46. Tempatkan Aku di Relung Hati Terdalam

162 10 12
                                    

Hai guys?
-
Jujur, aku agak berat nulis part ini😢
Semoga kalian ttp suka ya sama ceritanya.
--

Happy Reading!!

__________________________________


Ketika ku jatuhkan hatiku padamu, telah ku pastikan kamu yang pertama dan terakhir. Karena sejak awal pun, kamulah rasinya.

-Altair

✯✯✯

Keesokan harinya, Alta berhasil melewati masa kritis. Itu tidak luput dari darah yang diterimanya dari Qila. Ruangan yang di tempati cowok itu terasa sunyi dan dingin. Hanya terisi suara monitor detak jantung yang menemani.

Melihat Alta terbaring lemah di hospital bed, serta berbagai alat medis di tubuhnya, membuat Qila berulang kali harus menyeka rembasan di pelupuk matanya. Ia duduk di sisi Alta. Cowok kuat itu masih belum sadarkan diri.

"Yang, cepet bangun ya. Temenin aku metik strawberry lagi, atau kita petik bintang bareng di balkon kamar kamu." Qila menggenggam, lalu mencium punggung tangan kekar milik kekasihnya.

"Aku percaya kamu kuat, aku percaya kamu akan selalu nepatin janji kamu. Maka dari itu, cepet bangun."

Qila mengelus kening Alta. Kemudian mengecupnya penuh makna. Tanpa ia sadari setetes bening jatuh dari pelupuk matanya, membasahi wajah Alta.

Qila buru-buru memejamkan mata, berharap tangisnya tak kembali jatuh. Tanpa menyadari jika ada jemari yang menyentuh pipinya.

"Ja..ngan, na..ngis..." Suara berat dari balik ventilator itu terdengar lirih.

"Altaa?  Alhamdulillah, yang... Kamu beneran sadar." Seulas senyum terbit di bibir gadis itu. Sementara Alta, ia hanya mampu mengangguk pelan, sangat pelan.

Qila segera menekan tombol nurse call system, agar dokter yang menangani Alta  bergegas ke ruangan dan memeriksa keadaan Alta pasca siuman.

Dokter Oliver datang bersama Natalie. Wanita paruh baya itu memeluk pelan putra bungsunya. Tergambar jelas rasa syukur di wajah Natalie. "Alta, anak Mama..., Sayang, akhirnya kamu sadar juga."

Dokter Oliver tampak terkagum. "Ini adalah sebuah keajaiban anak ibu bisa sadar dari komanya. Untuk memastikan kondisinya, biar saya periksa keadaan pasien sebentar." Izin sang dokter.

Qila dan Natalie menjauh sejenak, untungnya dokter Oliver memperbolehkan dua perempuan itu untuk tetap di ruangan tersebut. Tentu saja itu atas permintaan kekeuh Alta.

Aneh rasanya, ketika dokter selesai memeriksa keadaan Alta, dia tidak mengatakan apapun. Natalie juga tidak menanyakan bagaimana kondisi Alta setelah sadar. Qila sempat bertanya pada dokter Oliver, namun sang dokter hanya tersenyum simpul.

Entah apa makna dibalik senyum simpulnya, saat itu Qila tidak memikirkan hal lain lagi selain bersyukur lelakinya sudah kembali sadar.

"Maa..," panggil Alta. Untuk memudahkannya bicara, ia melepaskan ventilator yang menunjang pernafasannya.

"Iya, sayang... Mama di sini," sahut Natalie. Ia berusaha terlihat tegar di hadapan putranya bungsunya.

Kemudian, Alta menggenggam tangan Natalie, menaruhnya di atas dada. Lalu ia pun meraih tangan Qila dan menumpukannya diatas tangan Natalie. Ia menggenggam kedua tangan wanita tersebut.

"Mama sama Qila, adalah dua wanita paling berharga di hidup Alta. Mama jangan nangis." Alta berusaha meraih wajah Mamanya.

"Iya sayang, Mama nggak nangis."

ALTAQILA [END]Where stories live. Discover now