26. Orang Baru

124 11 1
                                    

Happy Reading!!

✯✯✯

"Tak akan ku biarkan siapapun masuk tanpa seizin ku, dan izinku hanya berlaku untukmu. Queen Aquila.”


Penilaian Akhir Semester (PAS) baru dua hari dimulai. Namun, rasa pusing sudah mulai menyerang. Apalagi saat mata pelajaran matematika dan kimia disatukan. Rasanya, otak seperti disuguhkan bom nuklir yang siap meledak kapan saja.

"Gue heran, guru-guru tuh punya masalah hidup apa sih?" gerutu Clarra ketika keempat gadis itu berjalan menuju parkiran.

"Kenapa Ra?" tanya Qila tak mengerti.

"Aneh aja. Kenapa mapel yang bikin otak meledak tuh harus di tempatin di hari yang sama gitu?" kata Clarra dengan muka kusutnya.

"Haha.. maksud lo ujian Matematika sama Kimia tadi?" tanya Keysia.

"Ho'oh. Mana yang ngawas gurunya killer abis. Gue nengok dikit aja langsung di pelototin. Anjim emang!" cerocos Clarra masih dengan raut kesalnya.

"Muka lo muka-muka contekan sih, makanya mata guru gak bisa beralih dari lo," ledek Qila.

"Sialan lo!"

"Pantes kepala lo berasep Ra," celetuk Dinda.

"Bentar lagi meledak ini," sahut Clarra.

Saat tiba di parkiran, ternyata Qila sudah ditunggu oleh Alta. Akhirnya ia pamit pada ketiga sahabatnya untuk pulang lebih dulu.  Meski tidak setiap hari, akhir-akhir ini Alta memang sering antar jemput Qila. Itu pun jika dia sedang tidak kesiangan.

Baru saja Alta sampai di rumah setelah mengantarkan Qila pulang, ia langsung disambut oleh teriakan seorang cewek yang sudah lama tak ia temui. Alih-alih senang, ekspresi malas lah yang tergambar di wajah pria itu.

"ALTA?! Oh, my baby lion!" teriaknya sambil berlari ke arah Alta.

Alta mencoba melepaskan diri dari pelukan gadis itu. "Minggir gak lo!" sentaknya.

"Masih jutek aja ih, gak kangen apa sama gue? Gue baru pulang loh."

Alta tak memperdulikan omongan cewek itu. Dia memilih untuk naik ke atas pergi ke kamarnya. Namun, langkahnya terhenti saat Anggara memanggil namanya.

"Alta!"

Terdengar helaan nafas kasar dari pria itu, sebelum akhirnya dia berbalik dan menghampiri Papanya.

Alta berjalan ke arah ruang keluarga. Yang mana di sana sudah ada Natalie dan Anggara. Sementara Melly, Natalie menyuruhnya untuk masuk ke kamar dan beristirahat. Alta duduk di samping Mamanya.

"Kenapa, Pa?" tanya Alta tanpa basa-basi.

"Gimana ujian kamu hari ini?" tanya Anggara.

"Masih lancar."

"Hubungan kamu sama anaknya Valleri?" Tiba-tiba saja Anggara menanyakan hal yang sebelumnya tak pernah dia perdulikan.

"Baik... ada apa Pa, tumben?" Terlihat jelas kebingungan dari wajah Alta.

Anggara mengangguk paham lalu menyeruput kopinya.

"Papa cuma mau ingetin kamu untuk bersikap baik dengan Melly. Kasihan dia, Ta. Kesehatan mentalnya belum pulih betul," ucap Anggara mengingatkan anak bungsunya.

"Papa nggak minta kamu untuk memberi harapan atau perasaan kamu untuk dia. Tapi, seenggaknya jangan terlalu kasar. Kamu paham kan maksud Papa?"

Alta hanya diam tak memberikan respon apapun.

ALTAQILA [END]Where stories live. Discover now