Seandainya kisah itu berakhir tanpa adanya epilog. Maka mulailah kembali dengan Prolog yang baru.
----->-----
"Muka lo jelek banget sih, banyak benjol-benjonya. Gak pernah perawatan ya."
Ucapan itu membuat hati Reya sakit, pasalnya semua orang sel...
Setelah keluar dari Restoran, Zibran segera mengantarkan Reya ke rumahnya. Sesampainya di rumah,Zibran pamit langsung pulang. Ia berujar ada urusan penting yang harus segera diatasi.
Reya mengetuk pintu rumahnya beberapa kali, sampai akhirnya Arum membuka Pintu.
"Assalamualaikum, Bu." Reya menyalimi tangan sang Ibu.
"Waalikumsalam, wajah kamu kenapa nak? Kok jerawatnya pada kempes-kempes, terus merah-merah gitu." Cercaan pertanyaan Arum membuat Reya bingung menjawabnya.
"Kita masuk aja dulu, nanti Reya jelaskan." Arum mengangguk sebagai jawabannya.
Keduanya mulai duduk di bawah, dengan beralaskan karpet tipis.
"Zibran bawa aku ke Klinik Kecantikan. Tadi aku Perawatan disana, kata Dokter yang nanganin aku. Katanya ini adalah efek samping dari Perawatan yang aku lakuin. Ini tidak akan lama, sekitar tujuh atau empat belas hari, kulitku akan jauh lebih membaik dari sebelumnya."
Arum tentu saja tak percaya, ia tak menyangka Zibran sebaik itu pada Putrinya.
"Pasti perawatannya sangat mahal, Ibu jadi ngerasa berhutang budi banget sama dia."
"Ibu benar, Reya aja ngerasa gak enak banget. Kita udah banyak banget ngerepotin dia."
"Ibu bener-bener bersyukur, karena di dunia ini masih ada orang baik kaya Zibran." Pujinya terhadap laki-laki itu."Ibu juga punya kabar buat kamu."
Reya mulai menatap Ibunya dengan bingung."Kabar apa, Bu?"
"Tadikan Bu RT datang kesini, dia nawarin Ibu pekerjaan. Gajinya juga lumayan besar, apa Ibu boleh ngambil pekerjaan itu?" Arum takut putrinya tidak setuju, maka dari itu ia harus berbicara terlebih dahulu pada Reya.
"Kerja apa Bu?"
"Asisten Rumah Tangga, Bu RT juga bilang. Ibu gak perlu nginap di sana, masuk kerja jam tujuh, dan pulang jam lima sore." Jelasnya.
"Memangnya dimana Ibu akan kerja? Reya gak mau ya, kalau Ibu kerja yang jauh-jauh." Protesnya.
"Gak jauh kok nak, lima belas menit dari sini. Gimana boleh gak? Lumayanloh gajinya, buat nambah-nambah tabungan kamu. Biar kamu bisa kuliah nanti."
Ingin sekali Reya melarang Ibunya untuk tidak bekerja. Tapi melihat raut wajah Arum yang penuh harapan, akhirnya Reya mengangguk saja.
"Aku dukung apa keputusan Ibu, yang terpenting Ibu harus tetap jaga kesehatan Ibu." Peringatnya.
Arum tersenyum bahagia. Pekerjaannya ini jauh lebih baik, ia bisa membantu perekonomian keluarga. Gajinya tetap, tidak seperti dulu. Jika nasi kuning yang ia jual tak laku, maka Reya dan dirinya hanya bisa makan seadanya saja.
Setelah itu, Reya di suruh Arum untuk istirahat saja. Sedangkan dirinya akan ke Rumah Bu RT, untuk memberitahu keputusannya.
Reya menyimpan tas selempangnya. Ia membuka Ponselnya, banyak sekali notip dari grup kelasnya. Hingga sampai 1000 Babel chat. Ia tak mau membuka grup tersebut, karena ia sudah yakin, pasti yang di bahas mereka adalah dirinya.
Lantas ia bergulir ke chat selanjutnya, ada beberapa chat dan juga panggilan yang belum Reya baca. Ia pun segera membuka room chat tersebut.
Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.