35. Hukuman

7.8K 500 20
                                    

Helaan napas sudah Prisma dengar berkali-kali dari Achlys. Di sisi lain, ada seorang temannya yang kondisinya lebih mengkhawatirkan, meskipun kini ia hanya diam setelah beberapa saat tertinggal dan memutuskan kembali ke kampus. Mereka jelas terasa berbeda, atmosfer ini tidak menyenangkan.

Awalnya ia terkejut saat mendengar Aeris masuk rumah sakit. Sayangnya meskipun ia dekat dengan mereka dan Achlys merupakan pacarnya sendiri. Prisma tak tahu detail yang terjadi. Yang lebih mengejutkan Aeris keguguran. Prisma yakin bahwa tidak ada satu orang pun dari mereka yang tahu sebelumnya bahwa Aeris hamil.

Ia melirik Aeris dengan sudut matanya. Sikapnya lebih dingin dan tak banyak bicara. Helaan napas berat kembali terdengar.

"Bangsat." meskipun bergumam, umpatan ini terdengar jelas dari Achlys yang kemudian menaruh hpnya dengan kesal.

Dengan begini, Prisma yakin dirinya benar-benar tidak tahu apa-apa dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Kenapa, Achlys?" tanyanya.

"Nggak papa," jawab Achlys, jelas bukan jawaban yang memuaskan pertanyaan pacarnya. Kemudian dengan acuh mengambil minuman Prisma dan menyesapnya dengan ekspresi kesal yang masih kentara.

Di sela kebingungan Prisma, Achlys kesal karena kakaknya. Gale benar-benar tak bisa ditemui, bahkan tak bisa dihubungi. Ia harus menghubungi asisten lelaki itu, tapi sama sekali tak diizinkan berbicara dengan Gale.

Katanya Gale sibuk, tak bisa diganggu, harus menyelesaikan banyak hal. Dari dunia kuliah sampai dunia kerjanya. Setelah berhenti meminum minuman milik Prisma. Ia menaruhnya, lalu menopang dagu. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, selain demi kepentingan proposal, Gale pasti tidak akan ke kampus. Akan lebih mudah jika Gale ke kampus seperti dulu meski tanpa kepentingan khusus, hanya datang menemui Aeris.

"Aeris?" panggil Achlys.

"Ya?"

Mereka bertatapan. Achlys tampak ragu, setidaknya itu yang Aeris lihat.

"Bilang aja, nggak papa."

"Nggak jadi." Achlys tampak lesu.

Jika begitu, Aeris menebak bahwa keragu-raguan Achlys muncul karena pembicaraannya akan berhubungan dengan Gale. Ia juga tak mau membahasnya. Sudah lama tak terdengar kabar Gale sejak terakhir bertemu di rumah sakit, itu bagus, pikirnya. Aeris tak tahu apa yang akan ia lakukan jika bertemu Gale lagi. Rasanya amarahnya masih belum bisa mereda, entah sampai kapan. Mungkin dalam waktu yang sangat lama.

"Omong-omong gue nggak bisa masuk kuliah minggu depan. Jadi lo harus jaga Aeris baik-baik," ucap Achlys pada Prisma.

Lelaki itu mengangguk saja. "Siap, komandan."

"Lo juga jaga diri baik-baik, oke? Gue nggak akan maafin lo kalau kenapa-napa pas gue nggak ada," katanya pada Aeris.

Aeris juga mengangguk. Ia tak perlu tahu kemana dan untuk apa Achlys pergi, mungkin setelah semuanya, lebih baik baginya untuk tidak terlalu mengetahui hal itu.

"Lo juga hati-hati," ucap Aeris tulus.

***


Di tempat lainnya, Gale baru selesai bertemu dengan salah satu klien penting. Ia masih duduk di balik meja kerja sambil mendengarkan agenda selanjutnya.

"Kemudian Tuan muda, ada satu hal yang sebaiknya ditangani nona Achlys, ini juga dari daerah yang menjadi kekuasaan nona yang harus Anda awasi. Nona perlu turun ke lapangan untuk transaksi penting ini. Ada beberapa bandar dunia bawah yang akan ditemui Nona dalam waktu dekat."

Achlys, Gale jadi ingat adiknya itu terus mencoba menghubunginya.

"Kalau itu yang harus dilakuin, hubungi dia, kirim beberapa orang kita untuk pengawasan jarak jauh, dia nggak boleh tahu kehadiran mereka."

Asistennya mengangguk.

"Di luar hal itu, masa hukuman Anda segera berakhir karena tugas-tugas dan beberapa masalah mulai stabil. Hanya saja jika ada kesalahan, termasuk kinerja nona, mungkin akan lebih lama dari yang telah direncanakan."

Gale menatap pria itu. Bagaimanapun sekarang ia sedang dalam tahanan. Bukan dalam arti yang sebenarnya, tapi ia tak akan dibiarkan terlalu berurusan dengan hal yang mengganggu kinerjanya. Ia dilarang bertemu dengan Aeris, tanpa batas waktu. Hanya jika pria berkacamata yang berdiri di depannya itu sudah mengizinkan ia pergi sesuai perintah ibunya.

Setelah bertemu dengan ibunya atas masalah yang terjadi di luar kendali pada Aeris, ia mendapat hukuman karena dianggap tidak kompeten. Setidaknya, ini masih tidak apa-apa daripada tidak diperbolehkan berhubungan dengan Aeris sama sekali, yang berarti ia harus melepaskan Aeris selamanya. Seperti itu, seistimewa apa pun Aeris baginya, ibu yang menjadi kepala keluarga akan berbuat apa saja untuk menyingkirkan hal yang dianggap terlalu mengganggu, Gale yang tak bisa melepas Aeris sama sekali. Tak bisa mengendalikan diri, jadi ia mendapat hukuman.

"Semuanya harus segera diselesaikan," gumam Gale.

Ia ingin berada di sisi Aeris dan harus meminta maaf lagi. Mungkin Aeris masih marah padanya, Gale mengerti ..., ini salahnya. Lebih lama ia jauh, akan lebih sulit ditangani.

Masalahnya, Aeris marah karena tak pernah menduga akan mengandung. Ia selalu menyuruh Gale menggunakan pengaman. Tapi waktu itu, Gale diam-diam melepasnya dan Aeris juga tak menyadari itu. Ia tak pernah waspada akan mengandung anak Gale karena berpikir permainan mereka aman.

Gale menghela napas, bajingan, ia harus mengakui dirinya memang buruk. Maka dari itu tidak baik jika meminta maaf lagi dengan cara biasa.

Asistennya melangkah ke arah lemari, menggeser pintu yang terbuat dari kaca, lalu mengambil beberapa berkas dan arsip, menaruhnya di atas meja Gale.

"Silakan, Tuan muda."

***

Jangan lupa tinggalkan jejak! Siapa tahu saya makin tergerak nulisnya, hahah :)

Lama tak jumpa, baru jumpa tapi sampai jumpa lagi di purnama berikutnya^^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Gale's Dark SideWhere stories live. Discover now