SLIME.

126 10 8
                                    


"Hei, apa benar kita akan mengambil misi ini?."tanya Sera dengan wajah masam.

"Mau gimana lagi kita hanya Hunter rank D."balas Rian dengan wajah datar.

Tadi malam Rian yang terbangun dari mimpi anehnya hanya bisa pulang ke penginapan dan kembali tidur.

Saat ini Rian,Sera dan Alexander berada di depan papan misi, ada banyak misi yang bervariasi tergantung rank Hunter itu.

Lumayan banyak Hunter disana sedang mencari misi yang cocok walau hanya rank E dan D karena semua Hunter rank C keatas sedang menjalani misi penting.

Dan kali ini dihadapan mereka bertiga ada sebuah kertas yang digantung di papan misi, disana tertulis PEMBURUAN SLIME INVASIF DI GUA HUTAN YUER.

"Hei aku masih tidak setuju kita mengambil misi ini!." Ujar Sera mengerutkan dahinya.

"Tapi kita tidak punya pilihan lain, kita masih di rank D untung kita dipromosikan oleh Samuel untuk naik satu tingkat."ujar Alexander yang kekeh.

"Aku tidak setuju!, Menurutmu bagaimana Rian?!."Sera menoleh ke Rian yang sedang terduduk lemas.

"A..ah i..iya itu, aku terserah kalian."Rian menjawab terbata-bata seperti orang ketakutan.

"Sialan!, Baiklah kita ambil saja!."ujar Sera mendengus sebal.

"Aku tahu jika perempuan tidak menyukai slime karena mereka menjijikan tapi entah kenapa kau terlihat takut Rian?, Apa kau takut kepada slime?."tanya Alexander dengan muka penasaran.

"A..ah itu, tidak aku hanya kurang enak badan."ujar Rian
menelan ludahnya.

Dia tidak bohong jika dia tidak takut pada slime, tapi yang dia takutkan adalah lendir slime itu, Rian memiliki ketakutan khusus pada makhluk berlendir seperti siput,lintah, ubur-ubur dan kali ini dia harus memburu slime yang 95 persen tubuhnya adalah lendir.

Ini adalah mimpi buruk bagi seorang Rian.

"Hei, apa ada masalah disini?." Terlihat Samuel mendekati mereka.

"Hah, kami sedang berdebat akan mengambil misi ini."ujar Alexander yang pasrah.

"Hmm, ambil saja apa susahny- oh aku paham."Samuel melirik Sera yang sebal.

"Hmm, ya sepertinya kita akan mengambil misi ini."Rian bangun dari kursinya.

Walau dia berkata seperti biasa tapi terlihat kakinya yang sedang gemetaran.

Sera hanya bisa pasrah dan menerima keputusan itu jadi dia memalingkan wajahnya dan duduk di kursi.

"Sudah sana registrasi atau apapun itu supaya kita bisa mengambil misi ini."ujar Sera yang sebal.

Rian dan Alexander hanya bisa bertatapan dan memilih untuk segera mengambil misi itu.

Beberapa saat kemudian.

"Baiklah kita akan membentuk party dan kita akan bagi hasil bersama."ujar Rian kepada mereka berdua.

"Ya, baiklah."sepertinya Sera masih sebal tapi kali ini sudah reda.

Alexander hanya mengangguk setuju dan mereka bertiga meninggalkan guild dengan senjata lengkap.

Sera dengan CRUSHER nya, Alexander dengan pedang rantai nya dan Rian dengan sihirnya, mereka ingin menyelesaikan misi ini secepat mungkin.

"Menurutmu apakah mereka memiliki potensi yang bagus?." Tanya Samuel kepada Elis yang sedang bertugas di guild.

"Hmm, ya mereka memiliki potensi yang bagus."balas Elis memperhatikan mereka bertiga yang sudah meninggalkan guild.

"Mereka masih benih kecil, belum bisa disandingkan dengan pendahulu mereka."ujar Samuel tersenyum tipis.

"Hmm, jadi ceritanya sombong nih."Elis menggoda Samuel.

"Hei kagak, aku hanya mengatakan kejujuran."balas Samuel mengelak.

"Tapi jika dibandingkan dengan kau dan Henry siapa yang lebih kuat saat seusia kalian?."tanya Elis dengan muka penasaran.

"Hmm...Rian dan Alexander memang kuat, tapi aku tidak bisa membandingkan dengan diriku dahulu apalagi Henry."ujar Samuel memegang dagunya.

"Maksudnya?."tanya Elis yang tidak paham.

"Karena saat umur 10 tahun, Henry sudah menghancurkan 3 kerajaan monster dalam satu hari, ingat satu hari."ujar Samuel dengan muka datar.

"Haha..kau mungkin bercanda." Elis tersenyum simpul.

"Tidak aku tidak bercanda, aku masih sangat mengingat jelas pertarungan oh maaf bukan pertarungan tapi pembantaian oleh Henry kepada kerajaan monster goblin,ogre dan troll." Ujar Samuel dengan suara dingin.

Elis menelan ludahnya tidak percaya dengan yang dia dengar.

"A..aku tau jika goblin,ogre atau troll akan membentuk koloni besar dan menjadi sebuah kerajaan monster tapi henry membantainya sendirian apalagi saat umur 10 tahun? bahkan Hunter rank A akan sangat kesusahan."Elis menatap Samuel sungguh-sungguh.

"Aku juga tidak percaya, dia berkata bahwa pembantaian itu adalah kado ulang tahun terbaik miliknya, haha aku masih ingat jelas ketika dia mengajakku untuk melihatnya membantai." Samuel tersenyum tipis.

"Wow...itu mengerikan." Elis mengusap rambutnya dengan tangan.

"Aku ingat jelas saat aku disuruh duduk menyaksikan dia membantai kawanan goblin secara sepihak bahkan raja goblin hanya di habisi dalam satu kali serang begitupun dengan ogre dan troll."Samuel tertawa kecil lalu menatap Elis.

"Bocah 10 tahun membantai 3 kerajaan monster itu sangat luar biasa!"Elis yang tadinya tidak percaya menjadi antusias.

"Menurut Henry dan aku itu sudah biasa karena dari kecil kami sudah berteman, apalagi saat dia selesai membantai dia menyuruhku membuatkan karung dari sihir benangku untuk menampung semua kepala monster yang dia bunuh tadi, aku agak jengkel sebenarnya di jadikan sebagai karung mayat." Samuel menghela nafas sebentar.

"Lalu bagaimana dengan orang tua Henry? Apakah mereka marah?."tanya Elis dengan wajah penasaran.

"Jelas, aku masih ingat wajahnya ketika dimarahin oleh ibunya haha..dia juga menyeretku ke masalahnya hingga aku juga kena omeli."Samuel lantas tertawa kecil.

Elis masih tidak menyangka apa yang dia dengar tadi sembari merapikan formulir pendaftaran Hunter dia mendengarkan Samuel.

"Menurut jika si tombak itu bertemu dengan Rian dan Alexander siapa yang menang?." Elis mengubah topik.

"Tombak?, Oh maksudmu si rambut perak Volteira?."ujar Samuel mencoba menebak.

"Ya..yang itu maksudku."balas Elis.

"Hmm...aku tidak berpikiran untuk mengadu mereka tapi jika dilihat mungkin Rian yang terkuat haha."ujar Samuel yang sedang bermain-main dengan benangnya.

"Haha, aku bertanya seperti ini karena mereka bertiga akan bertemu dengan volteira dan temannya."Elis berkata pelan.

"Benarkah?, Itu akan jadi pertemuan yang keren, aku akan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya."Samuel melipat tangan sembari tersenyum.

Elis hanya mengangguk setuju dengan kata-kata Samuel.

"Sepertinya generasi ini akan menjadi generasi yang  menyenangkan."ujar Samuel sembari melipat tangannya.

Rian's journey in another worldWhere stories live. Discover now