20. Plot Twist

32.5K 1.9K 46
                                    

Aeris sedang melangkah menuju ruang makan. Tadi ia dipanggil oleh salah satu pelayan agar segera turun ke bawah untuk makan bersama keluarga.

Setelah beberapa saat, ia sampai. Di sana ternyata sudah ada orangtuanya.

"Pagi," ucap Aeris lalu duduk di kursi.

"Mana kakak kamu?" bukannya menjawab pertanyaan Aeris, sang ayah malah menanyakan hal lain

Perempuan itu mengangkat bahu. "Nggak tahu."

"Coba tadi kamu samperin ke kamarnya," ucap ibu sambungnya yang bernama Riana.

"Aku kira dia udah duluan."

"Yaudah tungguin aja sebentar lagi. Hubungan kamu sama Gale gimana?" tanya wanita itu, mengalihkan ke hal lain.

"Baik."

"Kamu habis main sama dia kemarin. Sampai nggak pulang dua hari. Bukan apa-apa, sebaiknya kalian cepat nikah. Lebih cepat lebih baik."

Aeris menopang dagu, ia tak menanggapi ucapan Riana. Menyomot sebuh anggur dari salah satu mangkuk yang ada di atas meja lalu memakannya.

"Aku masih kuliah, belum mikirin soal nikah," katanya di sela mengunyah.

"Selain kuliah kamu nggak ngapa-ngapain, Ay. Papa setuju sama mama kamu, sekarang kerjaan kamu juga cuma main sama keluyuran nggak jelas. Apalagi yang kalian tunggu? Keluarga Gale juga nggak ada yang keberatan kan sama hubungan kalian? Ini juga bisa mempererat hubungan bisnis kami," ucap sang ayah, Jordan.

Jelas, mereka sangat ingin kecipratan harta keluarga Gale. Aeris belum menanggapi dan mengambil anggur lagi. Lagian kuliah juga banyak mengeluarkan effort, tugasnya saja sekali dua kali terbengkalai.

"Aeris! Kamu dengar?"

Perempuan itu mengangguk. "Nanti aku obrolin sama Gale," katanya walau sama sekali tak berniat melakukan itu.

"Arthana! Cepat ke sini, kami nungguin kamu dari tadi," kata Riana yang melihat lelaki itu sudah sampai di ambang pintu.

Arthana sampai di dekat meja makan. "Pagi," ucapnya.

Ia berada di belakang kursi Aeris, memegang bahu perempuan itu dan menunduk untuk mengecup pipi kanannya.

"Morning, baby girl," katanya lalu duduk di kursi yang bersisian dengan perempuan itu.

Tindakan Arthana membuat semuanya kaget. Terutama Aeris yang langsung berhenti mengunyah anggur dan melotot.

"Apa-apaan?" katanya tak bisa menahan diri.

"Balasan yang waktu itu. Ayo makan."

Jordan geleng-geleng kepala, sementara Riana menghela napas pelan. Aeris menahan diri untuk tak mendecak sebal.

Selanjutnya, perempuan itu harus mau disuruh-suruh Arthana yang minta diambilkan lauk ini-itu.

"Makasih, sayang."

Aeris benar-benar geram sekarang.

"Kamu sayang banget sama adik kamu, bentar lagi kamu juga bakal punya adik kecil," ucap Riana sambil mengelus perutnya yang lumayan buncit.

Arthana tersenyum. "Aku sayang banget sama Aeris. Bukan sebagai adik, tapi cowok ke cewek."

Aeris tersedak makanannya mendengar ucapan lelaki itu, membuat Arthana menoleh dan mengusap-usap tengkuknya walau perempuan itu langsung menepis tangannya. Ia langsung menatap kesal ke arah Arthana yang bicara macam-macam.

"Maksudnya apa?" kening Jordan mengernyit.

"Sebenarnya, ada satu hal yang mungkin akan membuat kalian terkejut. Aku udah suka sama Aeris sejak lama, tentu bukan karena dia adik aku. Tapi tertarik karena lawan jenis."

"Arthana!" desis Aeris.

"Kenapa kamu bilang gitu? Aeris adik kamu sendiri. Kamu Lagi bercanda kan?"

Arthana menggeleng. "Ini serius. Lagian ..., mungkin aku harusnya nggak bilang ini. Tapi aku juga bukan anak kandung Mama, jadi kalau aku suka sama Aeris itu nggak akan jadi cinta terlarang."

Hah?

Aeris bingung. Arthana bukan anak kandung ibu tirinya?

"Lo bukan anak kandung?" tanya Aeris.

"Iya, kamu belum tahu?"

Aeris menggeleng dengan tatapan tak menyangka.

"Kemana aja kamu selama ini?"

Benar. Kenapa ia baru tahu kalau Arthana ternyata anak sambung Riana? Lalu sebenarnya siapa orang tua lelaki ini?

Apa yang sebenarnya terjadi?

Keluarga macam apa ini?!

"Kamu sadar apa yang barusan kamu bilang kan?" Jordan meletakan sendok dan garpu, menggeser piring dan terlihat sangat serius.

"Iya."

"Kamu main-main kan?"

"Nggak, Pa."

"Apa yang kamu mau dengan mengatakan itu?"

Arthana mengangkat bahu. "Entahlah, aku cuma nggak mau nyembunyiin ini lagi."

"Nggak punya otak," hardik Jordan.

"Meskipun kamu bukan anak kandung, tapi mama sudah nganggap kamu anak sendiri. Dulu kita udah janji nggak akan ngungkit itu. Kamu seharusnya nggak melukai mama seperti ini," ucap Riana yang jelas sangat kaget atas pengakuan lelaki itu.

"Ini gila." Jordan berdiri dari kursinya.

"Arthana, ikuti saya," kata pria itu lalu melangkah lebih dulu.

Arthana menaikkan sebelah sudut bibirnya, menoleh ke arah Arah Aeris yang terbengong. Mencubit pipi perempuan itu pelan lalu beranjak pergi.

Sepeninggal kedua lelaki itu. Ruang makan jadi cukup hening selama beberapa saat.

"Kamu udah tahu?" tanya Riana yang menatap kosong makanan di depannya.

Aeris jelas mengerti maksud pertanyaan ibu tirinya itu.

"Dulu pernah aku bilang, sikap dia aneh. Kalian nggak percaya," katanya acuh tak acuh dan memilih lanjut mengisi perut tanpa terlalu menghiraukan apa yang terjadi.

Meski ia juga masih kaget karena Arthana sangat nekad dan lebih terkejut lagi saat tahu lelaki itu bukan anak kandung.

Astaga. Ia bahkan tak mengenal orang yang merupakan keluarganya sendiri. Seperti semua sekadar formalitas saja.

Riana pasti lebih tertekan, ia tak banyak bicara lagi, makan pun tidak. Hanya diam di tempat dan setelah beberapa saat, ia berdiri dan pergi dari ruang makan.




***

Dua tiga ulat bulu
Vote, komen, dan share dulu!

See you!

Gale's Dark SideWhere stories live. Discover now