16. Kisah Lalu

27.2K 1.9K 29
                                    

Karena kuliahnya hari ini selesai lebih dulu dari Gale. Aeris memutuskan berkunjung dulu ke rumah Aclys. Sebenarnya rumah Achlys, rumah Gale juga. Tapi berhubung lelaki itu punya apartemen, ia jadi jarang sekali tinggal di rumah keluarganya. Berbeda dengan Achlys yang meskipun punya hunian pribadi, ia tetap pulang ke rumah.

Aclys baru keluar dari kamar mandi, sementara Aeris sedang menonton televisi di kamar temannya itu. Lalu, kebetulan Aeris ingat sesuatu.

"Gue penasaran soal yang lo omongin sama si Gale. Yang bengkel itu."

"Oh ..., bukan apa-apa sih. Cuma tugas sepele. Mungkin lo nggak tahu kalau nggak semua bengkel itu benar-benar bengkel yang kayak buat memperbaiki kendaraan."

Kening Aeris mengernyit. "Maksudnya?"

"Ada banyak anak buah mafia di jalanan. Jadi bengkel itu punya sisi gelap. Bahkan ada penyelundupan barang ilegal. Semacam itu, cuma bisnis keluarga."

Aeris menatap tak percaya, mulutnya juga agak terbuka. Achlys kini mengambil tempat duduk di sampingnya.

"Bagaimanapun ..., kadang dalam bisnis nggak semurni kelihatannya. Tapi yang orang lain tahu cukup di bagian keluarga gue pemilik perusahaan properti, firma hukum, sekolah, dan mulai merambah di industri lain, sisanya ya sesuatu yang mungkin nggak akan pernah lo bayangin, gelap. Gale sebenarnya sibuk banget, dia mungkin kelihatan nggak ngapa-ngapain tapi kerjaannya mantengin laptop, ngawasin banyak hal, atau pergi ke sana ke sini. Setelah papa meninggal, dia harus ikut handle perusahaan. Beruntungnya kita masih punya mama yang bisa handle banyak hal. Meski minusnya dia makin jarang merhatiin kami."

Aeris pertama kali mendengar ini dari temannya setelah mereka berteman selama ini. Meski ia tahu sedikitnya ada bayang-bayang gelap di balik keluarga Gale, Aeris tak menyangka akan mendengarnya sendiri dari Achlys. Ia bisa membayangkan sibuknya mama Gale yang harus mengelola perusahaan raksasanya sendirian. Begitu pun dengan lelaki yang selalu menempel padanya itu. Padahal Gale pasti banyak kerjaan.

"Setelah papa meninggal, kami lebih hati-hati. Sekarang kami punya lebih banyak tangan kanan yang bisa dipercaya. Mereka juga loyal. Jadi soal si Gale, dia cuma tinggal ngawasin bawahannya," ucap Achlys seolah bisa membaca arah pikiran Aeris.

"Hm, lo pasti juga sibuk kan? Kayaknya cuma gue yang umur segini masih nggak tahu harus apa. Gue perlu pulang nggak?"

"Nggak usah, santai aja. Lagian kayaknya si Gale lebih suka lo nggak ngapa-ngapain dan nurut sama dia. Si gila itu emang aneh. Gue heran kenapa dia senempel itu sama satu cewek selama ini. Jangan salah paham, lo emang cakep, kalau gue cowok pasti juga naksir. Tapi ..., dia aneh kan?"

Aeris mengangkat bahu. "Tahu deh, sebenarnya gue nggak sebenci itu sama si Gale. Tapi tiap ingat dia pernah maksa buat nidurin gue, gue jadi marah dan benci. Gue akui kami memang udah cukup intim sebelumnya, tapi untuk tidur bareng, gue ..., mikir dua kali."

"Dia nggak bisa maksa kalau lo nggak mau."

"Itu dia. Tapi bukan Kakak lo kalau dia nggak maksa."

Achlys tertawa. "Btw, apa yang lo tawarin buat bantuan si Gale soal si Anastasya? Dia pasti minta bayaran."

Aeris menghela napas. "Apa ya waktu itu? Dia bilang gue nggak boleh minta putus lagi, terus ..., gue lupa."

"Sebaiknya lo ingat baik-baik. Jangan sampai entar dia minta tubuh lo."

"Gue nggak masalah."

Achlys nyaris tersedak ludahnya sendiri. Ia melotot sambil menatap temannya.

"Gila! Lo serius?!"

"Hm, entah kenapa feeling gue mengatakan cepat atau lambat dia bakal segera ngelakuin itu. Gue rasa dia terlalu lama nahan diri cuma karena gue nolak sambil nangis-nangis."

"Kalau lo nggak mau lo bisa tetap ngelawan."

"Entahlah, kakak lo tuh mesum banget. Ah bisa-bisanya gue pernah jatuh cinta sama dia."

Achlys malah tertawa. "Tapi kalau dulu dia nggak sengaja lihat lo telanjang di kamar gue mungkin sekarang beda cerita hahaha."

Aeris mendengus. "Ketawa lo?! Lagian ngapa lo nggak ngunci pintu pas keluar waktu itu?! Gue kira lo ada di kamar! Keluar nggak bilang-bilang lagi Hish!" dumelnya penuh dendam.

"Nggak papa kali, lagian kan nggak lama dari itu gue yakin kalian pasti udah lihat tubuh telanjang satu sama lain."

Wajah Aeris memerah. "ACHLYS!!!" teriaknya kesal karena digoda, sementara pelakunya malah tertawa puas.

***








Jan ada yg komen pendek ya, author udah tahuuu. Awas aja 😾

Jangan lupa tinggalkan jejak

Sampai jumpa lagi

Gale's Dark SideWhere stories live. Discover now