23. Wajah

27.7K 2.2K 138
                                    

Untuk saat ini, tak ada yang lebih melegakan dari bertemu dengan Achlys yang jadi sulit ditemui padahal biasanya mereka bertemu setiap hari. Perempuan itu tak bisa ditemui selama tiga hari.

"Gue tahu hari ini pasti bakal tiba," kata Achlys yang baru saja duduk di kursi di depan Aeris dan Gale.

Mereka berada di apartemen Gale saat ini. Walau penampilannya sangat rapi, tapi Aeris bisa melihat raut lelah di wajah Achlys. Seperti baru mengalami masalah yang serius.

"Kebetulan gue juga udah tahu duduk masalahnya dan nggak pengen basa-basi. Soal si Anastasya gue emang muak banget sama dia. Gue nggak bisa biarin dia lebih bertingkah apalagi lo juga gampang dimanfaatin dan main percaya aja sama orang."

Aeris cukup kaget sebab Achlys datang-datang langsung to the point membicarakan Anastasya.

"Gue waktu itu emang ketemu dia dan nyuruh dia jauhin lo. Gue punya banyak bukti yang bisa jatuhin si Anastasya dan mengungkap keburukan dia di depan semua orang. Gue bilang Gale akan senang kalau dia mati. Ternyata dia beneran mati, gue nggak tahu dia bakal lakuin itu. Selesai."

Aeris speechless.

"Kalau lo mau benci gue silakan, itu hak lo. Tapi kalau lo masih mengasihani dia setelah semua ini, kewarasan lo patut dipertanyakan," kata Achlys.

Ia menghela napas berat. Achlys meminta seseorang yang tadi datang bersamanya membawakan air. Perempuan itu melepaskan jasnya.

Gale dan Aeris bisa melihat lengan atas Achlys diperban dan ada bekas darah di sana.

"Ada apa?" tanya Gale.

"Lo ingat orang yang pernah lo bunuh karena gagal tugas di C-town tahun lalu? Adiknya balas dendam, dia nggak terima dan jadi pengkhianat. Ada beberapa cabang bar yang dibakar dan dia ngehasut beberapa mafia yang ada di bawah gue. Parahnya, dia adalah salah satu kepercayaan gue juga."

Achlys tertawa kosong. "Manusia emang nggak bisa dipercaya. Oh ya, lo nggak perlu heran kenapa nggak ada yang ngabarin lo soal ini, termasuk anak buah yang lo suruh buat mata-matain gue. Sebagian mati dan sebagian di bawah kendali gue."

Setelah sekian lama, Aeris merasa tak mengenal perempuan yang ada di depannya. Ia terlihat begitu asing. Ia tidak terlihat seperti Achlys. Aeris terkejut bagaimana Achlys membicarakan kematian orang lain sesantai itu.

Orang suruhan Achlys membawa air dan menaruhnya di atas meja depan perempuan itu. Lalu Achlys mengambil air minum dan meneguknya sampai habis.

"Gue rasa lo udah kelewatan. Ibu nggak akan senang," ucap Gale yang sepertinya terusik.

"Dia akan senang, seenggaknya gue lebih berguna dari lo."

"Jangan mulai."

Achlys mengangkat bahu. "Lo nggak mungkin nggak ngerasa terhina karena anak buah lo ada yang lebih milih gue kan?"

"Achlys!"

Achlys tersenyum. "Gue capek banget. Gue rasa gue mulai berhalusinasi."

Tatapannya beralih pada Aeris. "Lo kelihatan terkejut. Oh tapi ini bukan apa-apa. Lo akan lebih terkejut dengan orang yang ada di samping lo suatu hari nanti."

"Mulai saat ini gue akan lebih membatasi lo," kata Gale.

Achlys menggoyangkan gelas kosong yang berada di tangannya. "Lo selalu membatasi gue. Dasar sialan. Lo taruh apa di airnya?"

Gale melirik ke arah lelaki yang ada di dekat kursi Achlys.

"Sesuatu yang akan membuat Anda tenang, Nona," jawab lelaki itu.

"Ulah lo kan, Gale? Astaga, gue pikir udah nyingkirin semua. Kalian semua bajingan."

Aeris sepenuhnya tak mengerti apa yang terjadi. Sampai ia dikejutkan dan menjerit kaget saat Achlys membanting gelas ke lantai sampai pecah.

Kemudian, Achlys berdiri dari kursi, hendak melangkah pergi tapi ia nyaris jatuh dan mungkin jika lelaki yang di dekatnya tak segera menangkap perempuan itu. Achlys akan jatuh tepat pada kaca gelas yang berhamburan di lantai.

"Bawa dia pulang ke rumah," kata Gale ke orang itu.

Achlys yang tak sadarkan diri dipangku dan dibawa keluar dari apartemen. Setelah kepergian mereka, Gale mengotak-atik smartphone selama beberapa saat sementara Aeris masih dalam mode terkejut dengan apa yang terjadi.

"Bentar lagi ada orang yang ke sini buat bersihin kekacauan ini."

"Achlys sering banget bikin aku terkejut, seolah dia bukan orang yang aku kenal," ucap Aeris.

"Aku pikir kamu tahu kami punya banyak wajah. Kadang kalau dia nggak diawasi, Achlys jadi agak aneh, sulit dikendalikan dan keluar dari garis yang udah aku tentuin. Kalau aku biarin dia terjun terlalu lama dan berhubungan sama orang-orang di dunia kami, sampai dia kecapekan, dia bisa seenaknya sendiri."

Aeris menatap Gale. "Itu sebabnya aku nggak mau berurusan sama kamu, itu sebabnya aku mau berhenti dulu. Wajah mana lagi yang kamu sembunyiin dari aku? Apa aku udah tahu semua? Atau mungkin lebih terkejut lagi dari ngelihat Achlys barusan? Karena lebih dari yang aku bayangkan, dunia kita ternyata seberbeda itu."

Gale mengusap pipi Aeris. Ia merunduk dan mengecup bibir perempuan itu selama beberapa saat.

"Cuma ini yang perlu yang kamu ingat, kamu cuma perlu menghadapi bagian diri aku yang ini."

***




Tinggalkan jejak dulu yuuu!!!

Seperti biasa sampai jumpa lagi di purnama berikutnya^^

Gale's Dark SideWhere stories live. Discover now