12. Berita Mengejutkan

34.4K 2.3K 41
                                    

Aeris agak menggerakan bahunya, memberikan kode agar lelaki itu segera melepaskan pelukan. Seolah mengerti, Arthana mengurai pelukan.

"Lo nginap di si Gale?" tanya lelaki itu.

"Iya."

"Pantes, Ego bilang lo belum pulang dari semalam."

Ego adalah salah satu kepala pelayan di rumah itu. Di rumah Aeris ada dua kepala pelayan, satu pelayan Pria, Ego. Satu lagi kepala pelayan wanita, Rita.

Aeris saja tak paham kenapa harus ada dua kepala pelayan dan banyak pelayan di rumah padahal yang tinggal di rumah ini seringnya hanya Aeris sendiri.

"Kalian ngapain? Bener deh lo wangi cowok, sampai nempel gitu. Gue nggak suka sama cowok lo, sebenarnya gue emang nggak suka sama semua cowok yang deketin lo sih."

Jelas, Aeris tahu jika Arthana hanya pencitraan di depan Gale. Karena ayah maupun ibu tirinya juga begitu. Semua karena yang mereka incar adalah harta dan kekuasaan yang dimiliki lelaki itu.

"Nggak peduli."

"Ini baju baru?"

Bahkan lelaki ini bisa tahu Aeris memakai baju baru hanya dengan mencium baunya saja. Sebagai seseorang yang memegang posisi tertinggi dalam perusahaan yang salah satu produknya parfum kelas dunia, Aeris mungkin tak seharusnya kaget. Tapi ia pikir, seharusnya Arthana tak sampai menggilai bebauan seperti ini.

"Iya. Gue capek, mau istirahat."

"Bentar dulu, Ay. Gue mau minta bantuan lo."

Aeris menghela napas. "Apa?"

"Nggak susah. Merk parfum gue mau ngeluarin varian aroma baru. Lo nanti coba cium baunya ya."

Kening Aeris mengernyit. "Kenapa gue?"

"Karena itu terinspirasi dari lo. Kalau lo suka nanti bakal dipasarin, kalau lo kurang suka mungkin lo bisa bantu gue buat jelasin apa yang kurang lo suka."

Perempuan itu merasa Arthana sedang main-main. Ia akan mempertaruhkan produknya di tangan Aeris yang bahkan tak begitu mengerti soal salah satu produk yang dikeluarkan perusahaannya.

Ini terlalu Gila.

"Nggak," kata Aeris lalu mulai melangkah melewati lelaki itu.

"Nanti gue kasih apa pun yang lo mau sebagai imbalannya, gue kasih uang jajan juga," bujuk Arthana sambil mensejajarkan langkah dengan Aeris.

"Kenapa nggak lo sendiri aja? Lo lebih expert soal itu. Gue nggak mau. Aneh banget parfum yang terinspirasi dari gue."

"Nggak masuk akal gue ngeluarin parfum yang terinspirasi dari lo tapi lo nggak tahu baunya, atau bahkan bisa aja nanti lo nggak suka. Tenang aja nggak bakal dikasih tahu itu terinspirasi dari lo."

Aeris kini berhenti melangkah dan menatap lelaki itu kesal. "Kalau gitu seharusnya lo mikir ribuan kali sebelum mau ngeluarin sesuatu yang berhubungan dengan gue."

Arthana memegang kedua lengan adik tirinya. "Tapi apa susahnya bilang suka atau nggak? Gue nggak akan nyerah sebelum lo bilang iya."

Kening Aeris mengernyit. Perasaannya saja atau ucapan Arthana memang terdengar ambigu?

"Lo udah nggak waras."

"Baru sadar?"

Perempuan itu diam lama dan tampak berpikir.

"Ayo dong Ay, kalau nggak, gue bilangin ke mom and dad lo nggak mau bantu gue," ancam lelaki itu.

"Apaan sih? Nggak usah libatin mereka deh. Lo udah gede."

Gale's Dark SideOù les histoires vivent. Découvrez maintenant