Seandainya kisah itu berakhir tanpa adanya epilog. Maka mulailah kembali dengan Prolog yang baru.
----->-----
"Muka lo jelek banget sih, banyak benjol-benjonya. Gak pernah perawatan ya."
Ucapan itu membuat hati Reya sakit, pasalnya semua orang sel...
Kalian boleh manggil aku apa aja, asal jangan Panggil Kak ya.
[ ReyaAmeysha ]
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sory kalau visualnya gak sesuai ekspektasi kalian, jujur sulit untuk nyari pict yang sesuai sama cerita ini. And tolong maklumin ya,kalau hasil gambarnya agak kurang bagus, maklum masih belajar.
Happy Reading . . .
###
Setengah jam berlalu Xiren mulai tertidur lelap. Zibran mulai mematikan lampu utama dan diganti dengan lampu tidur. Selepas itu ia pergi dari kamar Xiren.
Zibran berjalan menuju lantai satu untuk keluar mencari angin. Ia sangat bosan berdiam diri di rumah.
"Mau kemana lo?" tanya Fenya yang berpapasan dengan Zibran di ruang tamu.
"Cari angin." Jawabnya santai.
"Oh, pulangnya nitip Martabak ya."
"Gak, beli aja sendiri." Ketusnya.
Bugh
"Akh" pekik Zibran, saat tulang keringnya di tendang oleh Fenya.
"Lo apa-apaan sih." Marah Zibran pada Fenya.
"Di mintain tolong begitu aja gak mau lo." Sinisnya.
"Gak janji." Final Zibran lebih memilih mengalah. Dan langsung nyelonong pergi.
###
Caffe Mandanu
Sesampainya disana, ia mulai mencari meja yang telah di pesan oleh teman-temannya. Hingga pandangannya tertuju pada kursi nomor 08. Ia pun segera berjalan ke arah sana, dan duduk disalah satu kursi kosong.
"Mau pesan gak?" tanya Aldi saat melihat Zibran baru tiba.
"Gak dulu." Balasnya.
Pandangannya tertuju pada panggung cafe tersebut, terlihat Mars dan Bagas yang tengah bernyanyi.
"Rava nantang lo buat balapan." Celetuk Aldi tiba-tiba, membuat Zibran mempokuskan kembali pandangannya ke arah Aldi.
"Dimana?"
"Tempat biasa. Dia juga ngajak geng Motor lain." Jawabnya santai.