami?" Papa Darian to the poin.

"Hahhh, bagi kami kebahagiaan Mariam adalah segalanya. Kami akan menerima apapun keputusan Mariam, karena dia yang akan berumah tangga nantinya." Ayah melirik Mariam.

Mariam begitu gugup, dia meremas jemarinya sendiri. Wajah nya sedikit pucat, dia takut salah langkah.

"Yang akan jadi suami saya adalah Tuan Darian, saya ingin dia yang melamar saya secara langsung." Ucap Mariam, dengan sedikit gugup.

Darian tersenyum meski tipis saja. "Tentu, apa kamu bersedia hidup bersama saya seumur hidup mu? Menjadi isteri yang akan menemaniku selama nya, dalam segala keadaan baik itu susah maupun senang, bahkan terpuruk sekali pun?"

Perkataan Darian begitu menusuk hati Mariam, membuat nya semakin gugup.

"Seumur hidup ku, aku akan mengabdi padamu. Jika kamu jadi suami ku." Ucap Mariam, dengan bibir bergetar.

"Jadi apa ini artinya kamu menerima lamaran Darian?" Mama Darian begitu Antusias.

Mariam mengangguk sedikit. " Iya." sebuah jawaban yang pendek.

Semua merasa lega, terutama prisa dan Arka. Mereka sampai berpegangan tangan dengan erat. Mereka bahagia.

Darian mengeluarkan kotak beludru berwarna hitam, sebuah kalung  dengan liontin bermata berlian ada di dalamnya. Dia memakaikan nya ke leher Mariam, sambil berbisik." Mulai hari ini kamu adalah milik ku, selama nya milikku."

Perkataan itu justru membuat Mariam takut dan gelisah, seperti sebuah beban yang berat.

Semuanya bahagia kecuali Mariam, dia merasa kalau Darian tidak sungguh-sungguh menyukainya.

Acara selesai, Darian minta izin untuk mengajak Mariam pergi.

"Mah, pah saya minta ijin untuk mengajak Mariam pergi. Saya ingin mengenal nya lebih jauh." Darian kepada orang tua Mariam.

"Baiklah, tapi tolong antarkan pulang dia jangan terlalu malam." Ayah Mariam dengan tegas. Meski Darian calon suami nya, tetap saja dia masih asing, mereka baru bertemu dan saling mengenal.

"Usai makan malam, saya akan segera mengantar nya kembali dengan selamat." Senyuman tersungging di bibirnya meski tipis.

"Ah, malas. Kenapa ayah mengijinkan segala sih." Mendesah dalam hatinya.

Prisa dan Arka pun tak mau ketinggalan. Mereka pun pergi jalan bareng, mau berkencan.

Orang tua Darian pulang ke rumah nya. Arka dan Prisa pergi mengekori Darian dan Mariam.

"Kenapa mereka mengikuti kita!" Darian sangat kesal, terlihat jelas dari raut wajah nya yang tampak kusut.

Mariam menyeringai. "Syukurlah, aku tenang dengan adanya Prisa. Dia pasti gak bisa main sosor aja." Dalam hatinya.

Darian menatap spion mobil nya. Dia dapat melihat mobil Arka yang terus mengekorinya.

Sementara itu Arka dan Prisa tergelak.
"Pasti saat ini kak Darian sedang kesal pada kita, hahaha." Ucap Arka sambil tertawa.

"Benar. Lihat saja, dia tidak akan bisa main sosor sama kakak ku. Hahah." Prisa tahu kalau Mariam masih merasa takut jika harus berduaan dengan Darian.

Oleh karena itu dia ingin mengekori mereka, untuk memastikan kakak nya merasa nyaman.

Bersambung...

Jodoh Luar BiasaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant