37. Musuh dalam Selimut

112 11 3
                                    

Annyeong!!

Happy Reading!!


✯✯✯




Suasana markas kali ini terasa mencekam. Mereka semua hanya saling bertukar pandang melihat aksi ketuanya. Tidak ada yang berani bertanya jika emosi Alta sudah mencapai batas seperti ini. Cowok itu terus menghajar samsak penuh emosi.

"Lama-lama itu tangan bisa patah," gumam Indra. Dia melihat Alta seolah tidak kehabisan energi meski sudah menghajar samsak itu dari satu jam yang lalu. Bahkan Andre sempat kena hajar saat mencoba untuk menghentikan ketuanya.

Tak berselang lama, Qila datang dengan terburu-buru. Dia mencari Alta di setiap sudut markas. Melihat Alta berada di ruang latihan Lionkings, dia langsung masuk ke dalamnya. Qila ingin meminta maaf dan menjelaskan kesalahpahaman tadi. Tapi, baru saja dia akan menghampiri Alta, Indra lebih dulu mencegahnya.

"Mood Alta lagi nggak bagus, kalau ada yang mau lo omongin mending besok aja," cegah Indra.

"Gue harus jelasin sesuatu sama dia Dra. Minggir!" Tanpa mendengarkan perkataan Indra, Qila langsung mendekati Alta. Cowok itu masih melayangkan tunju pada samsak yang menjadi pelampiasan amarahnya, tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun.

Bisa Qila rasakan kemarahan Alta belum mereda. Itu terlihat jelas dari raut wajahnya yang terlihat nyalang. "Taa.. aku.. aku mau ngomong sebentar..."

Sekilas Alta melirik Qila menggunakan ekor matanya. Kemudian kembali pada aktivitasnya tanpa memperdulikan gadis itu.

"Taa.., soal tadi, kamu salah paham. Please.. kasih aku kesempatan buat jelasin, ya?" suara Qila terdengar lirih. Jujur saat ini dia sangat merasa bersalah. "Yang, aku minta ma'af.."

"Pulang!" Hanya itu yang diucapkan Alta. Dia tidak memberi Qila kesempatan untuk menjelaskan. Qila tidak mengerti bagaimana jalan pikiran cowok itu. Bagaimana bisa dia menyuruh Qila pulang disaat permasalahan belum terselesaikan.

"Nggak! Aku nggak akan pulang sebelum kamu mau dengerin aku!" tolak Qila dengan suara yang tak selembut tadi.

"GUE BILANG PULANG!" Kini suara Alta naik satu oktaf.

Membuat Qila sedikit terkejut. Untuk pertama kalinya, Alta membentak dirinya. Tidak bisa dipungkiri, hatinya tersentil mendengar bentakan dari orang yang selalu berkata lembut kepadanya. Qila tidak mampu menyembunyikan perasaan itu. Air matanya jatuh tanpa permisi. Namun, Alta seperti bukan Alta yang Qila kenal. Dia bahkan tidak melihat ke arahnya sedikitpun.

Inti Lionkings sudah hafal dengan sifat Alta jika sudah marah akan seperti apa. Merasa kasihan melihat Qila menangis, akhirnya Andre mengajaknya keluar dari ruang latihan.

"Lo tahu kan sebatu apa Alta? Percumah lo mau jelasin sekarang, nggak bakal direspon. Kasih dia waktu sendiri buat jernihin pikirannya." Sebisa mungkin Andre mencoba membuat Qila untuk mengerti.

"Sekarang mending lo pulang, besok baru coba jelasin ke Alta kesalahpahaman kalian."

"Juned, anterin dia pulang!" Kata-kata dingin itu keluar dari mulut Alta. Semarah apapun, setidaknya Alta masih peduli dengan kekasihnya. Juned yang mendengar perintah itu segera keluar untuk mengantarkan Qila pulang.

Langkah kaki Andre kembali mendekati Alta. Dia menahan samsak yang hendak di hajar cowok itu. "Dengan ngabisin tenaga lo cuma-cuma nggak akan nyelesain apapun," kata Andre.

"Minggir!"

Andre tersenyum tipis. "Gue baru tahu, selain bego ternyata lo juga bocah!"

"Maksud lo apa, hah?!" sungutnya tak terima. Alta tersulut emosi, dia menarik kerah baju Andre dengan tatapan nyalang.

"Gue nggak tahu masalah lo apa, tapi apa lo pikir dengan bersikap kayak gini bisa nyelesain semuanya?!" Alta masih melayangkan tatapan tajam kepada sahabatnya.

"Lo nggak lihat seberantakan apa cewek lo tadi? Lo lebih mentingin ego lo sendiri. Apa itu nggak kayak bocah?!" Andre menepis kasar cengkraman Alta di kerahnya.

"Gue tahu banyak hal yang mengganggu pikiran lo. Tapi please lah jangan lampiasin itu ke cewek lo sendiri."

Alta mengacak rambutnya kasar. Akhir-akhir ini dia benar-benar kacau. Banyak hal yang mengganggu pikirannya. Banyak kejadian berbahaya yang bisa menyakiti orang-orang di sekitarnya. Bahkan Rey harus ikut menjadi korban. Ditambah kejadian hari ini, Alta merasa dirinya telah gagal melindungi orang yang dia sayangi. Melihat lebam di wajah Qila membuat dia marah pada dirinya sendiri.

Andre menepuk pundak Alta. "Tenangin pikiran lo, jangan sampai lepas kendali."

Alta duduk dan menyandarkan tubuhnya pada penyangga bangku. Tak lama Indra datang membawakan dua kaleng minuman bersoda untuk Alta dan Andre. "Nih, biar dingin tuh kepala."

"Lo pada ngerasa nggak sih semenjak ada teror waktu itu Lionkings jadi mulai kacau?" Indra membuka pembahasan yang akhir-akhir ini terjadi.

"Teror mawar hitam, petasan mercon di Bali, kecelakaan Rey, dan kejadian Qila tadi.. Mungkin nggak sih pelakunya masih orang yang sama?" tanya Andre.

Alta mengernyitkan dahinya. "Maksud lo? Garry?"

Andre sedikit ragu untuk mengiyakan. "Mungkin.. mungkin aja cewek yang lo tolak dulu itu orang yang dia sayang." Tebak Andre.

"Karena dia nggak cukup kuat buat lawan Alta langsung, makanya yang dia incer orang-orang terdekat Alta dulu?" sanggah Indra.

"Garry..." gumam Alta. "Gue rasa dia nggak sendirian."


✯✯✯


"Muka lo kenapa bonyok gitu dah Qi?" tanya Juned penasaran.

Qila masih diam, dia tidak berminat membalas pertanyaan Juned. Akhirnya Juned kembali bertanya, "Lo ada masalah apa sama Alta? Cerita aja, dari pada lo pendem sendiri. Entar stres lo. Trus Alta cari cewek lain yang lebih normal."

Qila memukul kepala Juned lalu berdecak kesal. "Maksud lo gue nggak normal?"

"Gue nggak ngomong gitu loh. Gue kan cuma memprediksi kemungkinan yang bisa terjadi," elaknya.

"Alta salah paham waktu Reno abis nolongin gue."

"Hmm.. terus?"

"Reno refleks nahan tubuh gue pas gue oleng dan hampir jatuh. Posisinya seakan Reno tuh lagi meluk gue, dan di waktu bersamaan Alta datang lihat itu. Yaa, akhirnya dia salah paham," jujur Qila.

"Waduh, pantes dia ngamuk."

"Dan.. dan gue refleks nampar Alta pas dia terus hajar Reno," tambahnya.

Cittt!!

Juned refleks ngerem dadakan karena kaget. Jelas Qila menggerutu dan memukuli pundak cowok itu. "Lo, gue aduin Alta ya bawa motor nggak bener!"

"Serius lo nampar Alta?" tanya Juned masih tak percaya.

"I-iya.. makanya gue ngerasa bersalah banget..."

"Gila, gue akuin keberanian lo Qi." Juned kembali melajukan motornya yang sempat terhenti tadi.

"Alta marah banget ya sama gue?"

"Yahhh.. lo tahu sendiri lah sekeras apa pacar lo itu. Lo tahu kan singa kalau udah ngamuk kayak gimana? Nggak beda jauh sama Alta." Juned terkekeh saat mengatakannya.

"Tapi lo tenang aja, Alta tuh udah bucin banget sama lo. Mungkin dia butuh waktu untuk berfikir aja," lanjutnya kemudian.

"Semoga deh. Thanks ya, Jun udah anterin gue pulang," ucap Qila setelah turun dari motor.

"Sip, ini kan perintah big boss mana bisa gue tolak."

"Hah?"

"Iya. Alta yang minta gue anterin lo. Jelas kan dia masih peduli sama lo? Bahkan disaat marah kayak gini." Juned menjelaskan agar Qila tidak terlalu khawatir. "Udah ya, gue cabut. By!!"

Qila sedikit mengulas senyum, setidaknya dia tahu bahwa Alta masih memperdulikannya.




---
---
Jangan lupa vote:)

ALTAQILA [END]Where stories live. Discover now