surprised

1K 69 0
                                    


"Tak terasa sudah satu bulan aku disini."

Aku saat duduk di sebuah kursi kecil di lapangan latihan pedang.

Sudah satu bulan sejak kedatanganku ke dunia baru ini, semenjak saat itu aku beruntung bertemu dengan keluarga bangsawan baik yang mau merawat diriku.

Diajarkan cara merapalkan sihir,bermain pedang walau aku tidak ahli tapi aku senang bisa mendapatkan ilmu seperti ini dan yang terpenting secara pelan-pelan dalam satu bulan aku bisa menguasai sebagian besar bahasa yang digunakan di negara ini.

Tapi tidak terlalu mengerti dengan tulisannya karena agak membingungkan.

"Hei, gimana? Ayo latihan lagi..katanya mau ke ibukota."

Dari kejauhan ada seorang anak berambut merah dengan senyuman terukir lebar di mulutnya menyapa diriku.

Tak lain dan tak bukan pemuda itu adalah Alexander William remaja laki-laki yang sebulan lalu mengajakku berkeliling dan dialah teman pertamaku didunia ini.

Dia yang mengajariku cara menggunakan sihir api dan mengajariku beberapa kata dalam bahasa dunia ini.

walau aku masih ingat jika aku pernah berkata kasar dalam bahasa dunia ini kepada ibu dari Alexander, yang saat itu aku diberi tahu bahwa itu adalah kata sapaan dan ternyata seperti yang kalian duga itu adalah perkataan kasar di dunia ini.

Aku sempat dimarahi sebelum akhirnya sang ibu mengerti tentang kondisiku dan malah berbalik memarahi Alexander.

Aku hanya bisa tertawa kecil melihat dia dimarahi seperti anak kecil itu, sementara Alexander sepertinya tidak masalah dengan hal itu.

Tak terasa sudah satu bulan aku disini dan aku sudah siap dengan perjalananku ke ibu kota.

Kenapa harus ibu kota?, Karena disana adalah tempat mencari pekerjaan yang baik dan aku direkomendasikan oleh Alexander untuk menjadi seorang Hunter.

Hunter adalah seseorang yang menyelesaikan misi di sebuah guild atau begitu katanya secara kasar.

Kenapa aku direkomendasikan untuk menjadi Hunter oleh Alexander?, Singkatnya dia hanya menjelaskan dengan kemampuanku saat ini mungkin aku bisa mencari uang dengan cara itu.

Ya aku hanya menurutinya dan menunggu hingga aku siap untuk ke ibu kota.

Sebenarnya aku sempat ditawari pekerjaan untuk menjadi prajurit atau pengawal bangsawan keluarga William.

Tapi aku menolak karena aku merasa itu tidak cocok untuk diriku jadi mereka memakluminya.

Dan besok adalah hari dimana aku akan pergi ke ibu kota kerajaan ini, dan sekaligus hari terakhir aku berada di tempat ini.

Selama satu hari ini diriku akan menghabiskan waktu bersama keluarga ini.

Ya aku sempat dimarahi oleh seorang ksatria wanita bernama Marry, ya dia adalah ksatria judes yang menolongku.

Aku dimarahi karena terlalu kurang ajar kepada keluarga ini, padahal aku merasa biasa saja karena aku dekat dengan keluarga ini.

Seperti meminta uang saku untuk membeli pedang baru bersama Alexander di kota padahal di dalam gudang masih banyak pedang dan berbagai hal lainnya.

Aku menganggap keluarga itu sebagai keluargaku sendiri karena dari kecil aku tidak pernah mempunyai keluarga.

Walau sering diamanahi oleh marry yang terkenal judes itu.

Tapi sebenarnya dia baik dan punya banyak sisi feminim terutama ketika bersama kucing.

Aku sempat memergokinya sedang bermain bersama kucing di kantornya ketika aku hendak menyampaikan pesan dari Alexander dan dia malu setengah mati.

Dia sempat mengancam diriku supaya tidak memberitahukan hal ini kepada siapapun, ya aku tidak peduli dan semenjak saat itu entah kenapa aku terus merasa diawasi.

Dan ini mungkin adalah awal dari kisahku di dunia ini.

"Hei... bukannya aku sudah bilang, jangan kendorkan tanganmu?!!."

ksatria Merry memang sering melatih kami berdua dan diriku lah yang paling buruk memainkan pedang.

Oleh karena itu dia lebih memperhatikan aku dari pada Alexander yang memang dari kecil sudah bersahabat dengan pedang.

Dan saat ini aku sedang berlatih untuk terakhir kalinya bersama dirinya.

"Jangan buka tanganmu terlalu lebar!! Bukannya aku sudah bilang?!! Jika terus begini kamu akan mati seketika!!"

Dengan suaranya yang tegas itu dia terus menerus memarahiku, aku sebenarnya jengkel karena terus dimarahi padahal aku sudah mencoba yang terbaik.

Tapi aku tau dia melakukan itu hanya untuk keselamatan diriku, dia terus memperhatikan gerak-gerik aku sekecil apapun itu.

Dan terus memarahiku jika melakukan sebuah kesalahan.

"Hahaha...jangan keras begitulah Merry, ini hari terakhirnya dia loh."

Alexander menenangkan Merry dengan menepuk pundaknya, dia selalu selesai latihan lebih dulu dariku karena aku terus dimarahi setiap harinya jadi dia terbiasa akan hal itu.

"Hagh!!...jika kau terus begini sudah aku katakan kau akan mati seketika!! Sekarang kau harus melawan Alexander dalam duel satu lawan satu."

Mendengar itu aku yang sedang memegang pedang kayu itu langsung terkejut begitu pula dengan Alexander.

Duel latihan ini sungguh tidak terduga tapi kami berdua mengiyakannya saja.

Duel ini berlangsung di tempat duel khusus ditengah lapangan latihan pedang.

Disaksikan oleh seluruh prajurit yang ada disana sekaligus seluruh keluarga William.

"Bukannya kau harusnya mengerjakan tugasmu herald?."

Ujar nona Ameri kepada tuan Herald dengan tatapan tajam.

"Hahaha...itu urusan nanti sekarang lebih baik kita melihat pertarungan antara anak kita dan pahlawan kita."

Dengan bangganya dia berkata seperti itu.

"Huffft....dasar kau ini."

Istrinya hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan suaminya.

Sementara itu Rian dan Alexander sedang berdiri berhadapan.

Dalam duel ini mereka berdua menggunakan pedang kayu sebagai senjatanya dan Merry sebagai pengawas sekaligus wasit di pertarungan ini.

"Hey apakah kau siap pendek?."

Ujar Alexander kepada Rian.

"Sebelum kau dasar rubah."

Rian's journey in another worldWhere stories live. Discover now