32. Dinner Keluarga Dininghrat

111 10 0
                                    

Hello guys!
Kalau suka ceritanya, jangan lupa vote dan komen. Follow authornya juga, yaa!

Kalau nggak suka, boleh vote aja..
Bahagiain orang dapet pahala loh.. hehe

Happy Reading!!

_________________________________
✯✯✯


Menghabiskan waktu bersama Alta membuat waktu terasa lebih singkat dari biasanya. Hampir saja Qila lupa jika malam ini ada acara makan malam bersama keluarga Dininghrat. Sejujurnya, Qila malas sekali untuk ikut hadir. Namun, Mama terus memaksanya untuk ikut.

Dari dulu pun Qila tidak pernah dekat dengan keluarga Abraham. Bukan karena ia tidak ingin dekat, tapi karena keluarga Abraham seperti memberi jarak dan batasan terhadapnya. Bahkan, tak jarang setiap acara seperti ini Qila selalu merasa di kucilkan. Alasannya cukup klise, hanya karena ia terlahir sebagai perempuan. Katanya, perempuan tidak bisa diandalkan dari segi apapun, termasuk meneruskan bisnis perusahaan.

Qila datang bersama Mamanya  kali ini mereka datang sedikit terlambat, meski itu hanya tiga menit. Seluruh keluarga sudah duduk di meja besar keluarga Dininghrat, termasuk Abraham. Terpampang jelas di wajah mereka sebuah tanda tanya besar.

"Lihat siapa yang baru saja datang, sepertinya istrimu sudah melupakan aturan Dininghrat, Kak." Suara itu berasal dari seorang wanita paruh baya yang duduk di depan Abraham. Abela, adik dari Abraham.

"Hei, Kak Abel jangan begitulah. Sepertinya Kakak ipar kita ini terlalu sibuk sampai lupa waktu. Wanita karir memang begitu 'kan?" sindir Guntur yang menekankan ucapannya pada kata sibuk. Dia adalah adik bungsu Abraham.

Perkataan dan sindiran itu hal yang biasa bagi keluarga Dininghrat. Makanya Valleri tidak ingin ambil pusing, ia hanya menanggapinya dengan senyuman. Valleri dan anaknya segera duduk setelah mengucapkan kata maaf atas keterlambatannya. Sementara Abraham, melihat Valleri dan Qila dengan tatapan yang tak terbaca.

Suasana di ruang makan itu sangat hening. Hanya diisi oleh dentingan beradunya antara sendok dengan piring. Hal yang paling Qila benci dari dinner keluarga Dininghrat adalah suasana yang selalu mencekam. Semua orang seperti boneka yang sudah memiliki perannya masing-masing. Sangat memuakkan bukan?

Sementara seorang pria tua yang duduk di ujung meja itu masih memperhatikan satu persatu anak-anaknya. Adam Dininghrat, pria tua yang gila kehormatan dan tak memiliki perasaan. Begitulah sejauh ini Valleri mengenal mertuanya.

"Ada apa dengan keluargamu Abraham?"  tanya Adam dingin.

Abraham dan Valleri sontak melihat ke arah Adam. Namun, tidak ada yang berani bersuara.

"Jangan kamu pikir saya tidak tahu, Abraham!" Kali ini terselip penekanan pada kalimat yang di ucapkan Adam.

Suasana di meja itu mulai menegang, beberapa orang saling bertukar pandang dengan berbagai macam pertanyaan. Namun, tak ada yang berani membuka suara untuk bertanya.

"Saya akan bercerai dengan Valleri, Pa."

Qila membeku mendengar jawaban Papanya. Apakah keluarganya benar-benar sudah hancur? Gadis itu meremat jari-jemarinya di bawah meja. Menyalurkan rasa sedihnya yang tak boleh tumpah saat ini juga.

Sementara Valleri, lidahnya terlalu kelu untuk berkata. Meski ia sudah tahu ini akan terjadi. Tapi, tetap saja dia tidak pernah menyangka bom waktu ini dengan sangat cepat menghampiri kehidupannya.

Setelah perdebatannya dengan Qila tadi sore, Valleri mendatangi Abraham dan dia bersedia memberikan 70% saham miliknya kepada Abraham. Dengan begitu, Valleri bisa terbebas dari neraka dunia yang menyiksa dirinya dan juga Qila.

ALTAQILA [END]Where stories live. Discover now