DON'T SCREAM.

98 8 6
                                    


Sihir tipe buff, merupakan jenis
sihir jenis support yang mampu meningkatkan kemampuan
seseorang yaitu kekuatan entah
itu fisik atau sihir tergantung pemakainya.

Sihir ini bisa dibilang sihir yang sangat langka dikarenakan penyihir yang bisa  menggunakannya tipe sihir ini hanya bisa meningkatkan kemampuan seseorang yang dipengaruhinya.

kekurangan dari kebanyakan pengguna sihir tipe ini adalah
mereka tidak memiliki kemampuan menyerang yang baik, membuat mereka rentan diserang.

Dan ada tipe sihir support lain yaitu penyembuhan, sihir tipe ini bervariasi seperti Martha(istri Thomas) yang diketahui mampu menyembuhkan luka-luka ringan, Rian yang bisa masang lengan kembali dan Elena yang mampu menyembuhkan luka berat.

Bahkan selama ini tidak pernah diketahui ada penyihir yang mampu menggunakan dua jenis sihir tipe support itu sekaligus menurut Alexander, sebelum dia melihat Elena yang menggunakan dua jenis sihir itu.

"Terkejut?, Simpan nanti kita harus membereskan monster ini."ujar Elena dengan nada datar.

"Hahaha...pacarku memang hebat!."

Luis langsung menyerang monster itu menggunakan tombak listriknya yang diselimuti oleh aura biru terang.

Kecepatan Luis meningkat drastis membuat monster yang tidak siap dengan serangan itu langsung terkena luka besar di bagian dadanya.

"Siap itu belum cukup!."geram Luis.

Perlahan dada monster itu kembali pulih, tapi seakan tidak diberi waktu untuk bernafas Sera datang dengan sarung tangan besinya.

Brakk!!...

Pukulan telak mengenai tubuh monster itu membuatnya terpental dengan keras, sesaat dia melayang di udara Alexander datang dengan pedang di genggaman tangannya.

Crakk!!!...

Alexander langsung menebas monster itu, padahal tadinya Alexander tak mampu menebas kulit keras sang monster tapi sekarang dia dengan mudahnya langsung memutus lengan sang monster dengan satu serangan.

[FIRE WALL!].

Sebuah dinding api langsung menyelimuti tubuh sang monster, ukurannya 2 kali lebih besar dan jauh lebih panas dari yang dihasilkan oleh Alexander sebelumnya.

Alexander terus memanaskan apinya agar apinya menyebar lebih cepat daripada regenerasi sang monster.

"Terimakasih sudah meminjamkan manamu padaku."ujar Elena.

Rian masih belum mengerti, tadinya mereka semua terpojok dan bahkan hampir kalah tapi dengan satu kalimat dari elena bahkan tidak butuh waktu lama untuk menumbangkan si monster.

Rian hanya diam menatap monster itu yang sedang terbakar sembari disertai Luis yang menyetrum monster itu, tapi anehnya monster itu tak bergerak, dia hanya diam dengan mulut terbuka.

Aneh,sungguh aneh..apakah tak ada yang sadar?, bahwa di tengah kobaran api monster itu sedang menatap tajam ke arah Rian? Membuat Rian tidak nyaman dan kebingungan.

"Tugasku.."

"Tugasku sudah selesai...kalian generasi ketiga...akan lengkap dan kalian akan menanggung semuanya kembali!!."

"Seperti pendahulu kalian!!."

Ditengah kobaran api raksasa monster itu berteriak kencang membuat semua yang ada disana terkejut bukan main, semua yang berada disana terdiam tak mengucapkan sepatah katapun.

Monster itu terbakar menjadi debu-debu hitam, matanya
terus menatap tajam, ke arah Rian seakan menyiratkan sebuah pesan.

Ketika tubuh sang monster sudah menjadi debu seutuhnya, semuanya yang ada disana hanya terdiam.

Monster yang berbicara?tugas? Generasi ke 3? Apa-apaan ini? Bukannya tadi dia susah sekali dikalahkan?walau mereka di buff bukannya terlalu berlebihan bisa mengalahkan monster itu secepat ini?.

Seakan... Ada yang mengatur, ada yang mengaturnya..siapa?!.

"Kita harus lekas pergi ke guild dan melaporkan ini, dinginkan kepala kalian di perjalanan nanti."

Di situasi seperti itu Elena tetap mencoba tenang, dia sepertinya yang paling bisa mengendalikan emosinya di antara mereka.

Mereka hanya menatapnya Elena terutama Rian yang masih saja memikirkan tentang monster itu.

"Hahaha... seperti yang diharapkan dari istriku!!, Kita harus segera ke guild teman-teman!."ujar Luis tersenyum lebar.

Dan sepertinya Luis adalah tipe orang yang emosinya gampang berubah.

dia seakan berbanding jauh terbalik dengan Elena yang pendiam, Luis adalah pribadi yang periang ditengah situasi seperti ini orang seperti dia penting untuk mencairkan suasana.

"Itu benar, kita harus segera pergi ke guild."balas Rian.

Di membersihkan jubah hitamnya, dia menatap Alexander dan Sera, seakan mengerti kode Rian mereka berdua langsung mengangguk dan bersiap-siap pergi.

"Hmm...ah, kalian lihat kan? Kemampuan dari pacarku,cintaku,
manisku,rinduku,sayangku,separuh jiwaku?? Tidak mungkin ada penyihir selain dia yang bisa melakukan dua sihir support sekaligus."ujar Luis dengan bangga.

Tuk...

Elena memukul ringan kepala Luis, sepertinya si nona pendiam ini juga bisa jengkel.

"Banyak bicara."ujar Elena dengan nada dingin.

Melihat kelakuan mereka berdua, Rian dan yang lain tertawa, mereka tidak menyangka orang seperti Luis bisa dekat dengan si kulkas 100 pintu pikir Rian.

Mereka semua berjalan menuju keluar gua dan lebih anehnya lagi, semua yang ada disana seakan lenyap.

Lendir slime yang mati?walau gampang menguap setidaknya meninggalkan bekas apalagi di tempat seperti ini, mayat para hewan? Tidak ada.

Seakan hilang tak berbekas, tak ada bukti yang tertinggal bahkan hanya setetes darah pun tidak ada.

"Aneh sekali, dimana mayat yang bergelimpangan dan membusuk tadi?." Tanya Sera dengan muka kebingungan.

"Entahlah, yang jelas hal ini tidak bisa dijelaskan dengan akan sehat." Celetuk Alexander.

Akal sehat?bukannya sihir lebih di luar akal sehat? Apa ini? sebenarnya apa yang terjadi dengan pola pikir di dunia ini?, Semakin dipikir malah Rian menjadi makin bingung dengan hal itu.

Di tengah memikirkan hal itu Elena melirik Rian yang seperti orang kebingungan, lalu dia menyikut Luis dan langsung melirik Rian seakan memberi perintah padanya.

Tanpa dikatakan sekalipun Luis bisa paham maksud ayang bebebnya, dia lantas mendekati Rian dengan senyuman lebar.

"Hei,, bagaimana tadi?? Lembut kan? sensasi disaat menyentuh tangan istriku ini."ujar Luis dengan bangga.

"Haha, iya."Rian membalas singkat.

Tuk...

Elena memukul lagi kepala Luis dengan tongkatnya.

"Cari topik lain."ujarnya.

Semua yang berada disana tertawa lagi dan semenjak itu selama perjalanan Luis terus membuat lelucon untuk menghibur mereka semua.

Hingga terlihat sepercah Cahaya, mulut gua telah terlihat!.

"Itu dia!! Kita hampir sampai!."celetuk Luis.

Yang lain mengangguk paham, akhirnya mimpi buruk akan berakhir atau itu yang mereka pikirkan.

Ketika mereka keluar gua, terlihat Rian yang jatuh terduduk lemas di hadapan sebuah batu.

disana dia terkejut,bingung dan takut melihat satu nama di yang terukir di sebuah batu besar.

YURI GAGARIN, orang pertama yang keluar angkasa dan berasal dari bumi.

Rian's journey in another worldWo Geschichten leben. Entdecke jetzt