26. Kekuatan & Kelemahan

15.7K 1.3K 113
                                    

Hari itu, Aeris bangun dini hari, tenggorokannya terasa kering, haus. Gale tidak ada di sampingnya dan duduk di depan komputer.

Semula, ia tak menghiraukan itu. Namun ternyata ketika terbangun lagi secara tak sengaja tengah malam, Gale pun sedang duduk di kursi kerja. Padahal seingat Aeris lelaki itu tidur bersamanya.

"Gale?"

Perempuan itu mengubah posisi menjadi duduk hingga selimutnya turun dan menampakkan tubuh bagian atas yang tak terbalut benang sehelai pun. Ia menggosok bagian kelopak kanan matanya dengan tangan kanan selama sesaat.

"Kenapa? Haus?" Gale menjawab di sela remang-remang kamar yang hanya diterangi lampu tidur dan layar komputernya.

"Nggak tidur lagi?" Aeris bertanya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Udah."

Ia menatap jam di atas nakas yang masih menunjukkan pukul 02.00 pagi.

"Lo tidur bentar, begadang lagi?"

"Nggak. Kamu tidur lagi aja."

Aeris hanya menatap lelaki itu cukup lama.

"Ada apa? Apa yang lo kerjain?"

"Aeris, kamu benci sama aku. Jadi nggak usah peduliin dan tidur lagi aja. Nanti kamu nyesel kayak biasa."

Gale tidak salah, tidak jarang Aeris bersikap lembut padanya dan berakhir marah-marah sendiri karena merasa seharusnya tak melakukan itu. Tapi melihat Gale mengerjakan sesuatu sampai tak banyak istirahat seperti ini, ia agak tergerak.

Aeris menyibak selimut. Turun dari ranjang dan melangkah ke arah lelaki itu. Setelah sampai, ia menatap sesaat ke arah layar komputer yang menampakkan beberapa data.

"Nggak bisa besok?"

Gale menaruh kaca matanya. Ia memijat bagian pelipis sambil memejamkan mata.

Lelaki itu agak terperanjat saat Aeris duduk di pangkuannya, mengalungkan tangan sambil memeluk sedikit erat. Ia tidak akan seterkejut itu kalau Aeris tidak telanjang bulat, ditambah sepasang gundukan kenyal begitu terasa di kulitnya sebab Gale juga tidak mengancingkan baju.

Napas hangat Aeris menggelitik lehernya. Kedua tangan Gale berada di pinggang perempuan itu hingga perlahan mengusap punggungnya yang mulus, lalu sebelah tangannya mengusap-usap kepala Aeris.

"Lo sering begadang akhir-akhir ini?" tanya Aeris.

"Udah dari lama. Kebetulan aja kamu lihat sekarang."

"Tapi muka lo sampe kelihatan lusuh."

"Khawatir hm?" Gale menggoda.

"Fakta. Gue nggak akan ngomong kalau nggak sadar atau kelihatan sejelas itu."

Mereka hanya diam selama beberapa saat.

"Seperti yang lo lihat, gue mahasiswa semester akhir. Ngerjain laporan, tambah lagi ngurus perusahaan, nyokap juga nggak kasih kelonggaran karena udah tugas gue, apalagi anak pertama yang harus mewarisi bisnis. Dari kemarin gue udah terlalu banyak nyantai, jadi sekarang harus kerja berkali-kali lipat."

Layar komputer mati. Gale berdiri sambil memangku Aeris seperti koala. Lalu melangkah menuju ranjang.

"Tapi gue nggak mau terlalu banyak kerja di waktu seharusnya kita bareng-bareng. Jadi gue milih waktu lain. Sorry lo harus lihat gue lagi lusuh."

Ia menidurkan Aeris dan kini berada di atasnya.

"Lo agak lusuh, tapi seenggaknya masih wangi dan ..., ganteng."

Gale's Dark SideWhere stories live. Discover now