THE NATIONS.

164 11 7
                                    


"Buahahahahah, lihat tanganmu pendek sebelah!."terlihat Alexander yang tertawa terbahak-bahak.

"Diem kau anjing!."Rian menatap jengkel ke Alexander.

"Jangan banyak gerak bego!."Sera memukul kepala Rian dengan tangannya membuat benjolan di kepalanya.

Saat ini mereka bertiga sedang ada di ruang perawatan milik guild, dihiasi dengan ukiran batu berbentuk seperti tumbuhan dan berbagai hiasan bunga di jendela, ruangan ini terdapat pada lantai 2 guild.

Selain itu terdapat 6 kasur disana, setiap kasur diberi jarak beberapa cm dan disamping setiap kasur ada sebuah meja dengan vas yang berisi bunga mawar,Rian dan Alexander berada di sana sedang dirawat.

"Hei aku kaget loh waktu kamu menyambungkan tanganmu dengan sihir penyembuhan." Mata Alexander berbinar kagum, saat ini dia sedang berbaring dengan perban putih melilit Tubuhnya.

"Ya, daripada tanganku dibiarkan terus dibuang mending disatukan lagi aja." Balas Rian yang terbaring di samping kasur Alexander.

"Tapi masalahnya tiba-tiba kau malah motong tanganmu lagi pake tentakel mu tolol!."celetuk Sera yang duduk di samping Rian.

"Iya,Itu mengejutkan kami semua ketika tanganmu sudah menyatu kau malah memotong tangan itu lagi dan memotong sedikit bagian dari tanganmu, kenapa kau melakukan itu?." Ujar Alexander dengan muka penasaran.

"Eh..y-ya, itu karena aku tidak suka hal yang kotor."Rian menjawab terbata-bata.

Rian. bingung harus menjawab apa karena tidak mungkin jika dia menjawab jika ada makhluk bernama bakteri yang akan masuk ketika tangannya tergeletak di tanah dan Rian harus memotong sedikit bagian itu mungkin sekitar 3 cm, kalian tidak mau kan jika tangan kalian yang putus membawa bakteri berbahaya kedalam tubuh kalian?.

"Hmm, itu cukup masuk akal karena kau adalah tipe orang yang tidak suka berantakan." Celetuk Sera.

"Hmm, ya...ya itu benar aku selalu melihat kau yang membersihkan apapun dirumahku"timpal Alexander.

Rian hanya bisa bernafas lega melihat mereka mempercayai perkataannya, jika tidak apa yang akan dia katakan selanjutnya akan tergantung pada situasi.

Brak!!...

Pintu terbanting ke dalam, terlihat seorang laki-laki berambut pink yang dikuncir masuk kedalam ruangan itu.

"Hei, gimana kabar kalian." Samuel tersenyum lebar.

"Kenapa harus menghancurkan pintu?."ujar Sera dengan muka datar.

"Haha, sekalian biar hancur kayak dinding itu hahahaha."

Entah karena apa Samuel terus tertawa sejak pertarungan antara Rian dan Alexander selesai, mungkin dia kena mental akibat anggaran dana perbaikan yang begitu besar.

"Kenapa kau kesini?."tanya Rian sembari memakan biskuit yang sudah disiapkan di atas meja.

"Haha, aku hanya mengunjungi Hunter-hunter jeniusku."

Samuel mengambil kursi dan duduk di depan mereka bertiga, kali ini dia memakai pakaian berwarna biru kehitaman dipadukan dengan celana
hitam, terlihat sebuah lencana berbentuk elang dengan 3 bintang sedang dicengkeram oleh elang itu.

"Setidaknya kalo mau jenguk orang sakit bawa buah atau uang gitu."Alexander mengambil pedang yang tergeletak di samping.

Pedang itu kembali seperti semula dengan bilah seperti besi tidak ada ukiran naga di bilah itu apalagi warna merah terang hanya ada sebuah pedang dengan rantai.

"Haha, maafkan aku tadi tiba-tiba seseorang penting menghampiriku jadi aku kesini tanpa membawa apapun." Samuel cengengesan sembari menggaruk kepalanya.

Rian's journey in another worldWo Geschichten leben. Entdecke jetzt