22. Kesibukan

30K 2.2K 104
                                    

Niatnya Aeris dan Gale akan menemui Achlys esoknya di pagi hari, mereka sudah menghubungi perempuan itu saat malam. Tapi di luar dugaan, pagi-pagi sekali saudara perempuan Gale itu harus pergi ke suatu tempat karena salah satu bengkel yang menjadi markas salah satu mafia jalanan miliknya terbakar pada malam hari.

Gale yang mendapat kabar itu jadi menghela napas. Ia kembali menaruh smartphone dan menatap Aeris yang tertidur di sampingnya. Ini masih cukup pagi, mata kuliahnya hari ini nanti sore sementara Aeris nanti siang.

Gale menepikan rambut yang menghalangi wajah kekasihnya. Ia mengecup dahi Aeris dan memeluk tubuh hangat perempuan itu.

Tak lama, Aeris melenguh pelan. Perlahan ia membuka mata, lalu menutupnya lagi dan menggesekan punggung tangan ke matanya.

"Jangan gesek mata kamu." Gale memegang tangan gadis itu.

Aeris bergumam tak jelas dan beralih memeluk lelaki di sampingnya. Setelah beberapa saat ia mengurai pelukan dan berganti posisi menjadi terlentang. Ia menatap langit-langit kamar.

Gale masih memeluk Aeris, ia setengah bangun dan mengecup pipi perempuan itu beberapa kali.

"Pagi," ucapnya agak serak.

Aeris menatapnya. Ia menyentuh pipi Gale dengan telapak tangan sambil mengusapnya.

"Pagi."

Gale agak terhenyak, sudah lama sekali Aeris seperti ini. Ia saja sampai tak ingat, biasanya Aeris hanya akan menjawab dengan 'hm' atau malah membelakanginya.

Ia mendekat dan mengecup bibir Aeris. Penasaran bagaimana reaksi perempuan itu, memastikan apakah ia sedang berhalusinasi atau tidak.

Reaksi Aeris membuat Gale senang, perempuan itu mengalungkan tangan ke lehernya. Tak mendorong wajahnya atau menampakan tindakan penolakan.

Mereka bertatapan dalam jarak yang begitu dekat.

"Aku semalam mimpi kamu mati, terus aku nangis," gumam Aeris yang masih bisa Gale dengar.

"Kenapa aku bisa mati?"

"Nggak tahu, nggak inget. Aku ingetnya kamu udah mati."

"Tapi pas bangun nggak kan? Aku di samping kamu."

"Iya."

"Soalnya kalau aku mati pasti aku bawa kamu. Jadi nggak mungkin aku mati sendiri," ucap Gale.

Aeris langsung mengernyit. "Dasar gila."

Gale tertawa sesaat.

"Oh iya ..., soal Achlys."

"Kenapa?"

Suara dering smartphone Gale mengalihkan perhatian mereka. Aeris melepaskan tangannya dari leher lelaki itu. Sementara Gale langsung bangun dan mengambil smartphone yang ia simpan di atas nakas samping tempat tidur.

Ia mengernyit melihat panggilan dari sang mama.

"Ada apa, Ma?" tanya Gale setelah mengangkat panggilan.

"....."

Aeris tak bisa mendengar apa yang diucapkan mama Gale, ia mengubah posisi jadi duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Pemilihan direktur? Kenapa aku harus ikut hadir?"

"....."

"Entah, aku cukup sibuk. Kayaknya hari itu aku ada pertemuan sama salah seorang pemilik tanah. Itu lokasi yang udah kita incar."

"....."

"Sebelumnya udah aku undur. Nanti kalau dia jual ke pihak lain?"

"......"

Gale's Dark SideWhere stories live. Discover now