40. Terungkap

119 11 8
                                    

Annyeong yeorobun!
Bagi yg masih nungguin cerita ini, makasih banyak-banyak🤗🤗🥰

Happy Reading ya..

____________________________________

Jika dekat membahayakan, maka menjauh dan tak melibatkanmu adalah caraku melindungi mu.

✯✯✯



Aldi merasakan sesuatu benda lancip menyentuh lehernya. Perlahan, ia membuka kedua matanya yang terasa bengkak bekas tonjokan Alta. Ia cukup tersentak, ketika netra hitam legam itu menghunus tajam ke arahnya. Alta tengah menodongkan sebuah pisau yang ukurannya tidak terlalu lebar, namun cukup panjang. Serta, kilatan benda itu menunjukkan seberapa tajamnya pisau tersebut.

"Hidup dan mati lo, bergantung sama kejujuran lo saat ini!" tegasnya.

Suara berat cowok itu terdengar dingin dan penuh penekanan. Mata elangnya menatap nyalang ke arah Aldi. Atmosfer di ruang latihan Lionkings terasa mencekam. Aldi Sampai kesusahan menelan salivanya sendiri. Sepertinya, Alta tidak main-main dengan ucapannya kali ini. Sekarang, nyawa Aldi sedang berada di ujung tanduk.

"Gu-gue... Gue mi-minta ma'af, Bang," ucapnya terbata. Suara Aldi terdengar sangat lirih, sepertinya memang terselip rasa bersalah yang teramat besar di balik kata maafnya.

"GUE NGGAK BUTUH MAAF LO!"

Alta memejamkan kedua matanya untuk menetralisir emosi agar tak lepas kendali. "Lo tahu? Gue nggak pernah ngasih ampun sama seorang pengkhianat!" sentaknya. Alta tersenyum sinis di akhir kalimatnya.

"Jawab jujur! Untuk siapa lo berkhianat dan apa alasan lo. Atau? Pisau ini jemput ajal lo detik ini juga!" tekannya. Rasa perih mulai terasa saat Alta memberikan sedikit tekanan pada pisau yang masih menyentuh kulit lehernya.

"Ga-Gary... Garry yang nyuruh gue."

"Brengsek!" geramnya. Urat-urat di tangan Alta terpampang jelas saat kepalan tangannya semakin kuat. Cowok itu sampai lupa jika sebelah tangannya masih memegang pisau. Bahkan, Aldi sampai meringis ketika merasakan benda tajam itu kembali membeset kulit lehernya. Namun, dia tidak berani berkutik sedikitpun.

"Tahan emosi lo," kata Andre. Dia menepis pisau yang di todongkan ke leher Aldi.

Aldi yang duduk di bangku dengan tangan dan kaki yang masih terikat pun menundukkan kepalanya dalam-dalam. "Gue.. gue terpaksa, Bang. Gue di ancam Garry."

"Sebenarnya... Ibu gue nikah sama bokapnya Garry. Karena bokapnya yang biayain semua pengobatan adek gue, dia ngancem bakal bunuh mereka kalau gue nggak nurutin apa kata dia," akunya.

Semua orang yang berada di ruangan itu tercengang mendengar pengakuan Aldi, terutama Alta.

"Teror dalam markas, kejadian di Bali, kecelakaan Rey saat pakai motor lo, dan... Kejadian hari ini, itu gue bang.." beber Aldi.

"Gue yang bikin lo hampir celaka. gue terpaksa Bang.. gue nggak punya pilihan..." tutur katanya terdengar parau, penyesalan juga rasa bersalah selalu menghantui hari-harinya. "Ma'af... Ma'afin gue, Bang..." Setitik cairan bening jatuh dari mata sayu Aldi. Bahkan permintaan maafnya nyaris seperti rintihan. Aldi benar-benar menyesal, jika dia bisa mengulang waktu, dia tidak akan mengizinkan ibunya menikahi Garal yang ternyata adalah ayahnya Garry.

Mendengar semua yang pengakuan Aldi, membuat Alta menghela nafas panjang. Biar bagaimanapun, Alta mengerti sesayang apa Aldi terhadap keluarganya.

"Apa alasan Garry ngincer gue?" tanya Alta.

ALTAQILA [END]Where stories live. Discover now