10. Luka Qila

218 47 25
                                    

Annyeong!!

Kalian baca part ini di jam berapa?

Vote dulu sebelum baca ya


Krisan nya boleh penuhi kolom komentar yaa

"Happy Reading"

__________________________________

"Satu garis luka yang membabi buta, mematikan hati dan logika."

✯✯✯


Terik mentari pagi mulai menyengat saat jarum jam menuju ke angka sepuluh. Semua orang tampak berhamburan mencari tempat yang lebih rindang usai pak Cahyo mengakhiri mata pelajaran olahraga. Waktu masih tersisa tiga puluh menit sebelum pelajaran berikutnya dimulai. Beberapa siswa melanjutkan permainan futsal, sebagian lainnya menuju kantin.

"Oy, kantin yok! udah seret banget nih tenggorokan gue," ajak Clarra pada Qila, Dinda, dan Keysia.

"Gue disini dulu deh, masih capek, lagian minum gue masih ada nih," sahut Qila dengan menunjukkan botol minumnya yang masih terisi setengah.

"Gue juga disini aja deh nemenin Qila, kaki gue serasa mau patah, udah nggak sanggup jalan gue " Dinda menjawab sambil duduk selonjoran di pinggir lapangan dekat Qila.

"Yaelah. Baru gitu doang juga, terus gue sama siapa dong? Masa sendiri, ngenes amat mentang mentang jombs."

Dinda menoyor kepala Clarra yang kini duduk di sampingnya, "Enteng bener lo bilang gitu doang! lo sih enak cuma lari 100 meter. Lah gue? Dua kali lipat. Gimana gak encok nih kaki!" gerutunya tak terima.

"Yeee.. Salah siapa lo telat?" balas Clarra tak mau kalah.

"Salah lo anjir nggak ngabarin kalo nggak jadi jemput gue!" sungut Dinda yang mulai kesal. Sementara Clarra hanya membalasnya dengan cengiran.

"Udah sih, lo pada ribut aja deh, heran. Noh, Ra, sama si Keysia tuh, pasti mau dia." Tunjuk Qila menggunakan dagu.

"Key," panggil Clarra.

"Hmm," jawabnya datar. Keysia masih sibuk mengetik di layar ponselnya.

"Ih nih anak!" Clarra yang tak sabaran langsung menarik Keysia untuk mengikutinya.

"Ra beliin gue Nurdin satu!" teriak Dinda saat Clarra mulai menjauh.

Kini hanya tinggal beberapa orang yang masih berada di pinggir lapangan salah satunya Qila dan Dinda. Tidak terlalu ramai juga tidak sepi.

"Din, lo ngapain deh duduk dibawah gitu? Ada bangku juga. Kalo mau mode gembel jangan disini, malu gue!" ledek Qila yang mulai jengah melihat Dinda duduk dan senderan di kakinya.

"Sialan lo, selonjoran lebih enak Qi, masih pegel ini kaki gue. Udah nggak sanggup berdiri kayaknya," keluh Dinda mendramatisir.

"Lebay lo!" sindir Alta yang baru saja datang. Pria itu langsung merebahkan tubuhnya di bangku panjang yang Qila duduki.

Dinda sedikit kaget melihat keberadaan Alta 'anjim banget nih orang, kalo bukan Alta udah gue getok pake sepatu' gerutunya dalam hati.

"Kak, ngapain sih?" bisik Qila pada Alta.

"Tidur," balasnya singkat dengan mata terpejam.

"Tidur tuh di rumah, bukan disini. Bangun ih!" Jujur Qila merasa risih dengan tatapan sekitar. Pasalnya di sini masih banyak orang yang kini melihat ke arah mereka dengan berbagai bisikan.

ALTAQILA [END]Where stories live. Discover now