PELE.

90 8 7
                                    


"Hei ada apa dengan dirimu?." Tanya Sera dengan muka khawatir.

"Tidak, tidak ada apa-apa."ujar Rian yang lemas menyandar ke sebuah pohon.

Saat ini dia sedang menyandang ke sebuah pohon, dia sangat terkejut melihat nama-nama orang di dunianya itu.

Bagaimana bisa nama Mereka ada disini?walau ada ilmuwan hebat seperti Albert Einstein tapi bukannya dia tidak pernah mengemukakan jika ada portal ke dunia lain atau sejenisnya.

Apalagi Pele yang baru meninggal tahun lalu, bagaimana bisa nama-nama itu sekarang ada di tempat ini?? Di dunia ini?? Siapa yang menaruhnya??.

"Atur nafasmu, jangan terlalu banyak berpikir."ujar Sera sembari melempar sebuah apel yang dia dapatkan.

"Terimakasih."ujar Rian sembari tersenyum kecil.

Sembari memakan apel yang diberikan Sera, Rian berusaha tenang dan mengatur ritme nafasnya tapi itu gagal gara-gara dia tidak bisa menahan tawa melihat Luis yang sedang adu bacot dengan monyet penghuni disana.

"Oa..oa!!."ujar Luis dengan nada tinggi.

"Ua..ua!!."balas sang monyet sembari menampilkan gigi tajamnya.

"Aku tidak ingin punya teman seperti ini."ucap Elena dengan nada datar.

"Sabar, punya pacar monyet juga bagian dari cobaan Dewa."balas Sera sembari menepuk bahu Elena.

Untuk sesaat Rian berhasil melupakan kekhawatirannya tentang orang-orang yang berasal dari dunianya lalu dia melihat melihat sekitar dan menyadari Alexander tidak berada disana.

Dia sempat kebingungan dan terus menoleh sekitar mencari keberadaan Alexander.

"Jangan bingung, aku ada disini."

Terdengar suara Alexander yang ternyata sedang berdiri menyandar ke pohon tempat Rian beristirahat.

Rian sempat terkejut tapi dia lega mengetahui Alexander tidak hilang, dia tidak tau harus berkata apa kepada paman Henry jika Alexander menghilang.

"Hah, kau sempat menakutiku."ujar Rian yang menyandar pada pohon.

"Haha, maafkan aku..btw bolehkah aku bertanya sesuatu?."tanya Alexander yang sedang berdiri di balik pohon tempat Rian menyandar.

"Boleh saja."sahut Rian.

Crakk!!...

Sebuah pedang menembus pohon itu dan berada tipis di samping telinga Rian, tak bisa dibayangkan apa yang terjadi jika pedang itu hanya bergeser 1 cm saja.

"A..apa maksudmu ini Alexander?!." Ujar Rian yang terdiam kaku.

"Sekarang aku bertanya, kau berasal dari dunia lain kan?."ujar Alexander yang muncul di samping Rian dengan wajah mengintimidasi.

Degh....

Rian terdiam tidak berkata apapun, jantungnya seakan berhenti berdetak tangannya gemetaran mengeluarkan keringat dingin.

Bagaimana bisa Alexander  William mengetahui rahasia besarnya?!.

Sementara itu di waktu yang bersamaan di tempat yang berbeda.

Terlihat seseorang yang menggunakan jubah tebal berwarna putih sedang berdiri diatas gumpalan awan putih di langit, mengawasi Rian dan yang lain dari atas sana.

"Hei, SIMO HAYHA!! Bagaimana? Apakah DARWIN sudah menemukan jati dirinya?."tiba-tiba dari belakang muncul seorang laki-laki berkulit gelap memainkan bola di atas awan itu.

"Tidak, sepertinya dia masih shock mengetahui ini, PELE." Balas Simo Hayha dengan nada datar.

"Hah, Darwin terlalu lebay ih."balas Pele yang duduk diatas bolanya.

"..."Hayha tidak menggubris perkataan Pele dan terus memperhatikan Rian dan yang lain sedang berkumpul dari atas sana.

"Hei Hayha, tinggal 2 orang lagi yang belum kita bangkitkan yaitu NIKOLA TESLA dan CHARLES ROBERT DARWIN menurutmu apakah kita bisa membuat mereka masuk ke kelompok ini?."tanya Pele sembari tersenyum lebar.

"Entahlah."Hayha menjawab singkat.

"Hei jangan dingin-dingin amat kenapa, jika kita bisa membuat mereka masuk kedalam kelompok kita, maka dengan mudah kita akan membuat TRAGEDI THE GREAT DYING sekali lagi!!!."ujar Pele yang tiba-tiba bersemangat.

"Tapi jika mereka menolak ini, maka akan lebih susah membangkitkan tragedi ini."ujar Hayha.

Wajahnya memang gelap akibat tertutup tudung putihnya, tapi Pele dapat melihat senyuman kecil di balik tudung itu.

Crakk...crakk..

Tiba-tiba muncul retakan di langit tepat di belakang membuat mereka berdua berpaling melihat retakan yang semakin membesar itu.

Retakan dimensi itu membesar dan membuat lubang, dari sana muncul seseorang berpakaian astronot putih dan mulai berjalan ke arah mereka.

"Hey, YURI GAGARIN!! Apa yang sedang kau lakukan disini?? Kau merindukanku ya?."ujar Pele sembari tersenyum lebar.

"Hey, pemimpin memanggil kita." balas Yuri Gagarin tidak menanggapi perkataan Pele.

" jadi cewek jangan dingin-dingin amat dong, lihat ni Simo Hayha walau pendiem tapi masih mau bercanda." Ujar Pele menepuk pundak Hayha.

Tidak menanggapi perkataan Pele, Simo Hayha berjalan tegap mendekati Yuri Gagarin.

"Ayo pergi."ujar Simo Hayha.

Yuri Gagarin mengangguk, dan membuka retakan dimensi itu menjadi lebih lebar,Lalu mereka berdua berjalan masuk meninggalkan Pele dibelakang sana.

"Hei jangan tinggalkan aku!!." Ujar Pele mengejar mereka.

Setelah Pele masuk kedalam retakan dimensi perlahan retakan itu menutup kembali hingga seakan tak terjadi apapun disana.



Rian's journey in another worldWhere stories live. Discover now