33. Rumah yang Telah Hancur

117 11 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak..
Happy Reading!!

✯✯✯



Qila menatap nanar rumah mewah yang kini terasa dingin. Canda, tawa, dan bahagia yang dulu pernah ada habis tak tersisa. Hanya potongan kenangan yang kembali terputar otomatis dalam ingatan. Kini rumahnya sudah benar-benar hancur. Bahkan pondasi yang seharusnya bertengger kuat telah runtuh sejak lama.

Seketika air mata Qila merembas membasahi pipi, mengalir bersama kerinduan yang selalu hadir. Tidak ada yang bisa ia salahkan bahkan kesalahan mamanya itu lah yang membuat dirinya ada di dunia ini. Sesak kembali menyeruak, saat batin kembali berontak merasakan ketidakadilan. Apakah jika ia bukan terlahir dari rahim Valleri kehidupannya akan lebih baik dari ini? Apakah jika Mamanya tidak melakukan kesalahan itu ia akan tetap ada di dunia?

Qila memasuki rumah itu dengan perasaan hampa. Ia menyusuri setiap ruang yang ada di rumah tersebut. Sesekali bayangan keluarganya dimasa lalu terlintas. Membuat senyum getir itu lahir begitu saja.

"Rumah ini nggak ada yang berubah, hanya perasaan dan keadaan yang sudah jauh berbeda," gumamnya.

Qila memasuki kamar Neneknya. Tempat di mana dirinya, Alex dan sang Nenek biasa tidur bersama ketika hari libur tiba. Ia meraih bingkai foto yang terpajang di samping tempat tidur. Itu foto mereka bertiga. Qila mengusap bingkai kaca itu lalu memeluknya dengan erat. Lagi dan lagi air matanya luruh tanpa permisi.

"Bawa Qila ke tempat kalian, Nek.. Bang.. Qila capeeek..."

Tangisnya kembali pecah. Ia meringkuk di atas kasur sambil memeluk bingkai foto yang diambilnya tadi.

"Kenapa... Kenapaa, kalian tinggalin Qila.." ujarnya sendirian.

Gadis itu menangis sejadi-jadinya sampai segukan. Tanpa sadar rasa lelah mengantarkannya hingga ke alam mimpi.

Tempat apa ini? Seluruh ruang terasa hampa dan kosong. Kabut putih tebal terasa mengganggu penglihatan. Apakah saat ini diriny berada di dimensi lain? Qila mengedarkan pandangan ke sekeliling. Namun ia tidak menemukan siapapun, bahkan tidak ada benda apapun di sini.

Perlahan sebuah sinar muncul bersamaan dengan seseorang yang sangat ia rindukan. Dia tersenyum manis ke arahnya. Pakaian putih yang dikenakan pria itu membuatnya semakin bersinar terang.

"ABAAANNGG!" Qila berlari memeluk Kakaknya.

"Qila kangen banget bang... jangan pergi lagi... Qila mohon. Gara-gara Qila, keluarga kita hancur bang..."

Alex mengurai pelukannya lalu menyentuh pipi sang adik. "Dengerin Abang baik-baik ya... kamu nggak pernah salah, semua emang sudah takdirnya. Lupain kecelakaan itu dan cukup ingat kenangan indahnya aja, ya? Semua karena sudah waktunya."

Alex menghapus air mata Qila. "Janji jangan salahin diri sendiri lagi. Kamu harus bahagia. Abang selalu ada di sini. Di hati kamu. Kalau kamu sedih, Abang juga ikut sedih. jadi kamu harus bahagia, ya. Janji?"

Qila mengangguk paham. "Janji!"

Perlahan bayangan sang Kakak mulai menjauh. Qila berlari mengejarnya namun Alex menghilang dalam hitungan detik. Di waktu yang sama Qila terjaga dari tidurnya.

"BANG ALEX!" teriak Qila yang langsung terbangun. Tanpa sadar pipinya basah karena ia menangis dalam tidurnya.

"Hei, are you okay?" Alta sempat panik, saat dirinya datang Qila menangis dalam tidurnya.

Qila langsung duduk dan menghamburkan pelukan pada pria itu. Tangisnya belum mereda malah semakin keras.

"Yaangg.." panggilnya lembut, namun Qila tak menjawab.

ALTAQILA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang