18. Thanks for Today

145 17 2
                                    

Haii..

Minta Apresiasinya yaa..
Silahkan vote or comen😉

Happy Reading

__________________________________
✯✯✯


Selepas dari perkebunan strawberry, Alta hanya membutuhkan waktu sekitar tujuh menit untuk sampai ke tujuan berikutnya. Yaitu, Perkebunan Teh Rancabali. Tempat yang sejuk dengan hamparan teh hijau yang memanjakan mata. Jauh dari hiruk pikuk kota. Tempat yang menjadi opsi terbaik untuk healing, karena atmosfernya sangat cocok untuk menjernihkan pikiran.

Setelah mengisi perut yang tadi sempat keroncongan, kini dua remaja itu berjalan menuruni hamparan tanaman teh. Sesekali keduanya saling bergantian mengabadikan moment itu dalam sebuah kamera ponsel. Lebih tepatnya, Alta sebagai fotografer Qila, karena ia tidak begitu tertarik berfoto ria. Hanya beberapa kali jepretan saja, itu pun Qila yang memaksa.

Keduanya berhenti di sebuah batu besar. Alta dan Qila duduk di atas batu besar itu seraya menikmati pemandangan sekitar. Qila menumpukan tangannya di belakang sebagai penyangga tubuhnya yang condong ke belakang. Kemudian ia mendongak ke atas lalu menarik nafas panjang dan menghembuskannya kasar. Matanya terpejam sejenak, lalu kembali menatap langit.

"Haahh.. langit itu seperti memiliki magnet ya, beban dan kesedihan seolah ditariknya saat kita memandang hamparan putih biru itu," ungkap Qila tanpa mengubah posisinya.

Alta menoleh ke arah gadis itu, lalu pandangannya ikut melihat langit di atas sana. "Karena itu, kita sebagai manusia harus memiliki hati seluas langit. Supaya gak ada sedih yang terus berkelanjutan."

"Lantas, bagaimana jika sedih itu tak berujung?"

"Gak ada sedih yang gak berujung. Semua perihal waktu, dan mau. Kalo kita mau keluar dari rasa sakit itu, perlahan tapi pasti, itu akan terganti dengan yang lebih berarti."

"Caranya?"

Alta menarik kedua sudut bibirnya sebelum membalas perkataan gadis di sampingnya. "Kamu cukup niat dan mau. Perihal cara dan bagaimana itu bagian aku. Sebanyak sakit dan sedih yang kamu rasa, aku akan menggantinya dengan bahagia. Bahkan lebih dari itu, sampai tak ada lagi luka yang tersisa."

Bohong jika Qila tidak bergeming, bahkan saat ini jantungnya seperti sedang berlomba-lomba meminta keluar. Setiap perkataan pria itu selalu membuatnya semakin merasa dimengerti. Hingga rasa nyaman lahir begitu saja ketika mereka bersama. Sialnya, Alta masih saja belum memperjelas apa arti kedekatan mereka.

Hening cukup lama tercipta, baik Alta maupun Qila tidak ada yang kembali membuka suara. Seperti ada kecanggungan yang menghampiri. Keduanya masih sibuk dengan perasaan masing-masing.

Jika diingat-ingat, Alta tidak mengerti bagaimana ia bisa berujar se-cheesy dan sebijak itu ketika bersama Qila. Otak dan hatinya seperti tersetel begitu saja. Mengingat setiap kata yang ia ucapkan untuk gadis itu, membuat wajahnya memanas dengan sendirinya. Degup jantungnya berdetak kencang, ah sial! Alta belum pernah merasakan ini sebelumnya.

"Udah sore, mampir ke rumah Nenek sekarang aja, yuk? Biar pulangnya gak malem banget," ajak Qila memecahkan keheningan.

"Ayo!"

Kedua remaja itu berjalan menghampiri motor yang terparkir lumayan jauh dari tempat mereka duduk. Selama perjalanan mereka hanya bungkam, memilih untuk sibuk dengan pikiran masing-masing. Sampai mereka kembali menyusuri jalanan dengan langit yang sedikit demi sedikit mulai berubah warna.

ALTAQILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang