22. Obrolan Malam

131 12 6
                                    

Haii guys!!

Happy Reading ya!!

___________________________________
✯✯✯


Ketiga gadis itu masih berbaring menatap langit-langit kamar. Rasa malas pulang ke rumah membuat Qila dan Clarra berakhir di rumah Dinda. Selepas dari apartemen Rey tadi, ketiganya diantar Alta Indra dan Juned. Sementara Keysia, dia terpaksa pulang ke rumah karena suatu hal. Padahal dirinya sangat ingin ikut kumpul di rumah Dinda.

"Gimana rasanya?" tanya Clarra.

"Apanya?"

"Ditembak bintang musim panas?"

"Mmm.. menurut lo?" jawab Qila setelah diam beberapa saat.

"Yee! Mana gue tahu bambang!"

"Haha.. satuy Ra, sensi amat lo," sanggah Dinda.

"Analoginya begini, lo bagai permen kapas yang terbang di udara. Melambung tinggi dan terasa manis," kata Qila dengan ekspresi yang membuat Dinda serta Clarra bergidig.

"Bucinnya gak nahan Bu. Pake analogi segala," tukas Dinda.

"Padahal dulu bilangnya apa Din?"

"Tuhan tuh lebih sayang gue, do'a kalian gak bakal dikabulin. Gue gak bakal baper sama cowok modelan Alta," cibir Dinda menirukan omongan Qila dulu.

"Haha! Iya, ya. Kena karma gue kayaknya," sahut Qila.

"Makanya tuh mulut kalo ngomong di filter dulu, untung cowoknya modelan Alta. Coba kalau Joni atau Juned?" Clarra langsung tertawa setelah mengatakan itu.

"Bisa dibilang rabun lo, Qi," tambah Dinda.

Clarra menghentikan perdebatan kecil mereka dengan bangkit lalu duduk. Rasa bosan menunggu kantuk akhirnya datang. "Gabut banget gue, belum ngantuk juga."

"Sama..." jawab serentak dari Qila dan Dinda.

"Gimana kalau kita main game?" tawar Dinda yang ikut bangkit.

"Game apa? Gue agak bego kalau main game," tanya Qila.

"Ludo aja Ludo, gampang. Tinggal lempar dadu doang!" seru Clarra.

"Boleh, tuh. Wait!" Dinda mengambil tablet miliknya yang biasa ia pakai untuk main game.

"Aturannya yang kalah harus dikasih hukuman, truth or dare gimana?" tantang Qila.

"Oke!"

Mereka memuali permainan dengan serius. Dengan bangga Clarra memimpin permainan. Satu persatu bidak mereka keluar dari kandangnya. Sesekali dengan sengaja mereka saling mematikan bidak lawan dan bidak yang disingkirkan kembali ke kandangnya.

Titik mengesalkan dari permainan ini adalah ketika satu langkah lagi mencapai kolom beranda, tiba-tiba bidak milik Qila berhenti tepat di tempat bidak Clarra berada.

"Anjiirrr! Bangke banget! Masa.. ah ngeselin lo Qi!" gerutu Clarra saat melihat bidak miliknya berputar arah masuk ke kandangnya. Membuat dia harus mengulang di garis start.

"Hahahaha! Nyesek amat Ra, selangkah lagi padahal," ujar Dinda.

"Sorry-sorry. Sengaja," kekeh Qila tanpa dosa.

"Yes!" Your looser," seru Dinda.

"I'm winner. Yes! Jadi, truth or dare, Clarra?" tanya Qila.

Clarra tampak berfikir, jika ia memilih truth takut kalau Dinda dan Qila akan bertanya yang aneh-aneh.

Setelah beberapa saat berfikir akhirnya Clarra memutuskan. "Dare," jawabnya.

ALTAQILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang