25. Hari membosankan

16.3K 1.3K 112
                                    

Sampai semester genap ini, dapat terhitung dengan jari berapa kali Aeris masuk ke perpustakaan kampus. Ia tak begitu tertarik membaca buku. Entah kenapa teman-teman sekelasnya sering sekali pergi ke sana, bahkan saat lewat perpustakaan, selalu penuh dengan mahasiswa dari berbagai fakultas.

Ya, tapi baguslah. Lebih menyeramkan jika perpustakaan sepi.

Perempuan itu sedang berada di bagian rak skripsi jurusannya. Melihat-lihat judul di punggung buku. Kata dosen metodologi penelitiannya semester lalu, mereka harus sering-sering melihat dan mempelajari skripsi kakak tingkat.

Aeris tak sadar Gale sudah ada di belakangnya memperhatikan.

"Aeris," ucap Gale pelan.

"Hm?" perempuan itu menoleh ke belakang.

"Bagus lo di sini." Aeris kembali berbalik. Mengambil satu judul skripsi, lalu memberikannya pada Gale. Ia mengambil lagi yang lain dan memberikannya pada lelaki itu, kemudian mengambil satu lagi.

"Ayo," katanya lalu melangkah dulu menuju kursi.

Gale duduk di sampingnya.

"Lo baca itu ya," ucap Aeris.

"Buat apa?"

"Nanti lo bantu gue kalau skripsian."

Gale mendengus. Berniat menoyor perempuan itu tapi hanya mencubit pipinya.

"Hish! Malu!" Aeris menepis tangan lelaki itu.

"Emang kamu kalau sidang bakal ditemenin sama aku apa?"

"Nggak gitu, entar pas prosesnya loh. Lo kan kating pasti udah punya pengalaman lah. Lagi nyusun kan sekarang."

"Kita beda fakultas, sayang."

"Nggak papa lah. Kalau nggak mau ya udah sana, ngapain ke sini?"

Lelaki itu mengangkat bahu acuh. "Buat ngajak kamu pulang. Lagian tumben ke sini."

"Lo ngeremehin gue ya? Gue pintar tahu! Cuma males aja."

Gale hanya mengangguk percaya. Aeris mencebik dan mulai membuka skripsi yang ia bawa sendiri.

"Temen gue ada yang nggak harus buat skripsi. Dia lolos waktu PKM, enak banget kan? Coba aja gue pas PKM ikut."

Aeris berucap dengan mata yang fokus pada apa yang ia baca.

"Belum tentu lolos juga," ucap Gale.

Aeris mendelik, ingin memukul kepala Gale dengan skripsi yang ia pegang, tapi ini di perpustakaan jadi ia tak bisa ribut dan harus menahan diri. Aeris harus mengabaikannya kali ini dan berusaha kembali fokus.

Memang seharusnya ia tak terlalu banyak leha-leha. Tapi scrolling sosial media sambil rebahan itu lebih menggoda.

"Aeris, kebetulan ketemu di sini."

Suara itu cukup familier di telinga Aeris. Ia menoleh ke arah sumber suara dan menemukan Rana yang sepertinya baru datang.

"Lo juga di sini," ucap Rana sambil menatap pada Gale dan tersenyum tipis.

Mengingat Rana —ehm—Aeris ngeri saja kalau lelaki itu juga tertarik pada Gale. Tapi rasanya tidak mungkin terjadi.

Rana duduk di samping Aeris yang masih kosong.

"Lo udah ada perkembangan soal si Anastasya?"

Aeris jadi tersentak samar, ia pikir Rana tak akan menanyakan itu. Aeris refleks melirik ke arah Gale yang juga sedang menatapnya. Lelaki itu mengangkat alis.

"Nggak ..., mungkin gue yang salah. Kayaknya emang udah keputusan dia, tapi waktu itu ..., gue nggak terima dan ngelak. Sorry sempat bikin lo repot," Aeris menghadap lelaki itu tapi matanya tak bisa lama melakukan kontak mata dengan Rana.

Gale's Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang