49. Hanya Kamu yang Mengerti Aku

164 10 10
                                    

Hai-hai..
--
Satu bintang kalian itu nyenengin loh..
--
Jadi jangan pelit vote!
--
Tinggalkan jejak yaa..
--
Ramaikan kolom komentar dong..
--

Happy Reading!!

________________________________

Hanya karena sudah memaafkan, tak lantas mampu mengusir kecewa.

✯✯✯

Ketika Qila membuka pintu rumah, Valleri sudah menunggunya di ruang tamu. Wanita paruh baya yang terlihat awet muda itu menghampiri putrinya yang basah kuyup. Niatnya ingin memberikan Qila handuk. Namun gadis itu menolaknya. Ia terus berjalan ke kamar tanpa melihat Valleri sedikitpun.

Langkah Valleri terhenti di ambang pintu kamar putrinya yang setengah terbuka. Dilihatnya Qila yang duduk di lantai samping tempat tidur sembari memeluk lutut. Sepertinya, gadis itu kembali melanjutkan tangisnya sendirian.

"Qii?" panggil Valleri. Ia menghampiri anaknya dengan membawa makanan di atas nampan yang ia bawa.

Qila mengusap air matanya dengan kasar, lalu memasang wajah sedatar mungkin. Berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya.

Valleri menaruh nampan yang ia bawa di atas meja belajar Qila. Ia berjongkok untuk melihat wajah putrinya. "Qi, makan dulu yuk. Kamu belum makan dari kemarin."

Qila tidak menyahut apapun, matanya memandang kosong ke arah jendela.

"Qi, Mama mohon jangan kayak gini. Mama udah bawain makanan kesukaan kamu. Ayam rica-rica. Sekarang makan ya?" bujuknya. Valleri meraih makanan yang di taruhnya tadi. Mengumpulkan biji nasi serta ayam rica-rica dalam satu sendok. Berniat menyuapi putrinya.

Gadis itu tersenyum miris sebelum melirik Mamanya. "Sejak kapan Qila suka pedas?"

"Hah?" Valleri tampak kebingungan. "Bukannya dulu Mama sering masakin kamu sama Alex ayam rica-rica? Kamu juga suka kan?"

"Itu karena nggak ada makanan lain yang bisa aku makan. Karena yang kalian lihat cuma Abang!"

Qila melayangkan tatapan dingin untuk Valleri yang tengah tertegun. "Kenapa? Baru tahu? Atau baru sadar?"

Gadis itu tampak menyunggingkan senyum miring. "Aku udah bilang, nggak usah repot-repot peduli. Acuh aja kayak biasanya. Nggak usah urusin aku yang nggak penting ini."

"Qi, jaga bicara kamu! Kalau kamu nggak suka, Mama bisa ganti menunya."

"Nggak perlu. Mama keluar sekarang."

"Kamu ngusir Mama? Qi, Mama minta ma'af—."

"Aku udah ma'afin Mama, tapi nggak bisa berhenti kecewa. Sekarang aku minta Mama keluar."

Valleri masih mematung kala mendengar jawaban putrinya.

"Keluar!!" bentak Qila. Valleri cukup kaget melihat perubahan anaknya sekarang. Akhirnya, ia keluar dari kamar tersebut dengan perasaan tak karuan.

Setelah Valleri keluar dari kamarnya, gadis itu kembali menjatuhkan air mata. Ia memeluk lututnya seerat mungkin untuk menyalurkan rasa sedih. Menenggelamkan seluruh wajahnya dalam lipatan tangan. Tubuhnya bergetar hebat menahan jeritan tangisnya.

"Kamu lihat kan, Ta? Nggak ada yang mengenal aku sebaik kamu. Bahkan Mama aku sendiri...," rintihnya.

"Aku kangen kamu, Ta... Peluk aku yaangg..." suara paraunya terdengar begitu dalam.

ALTAQILA [END]Where stories live. Discover now